Awalnya kupikir Roni adalah tipikal suami yang baik, romantis, lembut, dan bertanggung jawab, namun di hari pertama pernikahan kami, aku melihat ada yang aneh dari diri Suamiku itu, tapi aku sendiri tidak berani untuk menduga-duga sebenarnya apa yang tersembunyi di balik semua keromantisan suamiku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baju Asing
Aku turun dari taksi online bersama dengan Mas Roni, di depan sebuah rumah yang cukup besar, di salah satu pemukiman padat penduduk. Itu adalah rumah Mas Roni.
Setelah membayar taksi online, Mas Roni menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam rumah itu, rumah Mas Roni, yang nampak sederhana meskipun terlihat besar dan luas.
Beberapa ibu-ibu dan anak-anak nampak menonton kami yang baru masuk, maklum saja, walau di Jakarta, wilayah ini termasuk pemukiman padat penduduk, letaknya di belakang gedung pencakar langit, aku iuga baru tau kalau di Jakarta ada pemukiman seperti ini.
Ini adalah pertama kalinya aku menginjakan kaki di rumah Mas Roni, Sebelumnya Mas Roni tidak pernah mengajakku ke rumahnya, dia yang selalu datang ke rumahku. Apalagi memang perkenalan kami begitu singkat sebelum memutuskan untuk menikah.
"Ini istrinya Bang Roni ya?" tanya seorang Ibu yang sejak tadi memperhatikan kami.
Aku hanya tersenyum sambil menganggukan kepalaku, sementara Mas Roni membuka kunci pintu pagar rumahnya.
Jarak antara rumah satu dengan yang lainnya sangat bedempetan, jadi wajar saja kalau banyak orang yang melihat kedatangan kami.
"Om Roni, kok beda sama yang waktu itu pernah datang sih?" celetuk seorang anak remaja tanggung sambil bertengger di atas sepedanya.
"Hush! Ngomong apa sih kamu? Sudah sana main! Nanti Om beliin es teh di warung Bu Nuri!" seru Mas Roni sambil mengibaskan tangannya, menyuruh anak remaja itu pergi.
Sambil cengengesan, anak remaja tanggung itupun segera berlalu dari depan rumah Mas Roni.
Aku tiba-tiba kepikiran perkataan anak remaja itu, apa maksudnya ya? Ah sudahlah.
Kami pun langsung masuk setelah pintu terbuka lebar, sementara Mas Roni membawa koper dan beberapa barang yang kami bawa dari rumah Ibu masuk ke dalam rumah.
Jujur Aku agak terusik dengan kata-kata anak remaja tadi, apakah sebelum aku, pernah ada orang yang dekat dengan Mas Roni?
Selama ini Mas Roni tidak pernah menceritakan kedekatannya dengan siapapun, dia hanya bilang pernah punya mantan, itupun dulu sudah lama dan kini ada di luar kota.
"Istirahat dulu Dek, kamu pasti capek kan di perjalanan, tuh kamar kita, aku sudah siapkan sebelum kita menikah, meskipun tidak sebesar kamar yang ada di rumahmu!" kata Mas Roni sambil menunjuk ke sebuah kamar utama yang terletak persis di depan ruang tamu.
Mas Roni membawa koper kami masuk ke dalam kamarnya itu, dia mulai membuka koper untuk membereskannya, sikapnya benar-benar memanjakan aku, bahkan dia tidak minta tolong aku untuk membereskan barang-barang ku, dia semua yang melakukannya, siapa yang tidak meleleh coba.
"Mas, sudah lama tinggal di sini?" tanyaku yang enggan beranjak dari tempatku duduk, meskipun jujur aku merasa agak lelah dan ingin sekali berbaring.
"Lumayan Dek, yah sekitar lima tahunlah Mas tinggal di sini, Oya Dek, kalau ada omongan tetangga apapun itu, jangan terlalu di dengar ya, maklum saja ini kan pemukiman padat, banyak gosip sana sini!" jawab Mas Roni.
"Ya, tapi kan aku tidak selalu harus ada di rumah Mas, aku kan juga butuh bersosialisasi dengan tetangga, memangnya Mas Roni sering digosipin ya?" Tanyaku sambil beranjak dari duduk dan melangkah menuju ke kamar Mas Roni tadi.
Mas Roni masih nampak sibuk membereskan koper dan menata pakaian-pakaian di dalam lemari pakaian yang ada di kamar itu.
"Ya boleh saja kalau hanya sekedar bersosialisasi, hanya jangan sampai terpengaruh omongan tetangga saja!" sahutnya.
Aku duduk di tepi tempat tidur besar milik Mas Roni itu, semua sprei dan gorden terlihat baru, sepertinya kamar ini juga baru di cat, masih tercium aroma cat di indra penciumanku.
"Mas, meskipun perkenalan kita singkat, tapi aku harap di antara kita saling terbuka dan tidak ada yang tersembunyi!" ucapku kemudian.
