NovelToon NovelToon
Who Am I?

Who Am I?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem
Popularitas:710
Nilai: 5
Nama Author: @Sanaill

Seorang mahasiswa cupu yang hidupnya terkurung oleh penyakit langka, menghembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Tanpa dia duga, kematian hanyalah awal dari petualangan yang tak terbayangkan. Dia terbangun kembali di sebuah dunia fantasi yang penuh sihir dan makhluk-makhluk aneh, namun dalam wujud seorang anak laki-laki berusia lima tahun bernama Ahlana. Ironisnya, dia terlahir sebagai budak.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah Sistem misterius muncul dalam benaknya. Sistem ini bukan hanya memberinya kesempatan untuk bertahan hidup, melainkan juga kekuatan luar biasa: kemampuan untuk meng-copy ras makhluk lain beserta semua kekuatan dan kemampuan unik mereka. Namun, ada satu syarat yang mengubah segalanya: setiap kali Ahlana mengaktifkan kemampuan copy ras, kepribadiannya akan berubah drastis, menyesuaikan dengan sifat alami ras yang dia tiru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Sanaill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17: Sebuah Rencana dan Ancaman yang Mendekat

Kembali ke Kluster Malam setelah menguji kekuatan Troll Gunung meninggalkan perasaan campur aduk dalam diriku. Ada kepuasan akan kekuatan baru yang kudapatkan, tapi juga kelelahan mental dari perjuangan mengendalikan insting primitif. Dan tentu saja, rasa malu karena harus telanjang lagi. Elias hanya tersenyum maklum, sudah terbiasa dengan keunikanku.

"Kau berhasil, Ahlana," kata Elias saat kami melangkah kembali ke dalam Kluster. "Kekuatan Troll itu sungguh mengagumkan. Tapi ingat, itu juga berarti tanggung jawab yang lebih besar."

Aku mengangguk. "Aku tahu. Aku harus mengendalikan diri. Tidak bisa terus-menerus mengaum dan makan batu setiap kali aku berubah."

Kami kembali ke area istirahat. Anak-anak sudah terbangun dan segera mengerubungiku, mata mereka penasaran. "Ahlana! Kau sudah kembali!" seru Lyra.

"Kau membawa makanan lagi?" tanya Finn, matanya berbinar.

Aku tertawa. "Tidak kali ini, tapi aku membawa sesuatu yang lebih baik. Aku menjadi jauh lebih kuat!" Aku tidak bisa menjelaskan secara detail, tapi mereka bisa merasakan perubahan auraku.

Malam itu, setelah makan malam, aku duduk bersama Elias dan Tetua Theron. Aku menceritakan secara rinci bagaimana aku meng-copy Troll Gunung, sensasi yang kurasakan, dan betapa sulitnya mengendalikan instingnya.

"Kekuatan fisik Troll memang luar biasa," Tetua Theron berkomentar. "Namun, itu datang dengan harga. Pikiran Troll yang sederhana bisa membanjiri kesadaranmu jika kau tidak berhati-hati. Latihanmu harus difokuskan pada penguatan mental, Ahlana."

"Aku setuju," kataku. "Aku merasa kekuatanku meningkat drastis, tapi kendaliku masih lemah. Aku tidak bisa menghadapi 'Arsitek' jika aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri."

"Justru itu yang mereka inginkan," Elias menambahkan. "Makhluk kuat tanpa kendali adalah alat yang sempurna. Kau harus menunjukkan kepada mereka bahwa kau bukan alat, melainkan pemilik dari kekuatanmu sendiri."

Sebuah rencana mulai terbentuk dalam pikiranku. Jika para Arsitek itu mencariku, berarti aku harus mengantisipasi serangan mereka. Aku tidak bisa hanya menunggu.

"Elias, Tetua Theron," kataku, menarik perhatian mereka. "Aku punya ide. Jika para Arsitek itu datang, mereka akan menyerang Kluster Malam. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi."

"Lalu, apa rencanamu?" tanya Tetua Theron.

"Aku akan menggunakan Sistem ini untuk menguji batasan mereka," jelasku. "Aku akan berlatih keras untuk menguasai setiap ras yang ku-copy. Aku akan mempelajari pola pikir mereka, memanfaatkan kelemahan mereka, dan membangun kekuatan yang bisa melampaui apa pun yang mereka duga."

"Kau ingin menjadi pasukan satu orang?" Elias bertanya, sedikit terkejut.

Aku menyeringai. "Lebih dari itu. Aku ingin menjadi mimpi buruk mereka. Mereka membuatku sebagai 'wadah'? Baiklah. Aku akan menjadi wadah yang tidak bisa mereka kendalikan." Aku memikirkan kembali bagaimana aku menjahili para prajurit Grom. Itu adalah taktik yang efektif. "Kita bisa menggunakan pengetahuan Elias tentang hutan untuk menyergap mereka. Aku akan menjadi garda depan, menjadi umpan, pengalih perhatian, atau penyerang utama, tergantung ras yang ku-copy."

Tetua Theron mengangguk perlahan. "Sebuah rencana yang berani, Ahlana. Namun, sangat berbahaya. Kau akan menjadi target utama."

"Aku tahu," kataku. "Tapi aku tidak punya pilihan. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakiti anak-anak ini atau Kluster Malam. Ini adalah rumah mereka sekarang, dan aku akan melindunginya."

Melihat tekad di mataku, Elias dan Tetua Theron akhirnya setuju. Mereka akan membantuku berlatih dan merencanakan pertahanan. Kluster Malam, yang dulunya hanya tempat persembunyian, kini akan menjadi benteng pertama dalam pertarungan yang akan datang.

