"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 11. Bulan berlalu
Setelah malam penyempurnaan arwah Rianti, ayah Lea perlahan mendekati Lea lagi, membujuk nya dan meminta maaf, Lea memaafkan ayah nya tentu saja.. bagaimanapun Lea sangat menyayangi ayah nya.
Semua berjalan seperti sediakala, mereka menyesuaikan hidup mereka lagi tanpa kehadiran Rianti, sampai tidak terasa sudah 40 hari rianti pergi dari Lea dan keluarga nya. Setelah 40 hari itu juga bude Win dan suaminya akhir nya pamit pergi lagi merantau ke Jakarta, karena mereka pedagang di Jakarta.
Sepi.. Itu yang Lea rasakan, dia kini duduk di rumah kayu, dengan boneka Po kesayangan nya, menatap nenek nya yang sedang membuat kerangka untuk anyaman topi sawah.
"Ti.." Panggil Lea.
"Iyo, nduk." Sahut nenek Lea.
"Lea boleh main ke pekalangan?" Tanya Lea, dia akan selalu ijin pada nenek nya.
"Tumbasin (belikan) kopi dulu buat bapakmu yo, nduk." Ujar nenek Lea.
"Iya, abis itu boleh main, ti?" Tanya Lea.
"Boleh, tapi nanti (beduk) dzuhur pulang yo, bobok siang." Ucap nenek nya.
"Iya, ti" Sahut Lea.
Nenek Lea memberikan uang pada Lea untuk membeli kopi, dan nenek Lea mewanti - wanti..
"Jangan beli ke warung bu Marni, yo nduk. Beli ke warung nya Malik saja." Ujar nenek Lea.
"Iya, ti." Ujar Lea, lalu pergi dari rumah setelah di beru uang oleh nenek nya.
Kea berjalan sendirian pergi menuju ke warung ibunya Malik yang rumah nya tak jauh dari pak mantri, di jalan dia bertemu teman - teman sebaya nya yang sedang bermain permainan seru, Lea sangat ingin bermain tapi dia ingat tugas nya untuk beli kopi dulu.
"Aku beli kopi bapak sek, nanti aku nyusul." Ujar Lea, dia berlari buru - buru.
Tapi saat sampai di warung ibunya Malik, kopi kesukaan bapak nya tidak ada..
"Nggak enek, nduk." Ujar ibunya Malik.
Ibunya Malik tidak memarahi Lea, setelah kejadian kepala Malik bocor, justru ibunya Malik meminta maaf pada nenek Lea dan ayah Lea karena anak nya sudah mengatai Lea yatim.
"Yaahh.." Gumam Lea.
Tapi Lea tau, ayah nya itu sangat wajib minum kopi.. dan satu - satunya yang menjual lengkap hanya toko sembako bu Marni. Dari jauh Lea sudah menatap toko sembako itu, yang entah mengapa di mata Lea toko itu terlihat menyeramkan.
"Ndak apa apa lah." Gumam Lea, lalu berjalan.
Lea berlarian dan akhir nya sampai di toko sembako bu Marni, dan naas nya bu Marni sendiri yang melayani Lea.
"Apa!?" Tanya bu Marni galak.
"Tumbas (beli) kopi, nyai." Ujar Lea kecil, dia memanggil bu Marni nyai.
"Kopi apa!?" Tanya bu Marni lagi.
"Kopi bapak, nyai." Sahut Lea polos, dia tidak tau nama kopi yang ayah nya minum.
Tapi bu Marni tau, karena almarhumah Rianti selalu membeli kopi untuk ayah Lea di sana. Bu Marni mengambilkan kopinya lalu di lempar sampai mengenai wajah Lea, Lea takut tentu saja, tapi dia tetap menberikan uang nya untuk membayar.
Lama bu Marni tidak menerima uang dari tangan Lea, dia terus menatap Lea dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Sampai akhir nya bu Marni dengan kasar menarik uang dari tangan Lea..
"Pas!" Ujar bu Marni.
Akhir nya Lea pun berlari pergi, saat sudah di luar Lea menyentuh jantung nya yang bergemuruh, dia takut dengan tatapan tajam dan seolah menusuk nya itu, dan juga Lea melihat ada kepala muncul dari belakang bu Marni, Lea ketakutan.
