NovelToon NovelToon
Kakakku, Kekasih Suamiku

Kakakku, Kekasih Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Nikahmuda / Poligami / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dini Nuraenii

Pernikahan Adelia dan Reno terlihat sempurna, namun kegagalan memiliki anak menciptakan kekosongan. Adelia sibuk pada karir dan pengobatan, membuat Reno merasa terasing.
​Tepat di tengah keretakan itu, datanglah Saskia, kakak kandung Adelia. Seorang wanita alim dan anti-laki-laki, ia datang menumpang untuk menenangkan diri dari trauma masa lalu.
​Di bawah atap yang sama, Reno menemukan sandaran hati pada Saskia, perhatian yang tak lagi ia dapatkan dari istrinya. Hubungan ipar yang polos berubah menjadi keintiman terlarang.
​Pengkhianatan yang dibungkus kesucian itu berujung pada sentuhan sensual yang sangat disembunyikan. Adelia harus menghadapi kenyataan pahit: Suaminya direbut oleh kakak kandungnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Matahari di pertengahan siang memancarkan sinarnya dengan terik yang menusuk, membuat kolam renang di halaman belakang rumah Reno dan Adelia berkilauan seolah menertawakan segala kepenatan.

Namun, di dapur mewah berlapis marmer Carrara, suhu terasa sedikit lebih hangat, bukan karena cuaca, melainkan karena uap masakan yang terlarang.

Pukul dua belas siang. Reno baru saja tiba di rumah, tergesa-gesa karena harus menghadiri rapat daring penting di ruang kerjanya.

Bau masakan yang asing, namun begitu akrab, langsung menyambutnya di ambang pintu. Bukan aroma steak atau salmon yang biasa dimasak juru masak mereka, melainkan bau minyak panas dan bumbu-bumbu desa.

Ia melangkah menuju dapur. Di sana, di depan kompor listrik yang jarang digunakan, berdiri Saskia. Ia mengenakan celemek sederhana di atas gamisnya. Punggungnya menghadap Reno, bahunya sedikit membungkuk.

Saskia sedang memasak. Menu yang ia masak Oseng Tempe Lombok Ijo dengan aroma yang sangat menggugah selera.

"Kak?" panggil Reno, suaranya sedikit terkejut.

Saskia menoleh cepat, wajahnya yang teduh tampak sedikit panik. Ia segera mematikan kompor, seolah sedang melakukan tindakan terlarang.

"Mas Reno! Maafkan saya, Mas," katanya dengan nada bersalah, sambil cepat-cepat mengusap tangan pada celemeknya.

"Saya cuma... tadi Adelia belum pulang, dan saya lihat Mas Reno pasti capek. Saya pikir tidak enak kalau Mas Reno hanya makan mi instan di rumah yang semewah ini."

Reno berjalan mendekat, menatap masakan di wajan yang terlihat menggoda itu. "Oseng Tempe? Baunya enak sekali, Kak."

"Iya, Mas. Saya tadi pagi melihat ada Tempe di kulkas. Saya hanya ingin membuat sesuatu yang sederhana, yang bisa dimakan cepat. Saya tahu ini bukan makanan diet yang biasa Mas Reno makan, tapi..." Saskia tidak melanjutkan, menundukkan pandangannya.

Reno tersenyum. Senyumnya tulus, tanpa ada paksaan. "Ini lebih dari enak, Kak. Ini tulus. Terima kasih banyak sudah repot-repot."

Tepat saat Reno hendak mengambil sepotong tempe kecil, suara cemas Adelia terdengar dari ruang makan.

"Astaga, bau apa ini? Kenapa dapur jadi berantakan"

Adelia baru saja pulang, masih mengenakan blazer elegan dan terlihat sangat fresh dari AC mobilnya. Kontrasnya dengan Saskia yang berkeringat di dapur terasa sangat mencolok.

Adelia melangkah cepat ke dapur. Matanya yang tajam langsung menangkap Oseng Tempe di wajan dan uap yang masih mengepul.

"Kakakku Sayang," kata Adelia, nadanya terdengar cemas.

"Kenapa masak ini? Aku khawatir lho, ini kan Tempe yang digoreng, Mas Reno harus menghindari minyak berlebihan. Aku sudah atur pola makannya demi program kita. Aku khawatir ini bisa merusak upaya kita selama ini, Kak."

"Adelia... aku cuma mencoba," bisik Saskia, kepalanya tertunduk.

"Aku tahu niat Kakak baik. Tapi tolong, kita sudah berusaha keras dan biaya yang dikeluarkan sudah banyak. Aku tidak mau ada hal kecil begini yang menghancurkan semua usaha itu, Kak. Mas Reno benar-benar harus disiplin," jelas Adelia, sambil meraih lengan suaminya, menahan Reno agar tidak mengambil Oseng Tempe itu.

Saskia seketika pucat. Ia merasa niat tulusnya disamakan dengan ancaman kegagalan program.

"Maafkan kan Aku dek, Aku tidak tahu kalau ini akan seserius itu. Aku janji tidak akan mengulanginya," bisik Saskia, matanya mulai berkaca-kaca karena merasa bersalah.

Reno, yang sedari tadi diam, merasakan frustrasi yang memuncak akibat tekanan program. Ia melihat ekspresi bersalah Saskia, dan ia merasa kasihan pada kakaknya yang tulus itu.

"Sayang, sudahlah!" Reno berkata sedikit keras. "Aku yang makan. Kakakmu hanya tulus, Sayang. Jangan membuat perhatiannya terasa seperti kesalahan besar!"

"Mas, bukan begitu. Aku hanya..."

