30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3 Amarah.
Walau kesal dengan acara keluarga itu, tetapi mau tidak mau Nafisha harus tetap berada di sana dan sekarang sedang makan bersama keluarga besar dari Abinya.
"Nafisha, Mina sudah di lamar, kamu kapan?" masih makan beberapa sendok dan kembali sudah dipertanyakan hal seperti itu.
"Maaf, Tante bukan ingin membuat kamu kesal, Mina bahkan sudah dilamar dan padahal usianya masih muda," ucap Wita.
"Lalu apa urusannya dengan Nafisha," jawabnya.
"Nafisha maksud Tante kamu itu, kamu seharusnya duluan daripada Mina," sahut Abi memperjelas.
Nafisha menghela nafas melihat ke arah Abinya pada saat seperti ini keluarganya memang tidak akan pernah membelanya.
"Sudah tidak apa-apa, Tante tahu kamu tersinggung jika sudah membahas masalah pernikahan, tetapi kamu tidak boleh melupakan jika umur kamu semakin lanjut dan kamu harus memikirkan bagaimana orang tua kamu. Nafisha kita mempunyai banyak kenalan dan Insya Allah Tante akan mengenalkan kamu dengan salah satu anak teman tante," ucap Wita.
"Itu lebih baik. Ma, kak Nafisha siapa tahu saja dia suka pada Kakak dan Kakak menikah terlebih dahulu daripada Mina," sahut Mina dengan tersenyum.
"Lakukan sesuai kemauan kalian!" ucap Nafisha berdiri dari tempat duduknya dan lagi-lagi langsung meninggalkan tempat makan itu.
"Nafisha kamu belum menyelesaikan makannya!" tegur Abi tidak direspon Nafisha.
Awal-awal perintah untuk menikah, itu hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Nafisha yang memang terus mengandalkan perkataan belum memikirkan ke hal yang jauh. Tetapi lama-lama kesabaran Nafisha juga habis dan habis kesabaran habis.
***
Nafisha berada di dalam mobil yang disetir oleh Angga. Abi Nafisha duduk di sebelah Angga.
Sementara Nafisha yang berada di belakang bersama ibu dan Kakaknya dan kedua keponakannya yang dipangku Umi dan juga Della.
"Nafisha, kamu jangan biasakan meninggalkan meja makan di saat ada pembicaraan. Abi yang malu dengan ulah kamu!" tegur Abi.
Nafisha hanya diam saja dengan tangannya berada di pinggir mobil dengan melihat keluar jendela wajahnya tetap saja ditekuk sejak tadi.
"Kamu dengar tidak apa kata Abi?" tanya Abi.
"Kenapa sih, Abi sama Umi tidak pernah membela Nafisha jika orang-orang memojokkan Nafisha," jawabnya.
"Siapa yang memojokkan kamu dan justru tante kamu hanya ingin membantu kamu. Nafisha untuk saat seperti ini kamu itu membutuhkan orang lain dan hilangkan keegoisan kamu dan juga pilih-pilih kamu dalam mencari calon suami, lihatlah sampai sekarang kamu belum menikah. Abi juga berusaha sebagai seorang ayah agar kamu tidak terus dipermalukan!" tegas Abi.
"Lalu jika sudah memiliki umur lanjut, apa tidak boleh memilih calon suami dan apa harus memilih asal-asalan," ucapnya yang berusaha untuk mencari pembelaan.
"Nafisha, kamu itu kalau diberitahu jangan keras kepala dan ini yang membuat kamu susah dapat jodoh," celetuk Della.
"Sudah-sudah!" tegur Umi.
Nafisha tidak berbicara lagi melihat kembali keluar jendela dan tampak mengusap air mata dengan cepat. Tidak di rumah dan di manapun itu tetap saja pernikahan yang dibahas.
Sampai akhirnya mereka sudah sampai di kediaman rumah mereka. Nafisha dan yang lainnya langsung turun dari mobil. Tetapi Angga terlihat tidak turun, membuat Nafisha heran dan menghampiri adiknya itu dari jendela kursi pengemudi.
"Mau ke mana kamu?" tanya Nafisha.
"Pinjam mobil sebentar, mau jemput Tari," jawabnya garuk-garuk kepala takut tidak diizinkan.
"Kalau pacaran itu punya modal dan jangan minjam terus!" tegas Nafisha yang berbicara cukup nyeletuk.
"Nafisha, sudahlah tidak ada yang salah berbagi dengan adik kamu, jangan terlalu pelit sebagai Kakak!" tegur Umi.
"Terus aja belain sampai dia tidak akan bisa mendapatkan mobil. Kerja, makanya ditabung jangan dibuat hanya untuk pacaran saja!" tegas Nafisha yang kesal menggertakkan kakinya dan langsung meninggalkan halaman rumahnya memasuki rumah.
