NovelToon NovelToon
Duda-ku

Duda-ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:378
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

"hana maaf, rupanya riko hatinya belum tetap, jadi kami disini akan membatalkan pertunangan kamu.. dan kami akan memilih Sinta adik kamu sebagai pengganti kamu" ucap heri dengan nada yang berat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05

“Aku akan memberikan yang terbaik untuk kamu, Sayang,” jawab Riko. Sebuah keputusan yang sebenarnya terasa berat baginya. Riko memang kaya, tetapi terkenal pelit.

“Terima kasih, Sayang,” ucap Sinta manja.

“Sinta, Ibu mohon kamu jangan melakukan tindakan seperti itu. Itu tindakan yang nekat, Nak. Biasakanlah semuanya dibicarakan dengan baik. Kalau sudah menjadi pasangan suami istri, harus saling berkomunikasi agar masalah bisa diselesaikan bersama,” ucap Mila penuh perhatian.

Namun, ingatan Mila justru tertuju pada Hana. Meski Hana dan Riko belum menikah, percakapan mereka selalu terdengar seperti pasangan suami istri. Riko kerap menyampaikan keluhannya, dan Hana dengan sabar memberikan solusi.

Dalam hati kecilnya, Mila sebenarnya berharap Riko berjodoh dengan Hana. Namun, ia sadar tidak bisa menentukan masa depan anaknya. Semua ia serahkan sepenuhnya kepada Riko.

“Ya, Bu… maafkan Sinta. Sinta benar-benar tertekan. Apalagi Sinta difitnah ke mana-mana kalau Sinta sudah mengandung anak Mas Riko. Makanya Mas Riko mau menikahi aku. Itu yang sedang ramai dibicarakan di lingkungan tetangga. Bayangkan kalau Ibu ada di posisi aku. Aku ini wanita baik-baik, selalu menjaga kehormatan, dan sekarang tiba-tiba aku difitnah berzina,” ucap Sinta penuh kepura-puraan.

Mila mengerutkan dahi, seolah tak percaya. Ia mengenal Hana dengan baik—Hana bukan tipe wanita yang suka bergosip. Hana justru pekerja keras, pikirannya fokus pada masa depan. Ia bahkan tidak punya waktu untuk bergosip, apalagi menebar fitnah.

“Maka dari itu, calon besan, pernikahan anak kita harus meriah. Kalau sederhana, kesannya anak kita menikah karena kecelakaan, bukan karena saling cinta. Telinga saya ini sudah panas sekali mendengar omongan tetangga. Pernikahan itu harus menjadi jawaban bahwa apa yang dikatakan Hana tidak benar,” ucap Mirna dengan nada penuh tekanan.

“Baiklah, Besan, nanti kita bicarakan lebih lanjut. Jujur saja, semenjak Riko melamar Hana, kami tidak pernah membicarakan soal pesta. Setiap kali kami ingin membahasnya, Hana dan Riko selalu melarang. Kata mereka, biarkan orang tua duduk manis saja saat resepsi, tidak usah direpotkan dengan urusan persiapan pernikahan,” ucap Mila.

Sialan, pelit sekali orang tua ini, gerutu Mirna dalam hati.

“Baiklah, calon besan, kami pamit dulu,” ucap Pak Heri dengan sopan.

“Sayang, aku juga pamit, ya. Maklum, grosir baru buka, jadi aku harus memantaunya langsung,” tambah Riko.

“Iya, Sayang, terima kasih sudah menjenguk,” ucap Sinta.

Mereka pun keluar dari ruang IGD dan meninggalkan rumah sakit.

“Kalian kenapa banyak sekali berbohong?” ucap Handoko kesal.

“Sudahlah, diam! Ini semua gara-gara kamu, Mas. Coba kamu berpihak pada Sinta, mungkin Sinta tidak akan melakukan hal senekad ini,” ucap Mirna dengan nada kesal.

“Sudahlah, aku mau istirahat,” ucap Sinta.

Handoko pun meninggalkan ruang IGD.

Setelah Pak Handoko keluar, Sinta tersenyum ceria.

“Bu, pokoknya aku mau pernikahanku meriah, dan aku maunya di hotel, bukan di rumah,” ucap Sinta.

“Astaga, Nak, di hotel itu biayanya mahal sekali,” sahut Mirna.

“Ibu, kenapa mikirin biaya? Emangnya ibu yang bayar?”

“Ya, bukan ibu sih… tapi sayang uangnya,” jawab Mirna.

“Tenang saja, Mas Riko harus mau mengikuti keinginanku. Kalau tidak, aku punya kartu as-nya,” ucap Sinta dengan penuh kepastian.

“Bu… aku mau memberi pelajaran pada Hana. Gimana?”

“Mau kamu bunuh juga, nggak masalah,” ucap Mirna dingin.