Kepala itu muncul dari belakang bu Marni persis, bahkan Lea bisa melihat tangan pucat ysng juga dsri belakang bu Marni, tapi Lea tidak melihat kaki.. Lea pikir memang ada seseorang di belakang bu Marni, tapi saat bu Marni mengambil kopi.. kepala orang yang di lihat nya hilang, yang berarti itu bukan kepala manusia.
Tapi akhir nya Lea pulang, dan sesampainya di rumah.. Lea melihat ayah nya duduk di teras.
"Bapak, iki kopi nya." Ujar Lea, memberikan kopi itu pada ayah nya.
"Kamu dari mana, nduk?" Tanya ayah Lea, karena wajah Lea masih pucat.
"Beli kopi pak, Lea main dulu." Ujar Lea lalu berlari pergi.
Ayah Lea heran, tapi akhir nya dia tidak memikirkan nya lagi..
Malam harinya..
Lea duduk di ruang tamu, bersama nenek nya dan ayah nya.. Lea tidak mengerti pembahasan orang dewasa tapi Lea tau ayah nya akan pergi lagi, karena ayah nya terus mengulang nama tempat yang selalu ayah Lea datangi untuk bekerja, yaitu.. Laut.
"Lea.. Bapak berangkat yo nduk, cari ikan buat Lea." Ujar ayah Lea pelan, seperti biasanya dia berpamitan dulu.
"Bapak mau cali gonggo (laba - laba)?" Ucap Lea, tapi yang Lea maksud adalah sotong.
"Iya, nanti bapak pulang lagi bawa telpon mainan buat Lea, yo?" Ujar ayah Lea.
"Iyo.." Sahut Lea.
Agak terkejut ayah Lea, Lea mengiyakan nya dengan mudah..
"Sesok bapak berangkat, yo.. Kamu jangan nakal sama uti." Ujar ayah Lea.
"Iyo.." Sahut Lea lagi.
"Lea mau tidul sama bapak, boleh?" Tanya Lea, dan ayah nya dengan tersenyum mengangguk.
"Boleh dong, anak bapak sayang." Ujar ayah Lea, lalu memeluk Lea.
Lalu akhir nya malam itu Lea tidur bersama ayah nya, dia memeluk boneka Po kesayangan nya. Lea sudah tidak melihat ibunya lagi, tapi dia jadi sering melihat hal yang tidak pernah di lihat nya sebelum nya, dan mendengar suara - suara yang juga tidak pernah Lea dengar sebelum nya.
Ke esokan harinya..
Akhirnya ayah Lea sungguhan pergi, dia membawa pakaian nya di dalam ransel dan berpamitan pada Lea. Kini Lea hanya tinggal berdua bersama nenek nya saja di rumah itu..
...•••••...
Hari demi hari berjalan sampai akhir nya berganti bulan Lea lewati hanya bersama nenek nya. Dan semakin berjalan nya hari, semakin banyak hal - hal aneh yang tidak pernah Lea lihat. Lea bahkan mengatakan pada teman - teman nya bahwa di kali yang merupakan tempat nya biasa bermain dengan teman - teman nya ada rumah yang terbuat dari emas.
Lea selau bilang permisi di titik - titik tertentu dan dia mengatakan pada teman - teman nya bahwa di kali ada pengantin - pengantin cantik, pengantin - pengantin yang Lea maksud adalah perempuan dengan pakaian adat keraton kuno dengan roncean melati di rambut nya, lea menyebut nya pengantin.
Teman - teman nya sering mengatakan Lea aneh, bahkan takut pada Lea sebab Lea sering menujuk titik - titik tertentu dan melihat yang tidak di lihat anak lain, alhasil kebanyakan teman Lea menjauh darinya. Seperti saat ini.. Lea pulang mengaji bersama Indi dan beberapa anak lain.
"Rrrrr... Coba bilang lagi, Rrrrr..." Indi sedang mengajari Lea bagaimana mengucap R, sebab Lea masih cadel.
"Lllllll.. Ndak iso mbak Indi." Ujar Lea, dia frustasi karena dibejek cadel.
Indi dan teman - teman nya tertawa, karena Lea lucu saat kesal. Dia menggaruk - garuk kepalanya sampai kerudung nya miring, songkok kerudung nya yang harus nya di atas pindah ke pipi kanan.
"Lllll.. Llllll.. Susah." Ujar Lea lagi, tapi tiba - tiba dia diam.
Saat Lea tiba - tiba diam, teman - teman nya jadi waspada, karena biasanya nya jika Lea diam maka dia akan mengatakan sesuatu aneh.
"Waaaaaaaa!!!" Bahkan beberapa ada yang sudah lari kocar kacir lebih dulu.
Tapi Indi, dia terus menggandeng tangan Lea dan ikut menatap ke arah yang Lea tatap.
"Le, koe kenapa?" Tanya Indi.
"Mbak Indi, itu ada mbah - mbah ngesot di jalan." Ujar Lea.
Lea melihat nenek - nenek seperti menyeret tubuh nya sendiri di jalan, tapi tubuh nya tidak memiliki kaki.. Dalam artian itu setengah badan.. Dan seolah menyadari Lea menatap nya, nenek - nenek itu tiba - tiba menoleh menatap Lea, wajah nya hancur, mulut nya mengeluarkan darah hitam..
"Tolong.."
Lea terkejut saat sosok itu malah mengesot ke arah nya, Lea spontan mundur karena dia mendengar suara nenek - nenek itu yang meminta tolong.
"Selem.. (serem)" Ujar Lea, tangan nya gemetar.
"Ayo Le, pulang." Ujar Indi, dia menarik Lea.
Tapi sosok itu mengesot lebih cepat seolah mengejar Lea, akhirnya Lea berlari sambil menangis di gandeng Indi. Sesampai nya di depan rumah Indi, ibunya Indi keluar keheranan karena Lea nangis.
"Kenapa toh?" Tanya ibunya Indi.
"Lea liat setan, bu." Ujar Indi.
"Astagfirullah, wes - wes ga ada nduk. Pulang yo.." Ujar ibunya Indi.
"Indi masuk kedalem, nduk." Uajr ibunya Indi, sementara dia mengantar Lea pulang.
Saat di depan rumah nya, Lea melihat nenek nya di kamar mandi, bisa terlihat wajah nenek nya sedang tersenyum di balik bilik jamban, tapi Lea juga melihat nenek nya keluar dari dalam rumah. Hal itu membuat Lea makin kencang menangis..
"Kenapa toh, nduk?" Tanya nenek Lea.
"Ketakutan, mak. Wes yo nduk.. Ndak ada apa - apa, jangan takut. Mak di bawa masuk Lea nya mak." Ujar ibunya Indi.
Di sisi lain Lea masih melihat sosok yang mirip nenek nya itu kini ada di dalam rumah, dia menangis menyembunyikan dirinya di pelukan sang nenek. Bagaimana Lea tidak takut, jelas - jelas dia sedang memeluk nenek nya tapi ada perempuan tua lain yang berwajah sama persis dengan nenek nya, sedang berdiri di depan pintu menuju ke ruang tengah dan menatap pada nya sambil tersenyum.
"Uti, takut.. Hiks.. Hiks.. Takut.." Tangis Lea.
Aneh nya, dari sekian banyak nya yang Lea lihat, baru kali ini dia sungguh ketakutan karena melihat sejelas itu.
"Wes.. Wes.. Ndak ada apa - apa." Ucap nenek Lea menenangkan.
Nenek Lea sendiri juga sebenar nya sama takut nya, dia percaya cucu nya itu memiliki kelebihan pengelihatan, dimana Lea bisa melihat mereka.. Yang seharus nya tidak terlihat.
"Wes.. cep meneng (diam), bobok yo.." Ujar nenek Lea.
"Ndak mau ke kamal, Lea bobok di sini." Ujar Lea sambil menangis.
"Iyo - iyo, bobok pangku uti.." Ujar nenek nya, lalu mengipasi Lea dengan kipas anyaman bambu.
'Ya Allah, paringi (berikan) kesehatan selalu buat cucuku. Rupane (sepertinya) dia memiliki kelebihan, semoga cucuku selalu kuat.' Batin nenek Lea, dia juga ketakutan di rumah nya sendiri.
BERSAMBUNG!
Tinggal sama demit mungkin lebih baik😅, daripada sana sini gak diterima
Lalu kendalikan tuh para setan, buat nakut2 para orangtua yang tak bertanggungjawab....
atau jadi dukun sekalian ....
balikkan keadaan ,jadikan dirimu wanita sukses.
Lea sdh berkembang lagi
miris nasibnya Lea ,
jgn2 nenek2 itu yg mengawali terbuka nya mata batin Lea