Aku terpaksa mengikuti permainan orang orang kaya dengan meminum satu botol wiski demi uang untuk operasi jantung adikku.
Siapa sangka setelah itu aku terbangun di pagi harinya sudah kehilangan kesucianku, dan yang lebih menyakitkan lagi, aku sama sekali tidak tahu siapa pria yang sudah menodaiku.
Dengan berlinang air mata, aku kabur dari hotel menuju rumah sakit. Aku menangis sejadi-jadinya untuk menghilangkan sesak di dadaku.
Aku Stevani Yunsu bukanlah wanita murahan. Apakah pria itu akan bertanggung jawab atas perbuatan malam itu?
Ikuti cerita novelku...🤗🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lagi Lagi Zionel Memikirkannya
"Aku hanya bercanda, kau seperti ingin memakanku Van." kata Juana sambil menepuk pundaknya. "Semoga ada malaikat lain yang akan membantumu, karena walaupun kau minum sebotol setiap malam dalam 5 hari ini, kau tak mungkin bisa mendapatkan uang sebesar itu. Uang tips minum hanya bernilai ratusan ribu saja. Kecuali ada sultan yang tiba tiba minum disini. Mungkin saja segelas minuman akan bernilai puluhan bahkan ratusan juta." sambungnya seraya meninggalkan Stevani.
Stevani menghela nafasnya, benar kata Juana, ia tak mungkin bisa mendapatkan uang sebesar itu selama 5 hari. Ia terlalu percaya diri bisa setuju dengan tantangan Dani. Ia sama saja menyerahkan dirinya pada pria itu. Stevani melangkahkan kakinya dengan lunglai, ia sama sekali tidak ada semangat untuk bekerja.
Angga memperhatikan Stevani saat wanita itu melewati bar.
"Van...!" panggil Angga.
"Kak Angga."
"Aku minta maaf soal..."
"Tidak apa apa kak, aku sudah melupakannya." potong Stevani.
"Ehm... lalu bagaimana dengan Zaline?"
"Lusa ia akan melakukan operasi kak."
"Kau sudah mendapatkan uangnya? Bagaimana..." Angga menghentikan ucapannya, ia tak ingin menyinggung perasaan Stevani lagi.
Stevani tersenyum. "Anggap saja aku menjual diriku."
Angga terkejut, ia segera memutari bar dan keluar dari sana. Tanpa ragu ia menarik tangan Stevani menuju tempat yang lebih sepi.
"Apa maksudmu?" tanya Angga seraya memegang kedua lengan Stevani.
"Kak Angga... kau bisa membuat pak Huber murka karena meninggalkan bar." jawab Stevani.
"Jangan berdalih Van, aku bertanya dengan serius. Apa maksud ucapanmu tadi?"
"Aku...aku...aku meminjamnya dari mas Dani."
"Apa??? Bagaimana kau bisa terlibat dengan pria itu? Bukankah kau tahu seperti apa pria itu, ya Tuhan...apa kau kehabisan akal. Kau menolak bantuanku, kau malah mengambil uang pria itu." kata Angga marah.
"Bagaimana kak Angga bisa mendapatkan uang sebesar itu, kakak berniat menjual mobil, rumah?" bentak Stevani.
Angga melepaskan lengan Stevani. "Aku bisa melakukan apapun untukmu, aku akan melindungimu Van karena... karena..."
"Kak Angga, aku akan mengembalikan uang mas Dani. Jadi kakak tak perlu khawatir." potong Stevani. "Kakak kembalilah ke bar, nanti pak Huber marah, aku akan mengecek ruangan VIP." sambungnya seraya meninggalkan Angga.
Angga menghela nafas panjang, ia menatap Stevani yang sedang meninggalkannya.
"Mengapa sulit sekali aku menyatakan perasaanku padamu Van. Aku ingin melindungimu karena aku sangat mencintaimu. Harusnya itu yang aku katakan, tapi lidahku berubah menjadi kelu saat berhadapan denganmu." pikir Angga seraya kembali ke bar.
*****
Zionel mendapatkan kiriman foto dari ibunya. Ia membukanya dan menatap foto wanita itu. Itulah Valera yang ingin sekali dijodohkan oleh ibunya. Wanita itu memang sangat cantik, tapi tak ada desiran apapun di hati Zionel.
Zionel memejamkan matanya, seketika ia membuka matanya lagi. Ia mengumpat karena hanya beberapa detik ia memejamkan matanya, justru wanita klub malam itu kembali terlihat disana.
"Ya Tuhan...apa aku sudah gila?" gumamnya lalu kembali melihat foto Valera.
Tapi foto itu tak bisa menggantikan wajah Stevani yang terus terlintas di pikirannya.
"Ada apa denganku, mengapa aku selalu memikirkan wanita yang tidak aku kenal itu?" ujar Zionel seraya turun dari ranjangnya.
Ia mengambil laptopnya lalu mengalihkan pikirannya dengan bermain game online. Sudah lama sekali ia tak pernah bermain seperti itu, tapi ia terpaksa melakukannya karena tak ingin terus menerus diganggu oleh wajah wanita asing yang bekerja di klub malam itu.
Hingga berjam jam ia bermain, tapi hatinya justru semakin tidak tenang. Ia menekan nomor room service dan meminta minuman kesukaannya agar segera diantarkan ke kamarnya. Untung saja hotel yang ia tinggali menyediakan wine.