Sinta menatap Mirna, menelisik jawaban ibunya yang kejam. Kemudian, Sinta mengambil ponsel dan menelpon seseorang.

,,

,,,

Hana mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang.

Di jalan yang sepi, dua motor tiba-tiba memepetnya. Hana mencoba mempercepat laju kendaraannya, tapi sayang, di depan sudah ada motor yang menghalangi.

Bruk! Motor Hana menabrak sepeda motor di depannya.

“Bawa aja, lumayan cakep nih cewek,” ucap seorang pria yang mengenakan jaket hitam.

“Siapa mereka? Padahal aku tidak punya musuh,” gumam Hana dalam hati, merasa cemas.

Suasana semakin menegang. Hana mencoba berdiri, tapi kakinya terkilir.

Sial… masa ini akhir nasibku, gumam Hana dalam hati.

Kalau mereka akan melecehkanku, maka aku lebih baik mati, pikirnya dengan putus asa.

“Hahaha, wey, cewek cantik nih. Uang dapat, motor dapat, dan ehmmmm…” ucap seorang pria botak, air liurnya menetes melihat betis Hana yang sudah tersingkap.

Pria itu semakin mendekat, namun tiba-tiba—

Brukkkkk! Sebuah mobil Fortuner menabrak motor mereka dan melindasnya.

“Wey, siapa itu yang sok jago?” ucap seorang pria kesal.

“Bubar, nggak lo?” ucap seorang lelaki yang mengenakan jaket hitam. Ia mengacungkan pistol ke arah orang-orang yang hendak menyerang Hana.

“Ampun, Pak! Ampun, jangan tembak, Pak!” teriak salah seorang dari mereka.

“Cepat, kalian bubar!” tegas lelaki itu.

Enam pria itu segera berlari, mengambil sepeda motor mereka, dan meninggalkan Hana serta lelaki yang menolongnya.

Lelaki itu kemudian mendekati Hana.

“Andri,” ucap Hana, lega sekaligus terkejut.

“Hana… kirain aku bukan kamu,” jawab Andri, merasa kaget.

Hana mencoba berdiri, namun kakinya terkilir sehingga sulit untuk bangkit.

“Sebentar, aku bantu,” ucap Andri. Ia menaruh pistolnya di mobil, lalu mendekati Hana.

Tangan Hana dikalungkan ke pundaknya. Andri membantu Hana berdiri dan memapahnya menuju mobil. Hana kemudian masuk ke dalam mobil dengan hati-hati.

“Motorku gimana?” tanya Hana.

“Gampang, nanti anak buahku yang akan mengambilnya. Sekarang kita ke klinik terdekat dulu,” ucap Andri.

“Tidak usah. Tidak jauh dari sini ada ahli patah tulang. Bawa saja aku ke sana,” sahut Hana tegas.

“Baiklah,” jawab Andri. Lalu ia menghidupkan mobilnya dan menuju ahli patah tulang terdekat.

Selama di jalan, tidak ada pembicaraan. Sesekali Hana hanya mengarahkan Andri menuju lokasi ahli patah tulang.

Katanya Andri tukang ojek, kenapa sekarang bawa mobil mewah dan punya senjata api lagi? gumam Hana dalam hati, penuh rasa heran.

Akhirnya, mereka sampai di ahli patah tulang. Ruangan itu tampak familiar bagi Hana. Ia sering ke sini, entah untuk membawa orang lain berobat atau untuk dirinya sendiri.

Andri sampai memejamkan mata saat ahli patah tulang memperbaiki kaki Hana yang terkilir, karena terdengar suara ngilu yang menyakitkan.

“Mau aku antar pulang, atau kita makan dulu?” ucap Andri.

“Aku mau makan dulu,” jawab Hana singkat.

Andri membawa mobilnya ke sebuah resto.

“Jangan di sini… di sini mahal. Di warung makan Padang saja… uangku tadi habis untuk biaya berobat Sinta,” ucap Hana.

“Tenang saja, ini resto aku kok. Aku traktir kamu,” jawab Andri.

Hana menatap Andri heran.

“Tenang saja. Pekerjaan utamaku memang tukang ojek, tapi sampinganku banyak,” ucap Andri santai.

Kemudian, mereka berdua menuju resto yang memang ramai pengunjung.

“jadi sebenarnya apa motif kamu membohongi sinta?” Tanya hana

ANdri tampak terdiam sejenak

“istri bukan hanya teman satu ranjang,,istri harus menjadi teman hidup aku tidak mau mempunyai istri yang taunya hanya menikmati hartaku saja” jawab andri

“ah sayang sekali gara-gara kamu berbohong adikku jadi merebut tunananganku” hana tampak terlihat  kesal

“sudahlah kamu juga tahukan tuanangan kamu itu tidak setia seperti yang kamu bayangkan, perselingkuhan tidak akan terjadi kalau salah satunya setia, ini jelas keduany memang tidak setia”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!