NovelToon NovelToon
Teperdaya Maharani Merindu

Teperdaya Maharani Merindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Misteri / Romansa Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:229
Nilai: 5
Nama Author: OMIUS

Di tengah masalah pelik yang menimpa usaha kulinernya, yang terancam mengalami pengusiran oleh pemilik bangunan, Nitara berkenalan dengan Eros, lelaki pemilik toko es krim yang dulu pernah berjaya, namun kini bangkrut. Eros juga memiliki lidah istimewa yang dapat membongkar resep makanan apa pun.
Di sisi lain, Dani teman sedari kecil Nitara tiba-tiba saja dianugerahi kemampuan melukis luar biasa. Padahal selama ini dia sama sekali tak pernah belajar melukis. Paling gila, Dani tahu-tahu jatuh cinta pada Tante Liswara, ibunda Nitara.
Banyak kejanggalan di antara Dani dan Eros membuat Nitara berpikir, keduanya sepertinya tengah masuk dalam keterkaitan supernatural yang sulit dijelaskan. Keterkaitan itu bermula dari transfusi darah di antara keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OMIUS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang Keenam

Masih berada di rumah temannya, Delisa, Nitara belum mau menyerah. Dia masih berupaya membujuk Delisa, supaya bersedia memperpanjang kontrak rumah.

“Gimana kalau aku naikkan harga sewanya dua kali lipat.”

“Tara, aku, kan sudah e-mail kamu. Panjang lebar kutuliskan alasan tidak diperpanjang lagi kontraknya. Rumahnya mau aku pakai usaha laundry.”

“Enggak punya pengalaman bisnis, tapi kamu nekat buka usaha laundry. Memang sudah siap mental kalau bisnismu bangkrut prematur?”

“Makanya aku tidak sendiri buka usaha, bareng Kak Heni. Malah Kak Heni yang mengajakku patungan usaha.”

Yang dimaksud Kak Heni tak lain sepupunya Delisa. Nitara tahu jika sepupunya Delisa itu punya usaha berupa tempat spa di Cisarua. “Kenapa Kak Heni enggak pilih ngembangin bisnis spa saja, malah bikin bisnis baru lagi?”

“Sudah setahun belakangan tempat spa Kak Heni sepi pengunjung. Kak Heni percaya jika bisnis spanya bakalan suram. Harus mulai usaha baru!”

“Seingatku waktu dua tahun lalu berkunjung ke sana buat pijat relaksasi, aku masih harus antri saking banyaknya pengunjung.”

“Karena waktu itu massage oil yang kami gunakan masih racikan sendiri, bukan produk yang dijual di pasaran. Padahal massage oil racikan sendiri punya kekhasan, bisa menyegarkan memori.”

”Setuju. Aku pernah merasakannya. Setelah pijat relaksasi dari tempat spa sepupumu, pikiranku yang butek tiba-tiba encer kembali. Bisa ingat lagi sama yang lupa-lupa.”

“Lain kalau Tara perginya sekarang, pikiranmu tetap saja bakalan butek. Soalnya Kak Heni sekarang enggak lagi pakai massage oil racikan sendiri.”

“Kok bisa begitu?”

“Soalnya yang tahu resep pembuatannya bukan Kak Heni, tapi sepupunya. Selama ini sepupunya yang memasok. Cuma sudah setahun belakangan sepupunya enggak pasok lagi.”

“Sepupu Kak Heni kena stroke macam ibuku, jadi enggak bisa lagi buat massage oil?”

“Sepupu Kak Heni masih muda dan sehat. Cuma dia iri saja lihat kemajuan bisnis tempat spa Kak Heni. Mungkin dia merasa yang menemukan massage oil-nya, tapi malah orang lain yang menikmati manfaatnya. Dari iri dia lalu berubah dengki sama Kak Heni. Terus dia boikot massage oil.”

“Kalau aku jadi sepupunya Kak Heni, daripada iri dengki mendingan buka tempat spa saja.”

“Memang sepupu Kak Heni buka tempat spa juga. Malah enam karyawan Kak Heni dibajak sama dia. Makanya tempat spa Kak Heni sekarang makin sepi saja.”