Dengan terpaksa dia harus mengizinkan mobilnya dipakai adiknya.
"Kamu juga kebiasaan, sudah tahu Kakak kamu itu sangat sensitif kalau barang-barangnya dipakai," ucap Umi.
"Namanya juga masih nabung buat ngumpulin, ini juga kalau sudah punya mobil juga dipakai buat yang lain," ucap Angga.
"Sudah sana sana cepat pergi, pulang jangan lama-lama. Umi bisa sakit kepala mendengar kalian berdua bertengkar gara-gara mobilnya lama dipakai kamu," ucap Umi.
"Iya-iya," jawab Angga mencium punggung tangan Uminya dan kemudian melajukan mobil itu.
****
Mentari pagi sudah kembali, seperti biasa pagi-pagi seperti ini rumah Nafisha akan sedikit ricuh dengan dua bocah yang harus menguji kesabaran Della untuk memakaikan seragam sekolah untuk anak-anaknya itu yang berusia 5 dan 7 tahun.
Sementara Saras baru saja selesai membuatkan kopi dan mengantarkan ke ruang tamu kepada suaminya yang membaca koran dan juga melihat Angga yang sibuk bermain ponsel.
"Kamu tidak kerja, ini sudah siang!" tegur Umi.
"Sebentar lagi Umi tanggung," jawabnya asyik bermain game.
"Angga!" suara teriakan Nafisha terdengar dari luar membuat telinga mereka kesakitan. Umi dan Abi juga kaget.
Angga memejamkan mata dan sepertinya menyadari kesalahannya
"Kamu melakukan apa Angga?" tanya Saras merasa putranya itu pasti melakukan satu kesalahan sampai membuat Nafisha berada di luar berteriak kencang seperti itu.
"Karena terus diteleponi, Angga nabrak tiang listrik dan mobil Kak Nafisha lecet bagian depannya," jawab Angga garuk-garuk kepala membuat Umi menghela nafas.
"Kamu ini benar-benar keterlaluan," ucap Umi geleng-geleng kepala.
"Ini bukan hanya lecet saja, mesinnya juga sudah tidak bisa hidup, kamu apakah mobilku!" sentak Nafisha sudah berada di ruang tamu dengan wajahnya merah benar-benar sangat marah kepada adiknya itu.
"Maaf, Kak. Nanti Angga berusaha supaya mobilnya balik lagi, Angga punya teman kenalan bengkel," jawabnya berusaha untuk bertanggung jawab.
"Kamu benar-benar tidak bisa dipercaya. Sini uang untuk mengganti rugi biar Kakak sendiri yang ke bengkel," Nafisha mengadakan tangannya.
"Belum gajian sudah minta uang-uang aja, nantilah," sahut Angga.
"Nanti bagaimana? Kakak ke kantor harus naik mobil apa, sudah tau di rumah ini mobil hanya satu-satunya dan kamu malah seenaknya menabrakkan ke ini itu," oceh Nafisha.
Siapa juga yang tidak marah jika barang kesayangannya dirusak begitu saja dan jika rusak di tangannya maka itu tidak akan masalah tetapi orang lain walau itu saudara sendiri.
"Sudah-sudah, kenapa kalian ini jika tidak ribut satu hari saja tidak akan puas. Nafisha adik kamu tidak sengaja menabrak tiang listrik dan seharusnya bersyukur keadaannya baik-baik saja. Angga juga akan membayar ganti ruginya setelah gajian. Angga kamu juga salah yang sembarangan memakai mobil Kakak kamu dan menabrakkannya," ucap Abi berusaha untuk netral.
"Tetap aja harus diperbaiki sekarang Abi. Ini kendaraan untuk Nafisa ke kantor!" tegas Nafisha menekan suaranya.
"Kakak bisa naik Bus untuk sementara, lagi pula ongkosnya juga tidak mahal," ucap Angga memberi saran
"Enak ya kamu merusak hasil pencarian orang sembarangan dan sekarang nyuruh-nyuruh orang untuk naik Bus. Apa kabar dengan kamu hah! selama bekerja kamu terus numpang mobil Kakak, kamu gengsi untuk naik Bus, sekarang seenaknya nyuruh-nyuruh orang!" oceh Nafisha semakin kesal dan langsung meninggalkan kedua orang tuanya dan juga adiknya karena apapun yang dia katakan pasti tidak akan di bela.
Dia juga tidak bisa memaksa Angga untuk mengeluarkan duit sekarang ini karena Nafisha juga tahu penghasilan adiknya itu tidak pernah ditabung.
Bersambung....
...Author kembali membuat karya terbaru. Para pembaca setia jangan lupa untuk terus membaca dari bab 1 sampai bab akhir, dukungan sekecil apapun yang kalian berikan dapat membangun karya ini. Jangan lupa like, koment, vote dan subscribe yang banyak....
...Terima Kasih untuk pembaca setia.........
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa