Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3.Kehidupan Zi ning.
Di utara negeri Lan gya, berdiri megah benteng pertahanan yang dijaga oleh Jenderal Liu, sosok yang disegani baik oleh rakyat maupun kaisar.
Ia memiliki lima putra gagah perkasa, namun hanya satu bunga di antara mereka yaitu Liu zi ning, putri bungsu sekaligus permata hati keluarga Liu.
Zi ning tumbuh dalam kasih sayang dan perlindungan berlapis. Sebagai satu-satunya wanita di keluarga militer, ia dibesarkan dengan penuh kelembutan namun juga dibekali ketegasan khas klan Liu. Semua kakaknya menyayanginya bagai nyawa sendiri.
Namun, suatu hari, demi menunaikan perjanjian lama antar keluarga bangsawan, keluarga Wu datang dengan permintaan yaitu agar Zi ning dinikahkan dengan Wu tian yu, putra bungsu mereka. Meski Tian yu hanyalah seorang prajurit rendahan, keluarga Wu bersikeras.
Kakak-kakak Zi ning tentu menolak keras, apalagi mereka mencium adanya niat tersembunyi di balik permintaan itu yaitu niat untuk memperoleh mas kawin dari klan Liu.
"Ayah, keluarga Wu sedang mengalami masa sulit. Mereka pasti memanfaatkan pernikahan putranya untuk kelangsungan hidup Zi ning" Ucap Lei heng kakak kedua Zi ning.
"Adik benar ayah! " Ucap kakak pertamanya bernama Yun hao.
"Iya ayah! " Seru mereka bertiga, Zhi x un kakak ketiga, Hao xuan kakak keempat dan Jing tao kakak kelima.
Kakak-kakak Zi ning menolaknya dengan tegas, tapi apa daya ketika ayah mereka jenderal Liu memutuskan tidak ada yang bisa menolaknya.
"Ini keputusan ayah, Zi ning tetap menikah dengan keluarga Wu atau kalian mau melihat ayah kalian mati karena ingkar pada janji sendiri.
Namun Jenderal Liu adalah pria yang menjunjung tinggi kehormatan dan janji. Tanpa menggubris penolakan anak-anaknya, ia tetap memutuskan pernikahan itu harus dilaksanakan.
Zi ning pun menikah, tandu pernikahan di antar ke kota Qing shi,tapi takdir mempermainkannya pernikahan Zi ning malam itu.
Pada malam pertama pernikahan mereka, Tian yu melarikan diri. Bukan karena takut, tapi karena ia ingin bersama wanita yang ia cintai secara diam-diam,seorang gadis sederhana yang tak diakui oleh keluarga Wu.
Tian yu yang tidak mau menjadikan wanita pujaan nya sebagai selir, karena ia sudah melakukan upacara pernikahan dan keluarga Wu mendapatkan menantu keinginan mereka.
Mereka berdua memutuskan untuk mencoba kabur bersama, namun pengejaran dari keluarga Wu berlangsung cepat dan brutal. Dalam kekacauan itu, Tian yu dan kekasihnya terjatuh dari tebing dan tewas seketika.
Untuk menjaga kehormatan keluarga dan menghindari aib, keluarga Wu menyembunyikan kebenaran. Mereka mengarang cerita bahwa Tian yu gugur dengan gagah berani saat melindungi saudaranya dari serangan bandit di kota Qing Shi.
Seketika itu juga Zi ning yang awalnya memakai pakaian pengantin merah cerah, menjadi pakaian berkabung sebagai janda yang belum disentuh.
Zi ning menerima kabar itu dengan hati pilu, namun percaya sepenuhnya. Ia menjadi janda hanya beberapa jam setelah pernikahan, dan keluarga Wu bukannya menghibur tapi justru menyalahkannya atas kematian putra mereka.
Mereka menyebutnya pembawa sial. Sosok wanita yang katanya membawa kematian bagi suaminya sendiri.
Ibu mertuanya nyonya besar Wu, menyalahkan Zi ning yang duduk didepan peti mati Tian yu.
Seketika Zi ning, yang dulunya hidup dalam kemewahan dan kasih sayang, mendadak jatuh ke dalam lembah kehinaan dan kesedihan. Ia tidak hanya kehilangan status dan martabat, tetapi juga menjadi bulan-bulanan dalam rumah tangga barunya.
Tanpa mengetahui kebenaran dalam kematian suaminya,yang ia tahu adalah bahwa kematian Tian yu bukanlah pengorbanan, melainkan pengkhianatan.
Dan dengan bodohnya Zi ning menerima penghinaan, pembatasan dalam kehidupan nya sebagai seorang janda, ia harus melayani keluarga Wu tanpa mengeluh dan juga harus mendoakan pria yang sudah mengkhianati dirinya.
___
Angin sore bertiup lembut dari jendela yang setengah terbuka, membawa aroma teh hangat dan serbuk kayu dari perapian kecil di sudut ruangan.
Yue duduk di samping ranjang dengan suara lembut, perlahan menceritakan masa lalu Nyonya mudanya,kisah sedih seorang gadis bangsawan yang dijadikan pion dalam permainan kehormatan, lalu ditinggal dalam kesunyian menyakitkan.
Zi ning mendengarkan tanpa menyela. Tapi di balik wajah tenangnya, pikirannya gemuruh. Ia yang dulunya adalah Li Hua, wanita modern, mandiri, dan hidup bebas dalam dunia teknologi dan karier tak pernah membayangkan akan terperangkap dalam tubuh seorang janda muda berusia dua puluh lima tahun yang sudah menjanda selama sepuluh tahun.
Begitu Yue selesai bercerita, suasana kamar hening. Bahkan suara burung dari halaman belakang seolah ikut diam.
Zi ning menunduk, menatap kedua telapak tangannya yang mungil dan pucat. Tangannya bukan lagi tangan Li Hua yang kuat dan cekatan tapi melainkan tangan seorang gadis muda yang telah kehilangan segalanya terlalu cepat.
"Usianya...baru lima belas tahun dan harus menjanda, apa-apa dunia ini. Memang disini tidak ada hak untuk wanita, ini namanya pernikahan melanggar hukum" Gerutunya pelan.
"Nyonya bilang apa? "
"Tidak, aku hanya merasa ini tidak adil untuk ku"
Yue pun menjadi bingung, dengan sikap nyonya nya yang tidak seperti biasanya.
Mata Zi ning perlahan berkaca-kaca. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gejolak yang naik dari dalam dada.
Betapa berbedanya hidup mereka...
Li hua hidup dengan kebebasan memilih kuliah, bekerja, menolak pernikahan jika ia mau. Tapi Zi Ning… gadis itu bahkan tak sempat mengenal suaminya. Dijual dalam pernikahan demi kehormatan, ditinggal, dan kemudian dicaci.
“Aku tidak tahu harus merasa apa…,” suara Zi ning bergetar, “Aku marah. Aku sedih. Tapi… yang paling kuat dari semua ini aku kagum. Betapa kuatnya dia menjalani semua ini, saat aku mungkin sudah hancur kalau berada di posisinya.”
Yue menatapnya, ada air mata di matanya juga. "Nyonya…sebenarnya anda bicara apa?, saya jadi tidak mengerti "
"Kamu tidak perlu mengerti Yue, sekarang nyonyamu ini bukan wanita yang mudah ditindas"
Zi ning menghela napas, menatap ke luar jendela. Matahari mulai tenggelam, menyinari langit dengan warna oranye keemasan. Dalam hati, ia tahu satu hal yaitu hidup ini bukan milik Zi ning lagi, tapi Li hua wanita modern yang sudah banyak menghadapi lika-liku kehidupan.
Namun satu hal pasti,ia tak akan menyerah. Jika Zi ning bisa bertahan dengan semua luka itu di usia lima belas, maka gilirannya kini untuk meneruskan kehidupan Zi ning.
Pagi itu setelah pembicaraan malam mereka, sinar matahari belum lama menyentuh kisi-kisi jendela kamar Zi ning.
Di dalam kamar yang tenang, Yue tengah menyisir rambut tuannya dengan lembut, sementara Zi ning duduk diam menatap ke luar jendela, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Wajahnya pucat, matanya sayu dengan bekas tangis semalam masih membekas jelas di sudut mata.
Tiba-tiba—
BRAK!!
Pintu kamar mendadak terbuka dengan kasar. Suara kayu yang terbanting menggetarkan suasana. Yue refleks berdiri dan membungkuk kaget. Zi ning pun menoleh dengan wajah terkejut.
Siapa dia?, menurut penampilannya, dia mungkin nyonya besar yang diceritakan Yue, pikir Li hua.
Langkah sepatu bordir bergemeretak mendekat. Di ambang pintu berdirilah Nyonya Besar, mengenakan jubah sutra ungu tua dengan bordiran burung phoenix emas di dadanya. Wajahnya dingin, sorot matanya penuh rasa tak suka. Dengan dagu terangkat dan suara sinis, ia membuka suara.
"Sudah pagi seperti ini, kenapa kau masih bermalas-malasan di kamar, jangan jadikan alasan kesehatan mu sebagai mungkir dari kewajiban mu sebagai menantu utama keluarga ini! "
Suara Nyonya Besar begitu tajam, seperti cambuk yang mencambuk harga diri Zi ning. Yue menunduk dalam, tubuhnya kaku, tak berani bersuara. Zi ning menggenggam erat kain bajunya, berusaha menahan emosi dan kehancuran yang perlahan kembali menjalari hatinya.
"Maafkan kami, nyonya besar!. Nyonya, bangun kesiangan karena kemarin ia sakit" Ucap Yue sambil tertunduk.
Nyonya Besar melanjutkan, matanya menyipit penuh sindiran.
"Kalau begitu cepat bantu nyonyamu itu, untuk segera bersiap-siap melakukan tugasnya"
"Baik nyonya besar"
Udara di dalam kamar seketika menjadi dingin. Zi ning menelan ludah, mencoba menegakkan punggungnya meski hatinya goyah.
Yue memandang tuannya dan memberikan isyarat untuk diam,dan Zi ning yang tidak mau ribut pagi-pagi dengan ibu mertua nya hanya bisa menuruti permintaan Yue.
Mereka berdua menunduk hormat, dan memberi salam ketika nyonya besar pergi bersama para pelayannya.
Setelah mereka pergi dari kamar Zi ning, akhirnya Zi ning bisa bernafas lega.
"Huh.., tadi menakutkan sekali!. Apa tiap hari aku harus menghadapi wanita tua itu? "
"Nyonya, jangan bicara seperti itu. Bagaimana kalau ada orang yang dengar?, rumah ini punya telinga bagaimana kalau mereka melaporkan pada Nyonya besar apa yang Nyonya katakan"
"Kau benar!, aku harus hati-hati"
Akhirnya mereka berdua melanjutkan apa yang mereka kerjakan,dan cepat segera menyelesaikan sebelum di tegur lagi.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