“Del, soal Kak Heni mengajakmu bisnis laundry, aku enggak ada urusan sama itu. Cuma aku mengingatkanmu lagi sebagai novelis papan atas negeri ini. Kamu dulu pernah berkata, garis hidupmu di bidang penulisan. Tak bakalan berpaling! Tapi, sekarang dengan entengnya kamu mengkhianati garis hidupmu.”

“Aku berkata seperti itu karena karier kepenulisanku tengah gemilang sekali. Sekarang kamu tahu sendiri karierku seperti apa. Sementara aku punya tanggungan anak. Beda denganmu yang janda tanpa anak.”

“Bapaknya ke mana saja?”

“Enggak tahu, entah masih ingat punya anak, atau enggak!” ujar Delisa sembari memasang rona muka masam. Dia memang kurang suka saat mantan suaminya disebut-sebut orang. Setelah bercerai empat tahun lalu, mantan suaminya tak pernah menafkahi kedua anaknya. Malahan setelah kembali menikah, mantan suaminya belum sekalipun datang menjenguk.

Dalam tiga tahun terakhir karier kepenulisan Delisa tengah berada di titik nadir. Beberapa agensi sampai menghentikan kerja sama dengannya. Tulisannya di bidang copywriting dianggap basi, tak lagi menarik calon konsumen. Delisa dinilai telah mentok, sudah kehilangan ide-ide segar untuk menunjang kreativitas.

Hal serupa menimpa tulisan fiksinya, terutama novel. Dua novel terbarunya menjadi bulan-bulanan kritikus. Dinilai seperti karya perdana dari penulis yang baru selesai kursus menulis. Para penggemarnya kecewa berat, merasa tertipu karena mengeluarkan uang hanya demi mendapatkan novel picisan.

Delisa akhirnya beroleh hukuman dari penggemarnya, dua novelnya itu berujung jeblok di pasaran. Sedangkan dirinya termasuk jajaran penulis laris negeri ini. Sampai-sampai penerbit besar yang biasa bekerja sama dengannya memberinya peringatan. Akan berpikir ulang menerbitkan karyanya andai enggan memperhatikan kualitas.

Lebih parah lagi, naskah novel terakhirnya tak jua berhasil diselesaikannya. Padahal sudah dua tahun waktu berlalu. Delisa akhirnya menyadari, bersamaan dengan menghilangnya sebuah resep pembuatan minyak aroma terapi, masa depannya sebagai penulis sepertinya akan turut menghilang pula.

“Benar isi kepalamu sekarang benar-benar gelap, bingung untuk melanjutkan naskah novelmu macam novelis pemula saja?”

“Sumpah, aku frustasi berat, Tara! Sampai nyaris depresi aku. Tiba-tiba saja kemampuan menulisku raib begitu saja. Kupikir, bukan kesalahan besar berpaling dari garis takdir hidupku sebagai penulis.”

“Masalahnya bisnismu bakalan membunuh usahaku. Kejam banget sih jadi teman!”

“Hidup terkadang memang harus kejam. Kamu mesti mau menerimanya. Lagian kamu bisa mencari lahan pengganti.”

“Dari zaman ibuku yang kelola, kami sudah mencari-cari lahan pengganti. Tapi, tetap saja rumahmu itu yang bawa hoki.”

“Makanya Tara mesti mengusahakan, supaya resep pembuatan minyak aroma terapi ibumu berhasil ditemukan lagi. Aku jamin bisnis kulinermu akan aman selama aku bisa menulis lagi. ”

Tidak lantas spontan menimpali, Nitara telah memahami kenapa minyak aroma terapi ibunya sampai harus dikait-kaitkan segala. Memang unik, tapi begitulah yang terjadi pada teman yang satu ini.

Bagi Delisa, wangi uap minyak aroma terapi racikan ibunya adalah pemantik. Begitu dihirup dalam-dalam, kemudian ide-ide segar akan berhamburan memasuki isi kepala. Selanjutnya Delisa tinggal menkonversikannya ke dalam tulisan, baik itu fiksi maupun copywriter.