"Aku tahu! Kamu hanya ingin sukses! Tapi aku lelah dengan kata sukses, Sayang! Aku ingin makan makanan yang menenangkan hatiku sekarang!" suara Reno terdengar frustrasi.

Ia mengambil keputusan cepat. "Aku akan makan ini. Dan rapatku akan kubatalkan. Aku butuh ketenangan."

Reno mengambil piring, mengisi nasi dan Oseng Tempe buatan Saskia. Ia menatap Saskia, mencoba meyakinkan dengan tatapannya bahwa ia menghargai usaha Kakaknya itu.

"Terima kasih, Kak. Mari, kita makan bersama," ajak Reno, sengaja mengabaikan Adelia yang kini terdiam, terkejut dengan ledakan emosi suaminya.

Adelia hanya bisa berdiri mematung. Ia tidak marah pada Saskia, tetapi ia marah pada keadaan. Ia merasa diserang oleh suaminya sendiri padahal ia hanya ingin menjaga. Ia melangkah keluar dari dapur, suara langkah sepatu haknya pelan, menandakan kekecewaan, bukan kemarahan besar.

Reno dan Saskia makan berdua di meja dapur. Adelia mengurung diri di kamar utama. Suasana canggung, tetapi ada kehangatan aneh yang menyelimuti Reno.

"Mas Reno, saya benar-benar minta maaf. Saya sudah membuat Mas Reno bertengkar dengan Adelia," bisik Saskia, suaranya dipenuhi rasa bersalah.

"Tidak apa-apa, Kak. Itu bukan salahmu. Itu salahku dan Sayang yang terlalu tegang belakangan ini. Masakanmu sungguh obat yang mujarab," jawab Reno sambil tersenyum.

Saskia tidak membalas lagi, ia hanya makan dengan tenang dan menunduk.

Setelah makan, Saskia segera mencuci piring dengan cekatan. Reno mengawasinya. Ia melihat tangan Saskia yang lembut namun cekatan, ia melihat gerakan bahu wanita itu, yang menunjukkan kelelahan namun tetap fokus pada pekerjaannya.

Tidak ada keluhan, hanya ketulusan.

Reno menghampiri wastafel. "Biarkan itu Asisten Rumah Tangga saja yang cuci, Kak." kata Reno.

Saskia menggeleng pelan. "Tidak, Mas. Saya tidak mau merepotkan. Saya sudah merepotkan kalian dengan tinggal di sini. Biar ini tugas saya."

"Tapi tanganmu nanti kasar, Kak," kata Reno tanpa berpikir. Ia meraih pergelangan tangan Saskia, menghentikannya mencuci piring.

Lagi-lagi, sentuhan mendadak itu. Jemari Reno yang hangat memegang pergelangan tangan Saskia yang basah.

Kali ini, Saskia menoleh. Mata teduhnya yang berkaca-kaca menatap lurus ke mata Reno. Di mata itu, Reno melihat trauma lama dan ketulusan baru yang bercampur aduk.

Reno merasakan sesuatu yang aneh. Bukan gairah yang membara, melainkan gelombang kelembutan protektif yang dalam. Ia menarik tangannya, menyentuh pipi Saskia sebentar, hanya untuk mengusap sisa air.

"Jangan sungkan, Kak. Kamu di sini adalah keluargaku," bisik Reno, nadanya sangat lembut. "Dan, Kak... bisakah kamu berhenti memanggilku 'Mas Reno'?"

Saskia mengerjap, terkejut. "Maksud Mas Reno?"

"Panggil aku Reno saja. Tanpa 'Mas'," pinta Reno, tatapannya semakin serius, menembus batas.

"Kita tinggal serumah. Aku ingin kita lebih akrab. Anggap saja aku adik kandungmu di sini."

Saskia menunduk, pipinya merona dalam. Ia tidak yakin apakah ini melanggar batas, tetapi permintaan itu terdengar lembut, bukan memaksa.

"Baik... Reno," bisik Saskia, mencoba menyebut nama itu. Suaranya terdengar canggung.

"Bagus," jawab Reno, senyumnya kini terasa lebih dalam.

Reno pergi dari dapur, meninggalkan Saskia yang kini bukan hanya mencuci piring, tetapi juga harus mencuci rasa bersalah dan sensasi aneh yang ditinggalkan oleh sentuhan itu.

Rasa bersalah karena membuat Adelia marah, dan sensasi aneh saat menyebut nama Reno tanpa embel-embel 'Mas'.

Di kamar utama, Adelia masih merasa kecewa. Ia tidak tahu bahwa sentuhan lembut suaminya di pipi Kakaknya, di tengah dapur mewah mereka, adalah kerusakan pertama yang Reno sengaja biarkan terjadi dalam rumah tangga mereka.

1
Dew666
Up juga nih… yg banyak up nya penasaran kapan Adel tau pengkhianatan mereka
Ibu negara
aku kok masih bingung
Dew666
Kapan Adelia tau perselingkuhan mereka 😭😭😭
Dew666
Poor Adelia 😭😭😭
Dew666
👄👄👄👄👄
Dew666
Kasian Adelia 😭😭😭😭😭
Dew666
Kapan Adel tau perselingkuhan mereka😭😭😭
Dew666
Lanjut… kapan Adel tau kebusukan mereka?
Dew666
Lanjut… ayo langsung ketauan aja, biar Adelia gak d bohongi lama-lama, kasian Adelia..
Dew666
🍒🍒🍒
Dew666
Kasian Adelia….
Dew666
😍👍
Dew666
😍😍😍
Dew666
Kalian berdua jahat👹
Dew666
🌻❤️
Dini Nuraeni: Terimakasih sudah mampir kak😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!