Pelatihan Tanpa Henti

Hari-hari berikutnya di Kluster Malam diisi dengan latihan tanpa henti. Aku berlatih setiap kali Sistem memungkinkanku untuk meng-copy ras.

Aku menguasai Monyet Hutan Penjarah dengan lebih baik. Aku bisa berayun di antara akar-akar raksasa dengan presisi tinggi, mencuri makanan dari meja Elf tanpa disadari, dan menirukan suara-suara hewan dengan sempurna. Sisi 'suka mencuri' dalam diriku sebagai monyet juga terbukti sangat berguna. Aku berhasil menemukan beberapa barang berharga yang hilang di Kluster, membuat para Elf terkejut dan sedikit terhibur. Mereka bahkan mulai memberiku 'misi' kecil untuk mencari barang yang hilang, dan aku selalu kembali dengan hasil. Aku bahkan menemukan sebuah kantung kulit yang berisi beberapa keping koin emas yang mungkin terjatuh dari seorang Elf.

[Sistem Reinkarnasi: Peningkatan Atribut 'Monyet Hutan Penjarah'. Kelincahan: +10. Keterampilan Mencuri: +15.]

Aku juga mengulang transformasi Goblin Pekerja. Kali ini, aku fokus pada kelincahan dan kemampuan mereka untuk melihat dalam gelap. Aku berlari dan melompat di lorong-lorong gelap Kluster, mengamati setiap celah dan sudut. Aku bahkan mencoba memanfaatkan naluri provokatif mereka untuk menjahili Elias, yang selalu berakhir dengan dia menggelengkan kepala sambil tersenyum.

[Sistem Reinkarnasi: Peningkatan Atribut 'Goblin Pekerja'. Ketahanan Fisik: +5. Penglihatan Malam: +10.]

Kemudian giliran Peri Hutan Terluka. Ini adalah tantangan terbesar karena efek gender bender dan kecenderungan melankolisnya. Aku berlatih di area kebun dalam gua, mencoba menyembuhkan tanaman yang layu dengan sentuhan tanganku. Perlahan, aku mulai bisa mengendalikan energi alam. Aku juga mencoba menekan emosi melankolis, fokus pada keindahan dan harmoni. Aku bahkan bisa membuat bunga-bunga kecil bermekaran di telapak tanganku, sebuah keajaiban yang membuat anak-anak terpana.

[Sistem Reinkarnasi: Peningkatan Atribut 'Peri Hutan Terluka'. Koneksi Alam: +10. Penyembuhan: +15. Kontrol Emosi: +5.]

Dan yang paling menantang, Troll Gunung Muda. Elias membimbingku ke area latihan terpencil di luar Kluster lagi. Aku belajar mengendalikan kekuatan fisikku tanpa menghancurkan segalanya. Aku berlatih memindahkan batu-batu besar dengan presisi, membuat jalan setapak, dan bahkan membentuk formasi batu untuk pertahanan. Aku juga mencoba menekan dorongan makan batu, meskipun kadang-kadang aku tidak sengaja menggigit kerikil kecil.

[Sistem Reinkarnasi: Peningkatan Atribut 'Troll Gunung Muda'. Kontrol Kekuatan: +10. Ketahanan Fisik: +20.]

Setiap kali efek ras berakhir dan aku kembali menjadi Ahlana yang telanjang, Elias selalu siap dengan jubahnya. Kami bahkan membuat beberapa pakaian cadangan dari serat tanaman yang kuat, khusus untuk transformasiku. Aku tidak terlalu malu lagi, sudah jadi hal biasa. Komedi dari situasi ini bahkan menjadi penguat semangat bagi anak-anak.

"Ahlana mau jadi apa lagi hari ini?" Lyra akan bertanya dengan gembira setiap pagi.

Bayangan yang Semakin Jelas

Seiring berjalannya waktu, sekitar satu minggu berlalu dengan latihan intens. Penguasaan ras-ras yang berbeda memberiku keunggulan yang tidak pernah kuduga. Aku merasa lebih kuat, lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih terhubung dengan dunia ini. Namun, bayangan para Arsitek tidak pernah benar-benar pergi.

Suatu sore, saat aku sedang berlatih mengendalikan tanaman sebagai Peri Hutan, Kristal Jiwa memancarkan cahaya yang lebih terang dan berdenyut lebih cepat dari biasanya. Bisikan di benakku menjadi lebih keras, lebih mendesak.

"Mereka datang. Bayangan telah tiba. Pencari Wadah telah tiba di Hutan Tirnanog."

Jantungku mencelos. Mereka datang. Para Arsitek itu.

Aku segera berlari ke Tetua Theron dan Elias, kembali ke wujud Ahlana yang telanjang—sudah biasa—dan dengan cepat memakai pakaian cadangan.

"Mereka datang!" seruku, napasku tersengal-sengal. "Kristal Jiwa memberitahuku. Para pencari itu sudah di Hutan Tirnanog."

Wajah Elias dan Tetua Theron menjadi serius. "Secepat ini?" gumam Elias. "Mereka pasti memiliki pelacak yang kuat."

"Kita harus bersiap," kata Tetua Theron, pandangannya beralih ke arah pintu masuk Kluster. "Para Arsitek itu tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan."

Aku mengangguk, sebuah seringai tipis muncul di bibirku. Ini bukan lagi tentang bertahan hidup. Ini adalah tentang pertarungan. Pertarungan antara Ahlana, wadah yang tak terkendali, dan para penciptanya. Aku siap. Aku akan menunjukkan kepada mereka bahwa tikus laboratorium ini bisa menggigit. Sangat kuat. Dan sangat menjengkelkan.

To be continue.......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!