NovelToon NovelToon
Istri Kedua Suamiku

Istri Kedua Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Kehidupan di Kantor / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: ARSLAMET

Sebuah keluarga yang harmonis dan hangat,
tercipta saat dua jiwa saling mencinta dan terbuka tanpa rahasia.
Itulah kisah Alisya dan Rendi—
rumah mereka bagaikan pelukan yang menenangkan,
tempat hati bersandar tanpa curiga.

Namun, kehangatan itu mendadak berubah…
Seperti api yang mengelilingi sunyi,
datanglah seorang perempuan, menembus batas kenyataan.

“Mas, aku datang...
Maaf jika ini bukan waktu yang tepat...
Tapi aku juga istrimu.”

Jleebb...
Seketika dunia Alisya runtuh dalam senyap.
Langit yang dulu biru berubah kelabu.
Cinta yang ia jaga, ternyata tak hanya miliknya.

Kapan kisah baru itu dimulai?
Sejak kapan rumah ini menyimpan dua nama untuk satu panggilan?

Dibalut cinta, dibungkus rahasia—
inilah cerita tentang kesetiaan yang diuji,
tentang hati yang terluka,
dan tentang pilihan yang tak selalu mudah.

Saksikan kisah Alisya, Rendi, dan Bunga...
Sebuah drama hati yang tak terucap,
Namun terasa sampai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSLAMET, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta yang pulang tepat waktu

Malam telah tiba. Di perjalanan pulang, Rendi membawa pulang sate kambing kesukaan Alisya—menu favorit mereka saat ingin merayakan hal-hal kecil. Di tangannya yang lain, sebuah mobil remot keluaran terbaru, hadiah untuk putra mereka, Rasya.

Hatinya cemas, tapi tekadnya bulat. Semua ini demi masa depan keluarganya. Demi kepercayaan yang telah Ayahnya titipkan.

Ini adalah kali pertama Rendi bekerja bersama seorang perempuan yang cukup dekat, kenalan ayahnya, katanya. Walau begitu, ia tak ingin menumbuhkan sedikit pun rasa curiga di hati Alisya. Ia tahu, Alisya bukan tipe perempuan yang mudah terpengaruh oleh prasangka. Tapi tetap saja, kehati-hatian selalu jadi bagian dari rasa sayangnya.

Suara klakson mobil membelah sunyi malam.

Alisya belum terlelap. Seperti biasa, ia menunggu. Dengan setelan baju tidur kesayangannya, ia bergegas ke pintu, menyambut suami tercintanya. Meski dasi Rendi sudah lepas kendali, kusut tak karuan, di mata Alisya, Rendi tetap lelaki paling tampan di dunia.

Senyumnya mengembang saat membuka pintu. Kebetulan rumah mereka tak berpagar, berada di kompleks yang dijaga satpam.

Rendi, yang melihat Alisya menyembul dari balik daun pintu, langsung tersenyum. Di tangannya, oleh-oleh yang ia bawa tampak mengayun pelan.

"Muachhh…" Alisya mengecup tangan suaminya dengan hangat. Rendi membalas dengan mencium keningnya. Mereka saling berpelukan, melepaskan lelah yang mengendap sejak pagi.

“Sayang…” bisik Rendi lirih, tangannya mengusap lembut punggung Alisya yang bersandar di dadanya.

Alisya hanya tersenyum, lalu berlari kecil ke dapur. “Tunggu ya, aku ambil air hangat dulu buat kamu,” ucapnya.

Tak lama, suara tegukan air terdengar.

Glek. Glek. Glek.

“Maaf ya telat… Rasya udah tidur?” tanya Rendi sambil berjalan pelan menuju kamar anaknya.

Alisya cepat-cepat menutup pintu kamar dan berbisik, “Udah. Tadi habis minum susu, langsung ngantuk.”

Rendi mengangguk pelan.

“Sekarang kamu mau makan dulu atau mandi dulu?” tanya Alisya lembut, tangannya memeluk pinggang suaminya.

