NovelToon NovelToon
Maya Dan Cangkulnya

Maya Dan Cangkulnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Romansa pedesaan
Popularitas:131
Nilai: 5
Nama Author: R.Fahlefi

Sebuah karya yang menceritakan perjuangan ibu muda.
Namanya Maya, istri cantik yang anti mainstream

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.Fahlefi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari karejo

Maya memutuskan diam, ia melanjutkan kegiatan memasaknya tanpa ingin memperpanjang perdebatan lagi.

Aroma masakan Maya menguar di udara. Membuat perut merasa lapar. Minggu ini, baru kali ini Maya memasak masakan sebanyak ini. Meskipun itu hanya tahu tempe di goreng plus telur dadar.

Gilang yang mencium aroma masakan itu langsung menuju dapur. Ia mengambil sendiri nasinya dan langsung makan. Bahkan ia tidak bertanya darimana Maya bisa mendapatkan uang untuk belanja.

Maya tidak ikut makan. Ia merapikan dapur dan segera untuk mandi.

Di dalam kamar mandi, Maya mendengar suara motor Gilang. Itu artinya Gilang sudah pergi padahal baru saja laki-laki itu mengeluh ngantuk.

Maya membasuh seluruh tubuhnya hingga bersih. Pikirannya mulai bermunculan ide-ide pekerjaan yang bisa ia lakukan.

'Lihat saja Gilang! Jangan meremehkanku. Aku pasti bisa mencari uang sendiri!' Gumamnya sendiri.

Selesai mandi dan berganti pakaian, Maya sangat terkejut karena melihat sisa lauk yang ditinggalkan oleh Gilang hanya tinggal sedikit. Tempe tahunya tinggal 3 potong, serta telur dadarnya cuma sisa separuh.

'Giliran makan aja nomor satu, kasih uang susahnya mau mati!' Maya mengomel.

Maya menghela nafasnya, ia mengelus-ngelus dadanya untuk berusaha sabar. Ketika Sari terbangun, anak itu pun langsung menuju dapur karena mencium aroma masakan yang membuat perutnya lapar.

"Ibu, masak apa?" Tanya Sari.

Maya menyembunyikan wajah kesalnya, ia pun tersenyum kecil pada Sari.

"Tempe goreng Nak, sekarang, cuci muka dulu baru makan, ya." Ucap Maya.

Dan pagi itu, Maya terpaksa menahan lapar. Ia tidak ikut makan dengan Sari.

"Ibu nggak ikut makan?"

"Nggak, tadi ibu udah makan duluan." Jawab Maya berbohong, padahal bagian lauknya udah habis dimakan sama laki-laki itu.

"Hari ini kamu di tumah tante Mirna dulu ya? Ibu mau keluar sebentar." Ucap Maya.

Meski tampak keberatan, Sari tetap mengangguk. Ia tidak terlalu suka tinggal di rumah Tantenya itu.

Rumah keluarga Gilang tidak jauh dari rumah mereka. Disana Mirna tinggal bersama anaknya yang berumur tidak jauh dari Sari. Ada juga mertua Maya atau Ibunya Gilang. Semenjak ayah Gilang meninggal, rumah itu hanya diisi oleh mereka saja.

Maya mengantar Sari ke rumah mertuanya. Disana Mirna sedang duduk-duduk di teras sambil mengunyah roti.

"Mir, Sari aku titip disini dulu ya. Aku ada urusan sebentar." Ucap Maya.

Mirna menoleh sekilah, bergumam pendek, "Hm."

Maya tahu, Mirna sebenarnya tidak terlalu menyukai jika Sari di rumah itu. Jika ia menolak, maka Gilang bisa-bisa akan marah padanya dan tidak diberikan uang lagi. Meskipun sikap Gilang pada Maya seakan tidak peduli, tetapi jika Sari ataupun Maya diperlakukan tidak baik maka Gilang bisa marah karena tersinggung.

"Jangan lama-lama." Ucap Mirna dengan nada ketus.

Maya mengangguk, lalu mengecup pucuk kepala Sari untuk pamit.

"Jangan nakal-nakal ya Nak, ibu cuma sebentar."

Sari mengangguk.

Anak itu masuk ke dalam rumah, disana Neneknya sedang menonton acara televisi bersama dengan Rina, anaknya Mirna yang berumur 8 tahun.

"Nenek." Ucap Sari mendekat kesamping neneknya.

"Aduh, cucu nenek, mana ibumu?"

"Ibu ada urusan nek."

"Oh, sini duduk disamping nenek."

Nenek Sari pun menyuguhkan roti-roti dari dalam kaleng yang ada didepan mereka. Sari mengambil roti itu, mengunyahnya. Sedangkan Rina tidak terlalu mempedulikan Sari. Ia sibuk sendiri.

Itulah salah satu hal yang melegakan hati Maya ketika membawa Sari ke rumah mertuanya. Maya tahu kalau mertuanya itu akan memperlakukan Sari dengan baik. Apalagi Sari adalah cucu dari anak laki-laki satu-satunya.

Sedangkan Rina meskipun tidak terlalu akrab dengan Sari, anak itu lebih pendiam. Berbeda sekali dengan Mirna yang mulutnya bisa seperti mulut harimau kalau berkata-kata.

Di jalan, Maya menenteng tas kecil tanpa berisi apa-apa. Tas itu ia bawa hanya agar tubuhnya tidak terlalu polos, atau bahkan takut dibilang orang gila jika berjalan tanpa tujuan.

Jalan pedesaaan yang ia lalui panas oleh terik matahari. Tujuan dia yang pertama adalah kantor kepala desa. Ia pernah mendengar bahwa sekarang desa membutuhkan lebih banyak perangkat untuk bantu-bantu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!