Entah mengapa perkataan remaja tadi terus mengusik hatiku, aku merasa kalau Mas Roni menyembunyikan sesuatu dariku. Mas Roni kemudian menghentikan aktivitasnya lalu dia menoleh ke arahku.
"Dek, Kenapa kamu tidak percaya pada mas? Coba kamu ingat, Sejak pertama kita kenalan apa pernah Mas menyakitimu? Apa pernah ada kata-kata Mas ataupun sikap Mas yang membuatmu kecewa?" tanya Mas Roni sambil menatapku tajam.
Aku terdiam tidak dapat menjawab pertanyaan Mas Roni itu, memang ku akui sejak pertama kali berkenalan dengan Mas Roni, sikapnya begitu santun dan lembut, sedikitpun dia tidak pernah mengecewakanku, meskipun kami berkenalan hanya beberapa bulan saja, namun Mas Roni berhasil membuatku nyaman dan dia memang memperlakukanku seperti seorang Ratu.
Apapun yang aku inginkan selalu dipenuhi oleh Mas Roni, pada saat itu aku merasa wanita yang paling beruntung, karena bisa mengenal Mas Roni, sosok laki-laki yang begitu baik, manis, bertanggung jawab dan melindungiku dengan sepenuh hati.
Bahkan saat pertama kali Mas Roni datang ke rumahku, dia seperti menyihir Ibuku dan juga adikku Rafi.
Dia memberikan Ibu sejumlah uang dan beberapa barang, sikapnya juga sopan terhadap ibu, membuat Ibu juga langsung suka terhadap Mas Roni, bahkan Ibu langsung menanyakan pada Mas Roni kapan akan melamarku.
Dan Mas Roni pun menyanggupi untuk melamarku dan langsung menikahiku dalam waktu dekat, Meskipun aku tidak terlalu mengenal keluarganya, hanya adiknya saja yang aku kenal.
Tapi entah mengapa aku begitu percaya pada Mas Roni, dia adalah sosok laki-laki yang baik yang selama ini belum pernah aku temui.
Tapi justru setelah kami menikah, aku merasa ada yang ganjil di atas diri Mas Roni, Meskipun berkali-kali aku berusaha menepiskan pikiran-pikiran itu, tetap saja seolah alam ingin menunjukkan sesuatu yang aku sendiri tidak mengerti.
"Kenapa kamu diam Dek? Mas tanya apa selama ini Mas pernah mengecewakanmu? Sampai kamu bilang kalau kita harus saling terbuka, Memangnya kamu pikir selama ini Mas membohongimu?" Tanya mas Roni lagi.
"Maafkan aku Mas, bukan maksudku untuk tidak mempercayaimu, tapi ...." Aku menghentikan ucapanku.
"Sudahlah Dek, mungkin kamu capek menempuh perjalanan, kamu pasti lapar kan? Oya, kamu mau makan apa Dek? Mas mau beli makanan ke depan!" kata Mas Roni melembut.
"Mas, pengen makan ayam geprek aku, di sini ada yang jual?" tanyaku, memang aku lagi pengen makan ayam geprek, ingat ayam geprek yang di jual dekat rumahku, yang dulu selalu jadi langganan kami saat ibu tidak sempat masak.
"Oh, ada Dek, di ujung jalan sana ada yang jual ayam geprek, lumayan rame kok, rasanya juga enak, sebentar ya Mas beliin!" sahut Mas Roni sambil berdiri dari posisi duduknya, kemudian dia segera keluar dari rumah dan langsung mengendarai motornya.
Aku menghela nafas panjang, Mas Roni baik kok, untuk aku dia selalu gerak cepat, yah memang benar, selama mengenalnya dia tidak pernah mengecewakan aku, sebenarnya tidak ada alasan untuk aku tidak mempercayainya.
Aku melirik ke arah koper Mas Roni, belum semua pakaian di bereskan, masih ada beberapa yang tersisa di dalam koper.
Aku bangun hendak merampungkan pekerjaan Mas Roni yang belum selesai itu, aku mulai merapikan pakaian yang akan di masukan ke dalam lemari pakaian.
Aku memasukan beberapa pakaian milik Mas Roni, dikamar ini ada dua lemari, satu untukku yang sudah selesai di rapikan, dan satu lagi lemari milik Mas Roni yang memang sebelumnya dia pakai.
Mataku menangkap ada pakaian yang menurutku ganjil jika di miliki oleh Mas Roni, kaos tanpa lengan dan celana pendek, yang terlipat rapi di dalam lemari Mas Roni.
Kalau ku perhatikan, pakaian itu seperti pakaian wanita, di lihat dari corak dan warnanya, warna Pink dan ungu muda, tidak mungkin Mas Roni memiliki pakaian seperti itu.
Tapi pakaian milik siapa itu? Aku meraih pakaian itu dan mengamatinya, benar, ini adalah pakaian wanita, dadaku mulai bergejolak.
Bersambung ....