“Mandi dulu, ya. Tapi aku bawa sate buat kamu. Tolong angetin dulu, aku mau makan bareng kamu,” kata Rendi, memeluk Alisya erat.

Alisya tersenyum hangat, lalu mengangguk. Hatinya tenang, rumahnya kembali lengkap—malam itu, cinta sederhana mereka kembali utuh dalam pelukan dan obrolan hangat di meja makan .

...****************...

DI atas tempat tidur, dalam remang lampu kamar yang hangat, Rendi dan Alisya saling berpelukan. Malam itu mereka berbagi cerita, mengulas kembali hari-hari yang telah mereka lewati. Rendi tampak menikmati setiap kalimat yang mengalir dari bibir Alisya—perempuan yang tak hanya cantik dari luar, tapi jauh lebih memesona ketika bersamanya, menjadi istri, teman, dan pendengar yang selalu ia rindukan.

“Sayang…” desah lembut Alisya, suaranya manja, menyadari bahwa Rendi lebih banyak terdiam, hanya memperhatikan wajah dan tutur katanya.

“Hehehe…” Rendi terkekeh kecil, lalu mencium bibir Alisya sejenak, sebuah ciuman ringan yang berubah jadi ajakan untuk duduk berdua.

“Aku mau ngobrol serius dikit, tentang Bandung,” ucapnya, kini duduk bersandar pada sandaran tempat tidur.

Alisya ikut mendekat, menatap suaminya penuh perhatian.

“Aku nanti bakal punya sekretaris pribadi yang baru,” ujar Rendi, nadanya tegas namun lembut. Tangan kirinya menggenggam tangan Alisya erat-erat.

“Kamu terima tawaran Ayah?” tanya Alisya pelan, tak terdengar curiga, hanya ingin memastikan.

Rendi mengangguk kecil, matanya menunduk sejenak.

Alisya tersenyum, lalu menepuk pelan tangan suaminya. “Nggak apa-apa, Sayang. Aku tahu ini buat kebaikan kamu juga. Nanti kerjaan kamu makin banyak, pasti butuh bantuan.”

Rendi menarik napas panjang, lalu berkata pelan namun jelas, “Perempuan, Sayang…”

“Iya nggak apa-apa,” jawab Alisya sambil tersenyum santai, “kalau ini yang terbaik. Emang cantik?” godanya sambil menarik Rendi untuk rebahan kembali.

Rendi memeluknya dari samping, membisik, “Yang cantik ya kamu, Sayang…”

Alisya tertawa kecil, “Berarti cantik, ya?” tanyanya dengan nada bercanda, tangan kanannya membelai pipi suaminya.

“Namanya Bunga,” jawab Rendi singkat.

“Nanti aku ajak ke sini ya, biar kamu juga kenal,” lanjutnya sambil tetap memeluk Alisya erat.

Alisya hanya mengangguk pelan, membenamkan wajahnya ke dada Rendi, meresapi detak jantung yang kini berpadu dengan hangatnya pelukan malam itu—sebuah malam yang sederhana, tapi penuh kepercayaan

...****************...

Pagi datang tanpa suara. Matahari menyelinap masuk melalui celah tirai kamar mereka, membias cahaya ke dinding yang masih hangat oleh pelukan semalam. Burung-burung kecil berkicau pelan, seperti mengingatkan bahwa waktu tak bisa dihentikan, meski hati ingin terus berdiam dalam tenang.

Rendi membuka mata lebih dulu. Ia menatap wajah Alisya yang masih terlelap di sampingnya, rambutnya yang sedikit kusut justru membuatnya tampak lebih alami. Tanpa suara, Rendi mengecup kening istrinya, lalu perlahan bangkit dari tempat tidur.

Ia menuju dapur. Menyalakan air untuk membuat teh hangat, lalu membuka bungkusan sate yang semalam belum habis mereka santap. Di sudut meja, mobil remot yang ia beli untuk Rasya sudah tidak ada. Rendi tersenyum, membayangkan wajah antusias putranya pagi-pagi sudah bermain.