Bermula ketika SMA dulu, di mana Delisa yang waktu itu tengah beroleh tugas membuat essai dari guru bahasa Indonesia terpaksa harus menunggu kepulangan Nitara. Waktu itu dia sama sekali tak pandai menulis, sehingga kesulitan beroleh ide menuliskan essai. Karena tahu Nitara meski anak IPA, namun lumayan mampu menulis essai, Delisa lantas berinisiatif mengunjungi rumah temannya itu. Dia bermaksud hendak mencontek essai hasil tulisan Nitara.

Ketika tengah menunggu di rumah Nitara, indera penciuman Delisa mengendus aroma bunga-bungaan. Kebetulan saat itu ibu temannya tengah menyalakan tungku aroma terapi elektrik di rumah. Dikarenakan seketika beroleh efek relaksasi, Delisa malah keterusan menghirup wangi uap minyak aroma terapi yang betebaran di rumah temannya. Lebih-lebih Nitara tak urung datang juga.

Sekoyong-koyong berkelebatan ide-ide di dalam benaknya. Sempat bingung sendiri, namun ide-ide tersebut terlampau menggodanya untuk dijadikan materi tulisan essai. Gurunya sampai memuji habis tulisan essai yang dibuatnya. Sementara Delisa hanya dapat tidak percaya.

Momen di rumah Nitara rupanya tonggak penting dalam hidup Delisa. Dia tiba-tiba jatuh cinta pada dunia kepenulisan, bahkan bertekad untuk menjadikannya sebagai pilihan hidup.

Delisa memang kemudian sukses berkarir sebagai penulis. Hanya saja dia harus senantiasa dipasok minyak aroma terapi oleh ibu temannya. Tanpa menghirup wangi uap minyak aroma terapi, kemampuan menulis Delisa akan serupa mobil mewah yang kehabisan bensin, hanya bisa mandek.

“Katamu tadi, massage oil yang dipakai Kak Heni bisa menyegarkan memori. Kenapa enggak Deli coba buat inspirasi menulis saja?”

“Kalau bisa sudah dari dulu aku pakai. Faktanya, cuma minyak aroma terapi ibumu yang selalu menghadirkan ide-ide segar di otakku, lain tidak!”

“Bagaimanapun juga Deli pernah menjadi penulis sukses, semua karena jasa ibuku yang rutin mengirimmu minyak aroma terapi. Tidakkah kamu punya sedikit rasa terima kasih?”

“Jangan lupa juga, begitu rumahnya resmi jatuh padaku, aku langsung menurunkan harga sewa yang sebenarnya sudah sangat murah. Malah tadinya mau sekalian kugratiskan saja, tapi ibumu enggak suka gratisan. Jadi sama-sama diuntungkan.”

 Nitara spontan menyunggingkan senyum kecut.

“Ngomong-ngomong apa benar Tara saat ini lagi jalan bareng sama lakinya si Melan?”

Yang dimaksud Melan, atau Melani tak lain mantan istrinya Dani. Setelah bercerai dua tahun lalu, Melani akhirnya menikah dengan lelaki selingkuhannya yang bernama Eros Bagaskara, anak pemilik toko es krim Teman Segar yang dulu pernah jaya di Kota Bogor.

“Ralat, bukan lakinya Melan, tapi mantan suaminya. Mas Eros dan Melan sudah resmi bercerai tiga minggu lalu.”

“Aku percaya kalau Eros menceraikan si Melan bukan karena suka kamu, tapi memang si Melan saja yang dasarnya perempuan brengsek.”

“Aku dan Mas Eros lagi penjajakan saja, mencoba saling mengenal karakter masing-masing.”

“Tara, kamu mesti ingat kalau Eros itu biang hancurnya rumah tangga Dani! Di depan mata Dani sendiri, Eros malah kurang ajar pamer tidur bareng si Melan. Masa sih kamu enggak mikirin perasaan Dani, padahal Dani sudah menganggapmu saudara.”

“Dani malah cuek melihatku jalan bareng Mas Eros, lah kamu malah sewot sendiri!”

Usai menyentil Delisa, Nitara langsung pamit pulang. Dia memang tengah kesal hati pada teman yang satu ini. Sudah begitu tega hendak menghancurkan bisnis rumah makannya, ditambah sekarang usil mencampuri urusan pribadinya.

o6o

1
Asnisa Amallia
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
Yusuf Muman
Menyentuh hati.
Mich2351
Aku suka banget sama karakter-karakternya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!