Setelah sekian lama Nathan berusaha menghindari Nadira—gadis yang melukai hatinya. Namun, pada akhirnya mereka dipertemukan kembali dalam sebuah hubungan kerjasama yang terjalin antara Nathan dan Rendra yang merupakan atasan Nadira di Alfa Group.
Sebuah kecelakaan yang dialami Davin dan Aluna dan menyebabkan mereka koma, membuat Nathan akhirnya menikahi Nadira demi untuk melindungi gadis itu dari bahaya yang mengancam keluarga Alexander.
Siapakah sebenarnya yang mengintai nyawa seluruh keluarga Alexander? Mampukah Nona Muda Alexander meluluhkan hati Nathan? Atau justru ada cinta lain yang hadir di antara mereka?
Simak kisahnya di sini.
Jangan lupa follow akun sosmed Othor
Fb : Rita Anggraeni (Tatha)
IG : @tathabeo
Terima kasih dan selamat membaca gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Nadira berjalan kembali ke ruangan dengan sesekali menengok ke kanan kiri. Dia khawatir pria misterius tadi akan kembali menghampiri.
"Kenapa kalian belum mulai makan?" tanya Nadira saat melihat makanan di atas meja masih utuh. Dia kembali duduk di samping Rendra.
"Kita menunggumu, El." Rendra menatap lekat wajah Nadira, membuat hati Nathan kembali memanas.
"Maaf, tadi perutku sakit sekali. Jadi agak lama," sahut Nadira beralasan. Nathan beralih menatap lekat wajah istrinya yang berusaha menghindarinya. Nathan bisa menangkap ketakutan dari suara Nadira yang sedikit parau.
"Kenapa wajahmu pucat sekali?" tanya Rendra khawatir.
"Aku sedang sedikit tidak enak badan. Sepertinya karena kemarin terlalu banyak makan sambal." Nadira kembali beralasan. Dia meminum jus alpukat yang berada di depannya bahkan nyaris tandas.
"Nona Nadira, makanlah nasi goreng ini," suruh Jasmin dengan lembut. Dia menyodorkan sepiring nasi goreng yang tadi dipesan Nathan.
"Terima kasih, Nona Jasmin. Tapi tidak perlu, saya masih kenyang," tolak Nadira dengan sopan. Padahal cacing di perutnya sudah meronta-ronta meminta jatah.
"Ayolah, Nona. Saya tidak mungkin makan dua piring seperti ini. Kak Nathan juga tidak akan mungkin mau memakannya," kata Jasmin dengan manja. Bagi lelaki, mungkin tingkah Jasmin begitu menggemaskan, tapi tidak untuk Nadira. Dia merasa Jasmin sedang berusaha mencari perhatian.
"Makanlah nasi goreng itu, Nona Muda. Jangan suka membuang makanan!" perintah Nathan dengan nada ketus. Nadira menoleh ke arah lelaki itu. Lelaki yang sedang sibuk makan, tanpa menoleh ke arahnya sama sekali.
Hati Nadira mencelos sakit, saat merasakan bagaimana berbeda nya perlakuan Nathan kepadanya dan Jasmin.
"Terima kasih." Nadira mengambil sepiring nasi goreng itu dan mulai memakannya perlahan.
"Makan yang banyak, El. Bukankah kamu sangat suka nasi goreng banyak kecap dengan telur dadar seperti ini," kata Rendra. Bibirnya tersenyum lebar saat melihat Nadira yang mulai terlihat menikmati makanannya.
"Ternyata ini sangat enak, Mas. Meskipun kurang satu hal," kata Nadira di sela kunyahannya. Nathan menghentikan tangannya yang sedang menyendok nasi, berusaha mengingat apa yang kurang dari nasi goreng yang dia pesan.
"Kurang apa?" tanya Rendra penasaran.
"Ah ... tidak jadi. Tidak terlalu penting juga." Nadira kembali meneruskan makannya. Namun, gerakan tangannya kembali terhenti saat Nathan memanggil pelayan dan meminta irisan daun seledri.
"Apakah di sini nasi goreng tidak memakai daun seledri sebagai pelengkap?" tanya Nathan dengan ketus saat seorang pelayan berdiri di depannya sambil membawa apa yang dia pesan. Nathan mengambil irisan daun seledri dari mangkok kecil dan menaruhnya di atas nasi goreng Nadira tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Maaf, Tuan dan Nona. Koki kami tadi lupa," sahut pelayan itu sedikit takut.
"Tak apa. Lain kali lebih teliti lagi!" Nathan menyuruh pelayan itu untuk pergi, lalu dia kembali meneruskan makannya.
"Kak Nathan, terima kasih," ucap Nadira dengan lembut.
"Hmm." Nathan tidak menjawab.
Jasmin menatap Nadira dengan tatapan yang susah dijelaskan. Nadira tahu itu, tetapi dia berusaha tetap bersikap biasa saja.
Setelah selesai makan siang, mereka berempat mulai membahas kerjasama. Sampai hampir satu jam berlalu, pembahasan itu baru saja selesai.
"Karena sudah selesai, aku akan kembali ke kantor dulu, Nat." Rendra menyalami Nathan dan Jasmin bergantian.
"Baiklah, hati-hati. Jangan lupa minggu depan datang ke acara penyambutanku." Nathan kembali mengingatkan. Rendra hanya tersenyum simpul, lalu pergi dari restoran itu bersama Nadira.
Nathan hanya menatap nanar kepergian mereka. Batinnya bergejolak saat ini, bahkan hatinya terasa begitu memanas.
"Kak, sehabis ini kita mau ke mana lagi?" tanya Jasmin menyadarkan Nathan dari lamunannya.
"Aku akan mengantarmu pulang ke apartemen." Nathan berjalan meninggalkan Jasmin begitu saja. Dengan langkah lebar, Jasmin berusaha menyusul Nathan yang sudah sampai di parkiran.
Selama dalam perjalanan, Nathan tidak membuka suara sama sekali. Bahkan ketika Jasmin bertanya, dia hanya menjawab dengan dehaman.
"Kak Nathan tidak turun?" tanya Jasmin saat mobil Nathan sudah berada di area apartemen.
"Tidak, aku masih ada urusan," sahut Nathan dengan datar. Jasmin yang merasakan suasana hati Nathan sedang tidak baik, akhirnya tidak bertanya lagi.
Setelah Jasmin benar-benar turun, Nathan langsung mengendarai mobil itu menuju ke rumahnya. Tubuh dan hatinya merasa sudah sangat lelah dan dia ingin segera beristirahat.
Mobil Nathan masuk ke pelataran rumah bersamaan dengan Mang Ujang dan Arum yang baru saja memarkirkan motornya.
"Kalian dari mana?" tanya Nathan kepada mereka berdua.
"Habis dari pasar, Tuan." Nathan melihat keranjang belanjaan Arum yang begitu penuh sayuran.
"Wah, kalian romantis sekali. Awas jangan sampai cinlok," goda Nathan. Mang Ujang tersenyum lebar, sedangkan Arum justru mencebikkan bibirnya kesal.
"Jangan seperti itu, Tuan. Mang Ujang itu genit, sukanya sama janda bahenol," sanggah Arum sambil berjalan mengikuti langkah Nathan yang masuk ke dalam rumah. Sementara Mang Ujang berjalan ke taman samping rumah untuk membersihkan taman itu.
"Biar genit asal setia. Oh iya aku mau ke kamar dulu. Jangan lupa siapkan makan malam," perintah Nathan sebelum naik tangga. Arum hanya mengiyakan, lalu berpamitan ke dapur.
sm anak kambing saya...caca marica hay..hay