Sambil menunggu minumannya datang, ia kembali meneruskan bermain game online. Zionel menghela nafas panjang, ia tak ingin minum sendirian. Ia segera mengambil ponselnya lalu menghubungi Alex.
"Ke kamarku sekarang." perintah Zionel lalu menutup ponselnya tanpa menunggu Alex berbicara.
Beberapa menit kemudian, pintu kamarnya di ketuk. Zionel membuka pintunya dan mendapati Alex beserta pelayan hotel yang membawa minuman datang bersamaan. Zionel menyeringai saat menatap wajah Alex yang terlihat masam. Ia mempersilakan mereka masuk.
"Mengapa anda minum pak Zio?" tanya Alex.
"Aku tak bisa tidur lagi." jawab Zionel.
"Anda masih harus bekerja besok, anda tak bisa mabuk."
"Mengapa aku tak bisa mabuk, aku yang punya perusahaan itu. Terima kasih." ucapnya pada pelayan hotel sambil memberikan uang tips padanya.
"Terima kasih tuan." jawab pelayan itu lalu keluar dari kamar Zionel.
Zionel mengambil gelasnya. "Temani aku minum Lex."
"Anda bisa sakit pak Zio jika malam ini anda mabuk, karena besok malam pun anda pasti akan minum. Ingatlah lambung anda mulai terganggu."
"Kau cerewet seperti dokter saja. Hanya ini yang bisa membuatku tidur Lex. Entah mengapa sejak datang ke kota ini, aku malah sulit tidur."
"Semua urusan perusahaan sudah selesai, apa yang sedang anda pikirkan pak Zio?" tanya Alex penasaran.
Zionel menenggak minumannya, lalu melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya. Ia menatap pemandangan malam kota X yang indah.
"Apa nona Haena lagi? Tak biasanya anda memikirkan nona setiap malam." sambung Alex.
"Sedetikpun aku tak pernah melupakan adikku Lex." jawab Zionel. "Tapi kali ini aku benar benar melupakan adikku, aku justru terganggu dengan wanita yang ada di klub malam itu." pikir Zionel.
"Aku mengerti perasaan anda pak Zio. Tapi anda juga harus memikirkan tubuh anda sendiri. Aku bersama para detektif masih mencari nona Haena, tapi kami terus menemui jalan buntu. Nona seperti hilang ditelan bumi."
Tatapan Zionel tiba tiba tajam, kemarahannya hampir meledak mendengar ucapan Alex. Tapi ia kembali mengendalikan dirinya sendiri karena sebenarnya yang diucapkan Alex ada benarnya juga. Sejak Haena menghilang, mereka benar benar seperti kehilangan jejak gadis kecil itu. Apalagi setelah 5 tahun terakhir ini, seolah olah sosok Haena Cruise benar benar tak ada sama sekali.
"Maaf jika ucapanku membuat anda marah pak, tapi kami sudah berusaha mencarinya hingga ke pelosok kota D, tapi benar benar tidak bisa mendapatkan informasi apapun." kata Alex.
Zionel kembali menenggak minumannya. "Mungkinkah adikku dibawa ke luar negeri? Mungkinkah Haena dijual seseorang? Ya Tuhan...aku tak bisa membayangkan jika itu memang benar terjadi Lex."
"Aku tak bisa memberi pendapat apapun pak Zio."
Zionel menghela nafasnya. "Lex...jika seseorang terus melintas di pikiranmu, apa artinya itu?"
Alex terkejut lalu mengerutkan keningnya karena tiba tiba Zionel membicarakan hal lain dengannya.
"Anda sedang membicarakan siapa?" tanya Alex.
"Aku hanya sekedar bertanya saja, tak bisakah kau menjawabnya saja." ujar Zionel kesal.
"Baiklah aku akan menjawabnya, tapi aku harus tahu terlebih dahulu ia seorang wanita atau seorang pria." ujar Alex.
"Lupakan saja pertanyaanku, aku hanya asal berbicara."
Alex tertawa. "Jangan katakan anda masih memikirkan nona cantik Stevani yang bekerja di klub malam itu." godanya.
Zionel terbelalak lalu mengumpat. "Mana mungkin aku memikirkannya, aku bahkan tidak mengenalnya, kau terlalu mengada-ada."
Alex justru semakin tertawa, ia sudah mengikuti Zionel bertahun-tahun, ia sangat tahu sifat pria itu. Dan setelah mendengar jawaban Zionel, Alex semakin yakin itulah yang sedang mengganggu pikiran atasannya.
"Sepertinya anda jatuh cinta pada pandangan pertama pak Zio." ujar Alex.
"Jangan asal bicara jika tidak ingin kehilangan pekerjaanmu Lex. Aku tidak memikirkan siapapun, aku hanya asal bertanya." jawab Zionel seraya kembali menenggak minumannya.
"Anda harus berhenti minum pak Zio, jika terjadi sesuatu pada anda, maka aku akan dibunuh oleh Presdir."
"Aku baru menghabiskan satu gelas Lex."
Zionel mengisi kembali gelasnya dengan minumannya. Alex hanya bisa menggelengkan kepalanya, walaupun tidak ada pekerjaan yang mendesak di perusahaan karena semuanya sudah terselesaikan, tapi ia harus tetap menjaga atasannya.
Alex mengambil botol wine di meja itu. "Cukup dua gelas saja untuk malam ini pak Zio. Anda bisa melanjutkannya besok malam."
"Ckckck...kau semakin berani mengaturku Lex."
"Ini demi kesehatan anda pak Zio."
*****
To Be Continue...