Tak lama, Alisya muncul dari balik pintu kamar dengan daster dan rambut yang digelung asal-asalan. Wajahnya masih sembab oleh tidur, tapi senyumnya tetap sama seperti pagi-pagi sebelumnya.

“Udah bangun, Sayang?” tanyanya lembut sambil berjalan ke arah Rendi.

“Udah, tadi kamu tidur nyenyak banget,” jawab Rendi, menuangkan teh ke dua cangkir.

Alisya duduk, menggeliat sebentar. “Rasya udah bangun?”

“Kayaknya udah, tadi mobil remotnya udah nggak ada di meja.”

Alisya tertawa pelan. “Pasti dibawa ke kamar mandi juga tuh.”

Mereka tertawa bersama, seperti pasangan muda yang baru saja menikah. Tidak ada yang berubah dari kebersamaan mereka—meski usia, pekerjaan, dan tanggung jawab terus bertambah.

“Sayang,” ucap Rendi sambil duduk di sebelah Alisya. “Aku hari ini mau ke Bandung. Rapat sama Ayah, sekalian kerja langsung sama Bunga.”

Alisya mengangguk. “Pulangnya kapan?”

“Kalau nggak macet, malam ini juga. Aku nggak mau nginep.”

Alisya menggenggam tangan suaminya. “Nggak usah khawatir, aku percaya sama kamu.”

Rendi memandang mata istrinya dalam-dalam. “Makasih ya… kamu tuh selalu bikin aku kuat.”

“Karena kamu juga selalu berusaha jujur dan terbuka. Itu yang bikin aku tenang,” jawab Alisya, menatap lembut.

Mereka terdiam sesaat. Tidak canggung, hanya saling memeluk dengan mata. Diam yang penuh makna.

Dari arah kamar terdengar suara langkah kecil berlarian. “Ayah!!” pekik Rasya, menghampiri ayahnya dengan mobil remot di tangan.

“Wah, jagoan Ayah udah bangun!” seru Rendi, lalu mengangkat Rasya ke pangkuannya. “Mainnya seru nggak?”

“Seru banget! Nih bisa mundur juga!” Rasya memencet tombol dan mobil kecil itu meluncur mundur di lantai dapur.

Alisya tertawa. “Wah, anak kita makin pinter ya…”

Hari itu dimulai dengan sederhana—tapi justru di situlah letak kekuatannya. Cinta bukan hanya tentang pelukan malam atau ciuman hangat, tapi juga tentang pagi yang dijalani bersama, penuh rasa percaya, dan doa-doa diam yang terus dipanjatkan dalam hati.

Dan Rendi tahu, seberapa jauh pun ia pergi hari ini, rumah akan selalu ada di sini—di senyum Alisya, di tawa Rasya, dan di hangatnya pagi seperti ini.

1
Yati Syahira
sdh panjang bab tdk terungkap perselingkuhan suaminya aneeh bikin males baca
ARSLAMET: biar makin penasaran kak , hehehe staytune trus ya
total 1 replies
D͜͡ ๓KURNI CACAH
wanita sebaik dan secantik sabar alisha kok bisa si di sakiti Sama laku laku kampret Kya si Rendi
D͜͡ ๓KURNI CACAH
ngk rela bgt alisha di Madu
D͜͡ ๓KURNI CACAH
kampret Rendi sama bunga kok bisa nikah ...dasar laki laki apa pun ala San nya tetap tak di benarkan
Rubyna
kok gak ada kejelasan tiba tiba menikah karna apa, dan bunga seharus nya menolak tau kan kalau Rendi susah beristri
ARSLAMET: dukungan nya kaka , selalu berharap yang terbaik untuk tulisan ku dan semua hal hehe
Rubyna: semangat ya, noveltoon gak kayak dulu, asal kontrak sudah dapat cuan sekarang susah
total 4 replies
❤ Nadia Sari ❤
ketikannya kok center semua?
ARSLAMET: @ terimakasih sebelumnya atas sarannya ..
❤ Nadia Sari ❤: bagus yg awal aku tadi bacanya kayak lagu
total 3 replies
pembaca
lanjut kan tuk menuju sukses
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!