NovelToon NovelToon
Cinta Rahasia Sang CEO

Cinta Rahasia Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:46.7k
Nilai: 5
Nama Author: Chika Ssi

Laura jatuh cinta, menyerahkan segalanya, lalu dikhianati oleh pria yang seharusnya menjadi masa depannya—Jordan, sahabat kecil sekaligus tunangannya. Dia pergi dalam diam, menyembunyikan kehamilan dan membesarkan anak mereka sendiri. Tujuh tahun berlalu, Jordan kembali hadir sebagai bosnya … tanpa tahu bahwa dia punya seorang putra. Saat masa lalu datang menuntut jawaban dan cinta lama kembali menyala, mampukah Laura bertahan dengan luka yang belum sembuh, atau justru menyerah pada cinta yang tak pernah benar-benar hilang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika Ssi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Kembali Salah Ucap

"Tapi ...." Jordan kembali mengurungkan niatnya untuk kembali melamar Laura.

Jordan merasa akan sangat keterlaluan ketika meminta Laura bersama saat Leondalam kondisi gawat. Lelaki tersebut akhirnya menurunkan egonya. Dia tersenyum tipis kemudian mengecup puncak kepala Laura.

"Yang terpenting sekarang adalah kesehatan Leon. Kita tak harus ada di bawah satu atap untuk membuatnya bahagia. Dengan menemuinya setiap hari, aku rasa sudah cukup." Jordan tersenyum tipis dan kembali menghapus air mata Laura.

Laura mengangguk pelan. Keduanya kini menatap Leon yang terlelap melalui kaca. Wajah bocah laki-laki tersebut masih pucat dengan selang oksigen menempel pada hidungnya.

"Besok saat dia bangun, orang yang pertama dilihat adalah aku. Aku pastikan dia akan menjadi lebih baik ke depannya, Lau." Laura hanya mengangguk.

Keduanya berharap dengan kehadiran Jordan, Leon bisa lebih cepat sembuh. Terkadang dukungan dari orang terdekat bisa membuat seorang pasien menjadi lebih semangat. Leon selalu ingin bertemu dengan Jordan, mungkin saja hal itu bisa membuatnya lebih semangat untuk menjalani pengobatan.

Keesokan harinya, Jordan kembali ke rumah sakit pagi-pagi sekali. Ketika sampai di ruang ICU, Jordan menatap Laura yang sedang duduk tertelungkup di atas brankar dengan tangan tak lepas dari jemari Leon. Jordan menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan.

Lelaki tersebut mengetuk pintu ruang ICU sebelum akhirnya membuka benda tersebut dan melangkah masuk. Langkah Jordan pelan, hampir tidak menimbulkan suara. Laura bahkan tak terganggu sedikit pun sehingga masih terlelap dalam tidurnya.

"Lau," panggil Jordan seraya menggoyangkan lengan perempuan tersebut.

Laura masih bergeming. Tak ada tanda kalau perempuan tersebut bangun dari tidurnya. Jordan melihat gurat kelelahan dan kesedihan yang menghiasi wajah cantik Laura.

"Lau," panggil Jordan lagi.

Kali ini Jordan mengguncang tubuh Laura semakin keras. Perempuan tersebut tersentak dan langsung menegakkan punggung tanpa membuka mata. Ada rasa bersalah yang kini menghantam Jordan karena telah membangunkan Laura.

"Pulang dan istirahatlah dulu. Biarkan aku menjaga Leon. Jangan sampai kamu ikut sakit, Lau. Kita gantian saja."

Perlahan Laura membuka matanya. Perempuan tersebut menoleh ke arah Jordan. Laura mengusap wajah kasar, kemudian berdiri dari kursinya.

"Bagaimana? Kondisinya membaik?" tanya Jordan.

"Semalam sempat mengigau dan menangis. Dia nyariin kamu, Jo. Semoga setelah tahu kamu ada di sini, kondisinya semakin membaik." Laura melirik Leon yang masih terlelap.

"Baiklah, kamu bisa pulang dan istirahat. Aku akan menjaganya untukmu." Jordan menarik kursi yang awalnya dipakai Laura dan duduk di atasnya.

"Tolong, ya," Laura tersenyum tipis, kemudian melangkah ke arah pintu.

Setelah pintu ruangan kembali tertutup, Jordan tersenyum lembut sambil menatap Leon. Bibir putranya itu terlihat pucat dan agak kering. Napasnya pun tersengal menandakan jika sistem pernapasannya bermasalah.

Jordan mendekatkan kursinya ke arah brankar. Jemarinya mulai meraih jari-jari mungil Leon. Jordan mencium punggung tangan sang putra sambil memejamkan mata.

Orang lain mungkin tidak bisa mencium aroma tubuh Leon. Namun, bagi Jordan putranya itu memiliki aroma tubuh yang sangat khas. Mirip aroma tubuh Laura.

"Leon, papa sudah ada di aini. Apa Leon belum mau bangun? Leon masih mengantuk?" Jordan menatap sang putra yang masih memejamkan mata.

Tak ada reaksi apa pun. Leon masih terdiam dengan mata yang terlihat sembab. Satu tangan Jordan kini berpindah ke puncak kepala Leon.

Jordan mengusap lembut puncak kepala sang putra. Leon perlahan menggeliat dan sebuah rengek kecil keluar dari bibirnya. Jordan mendesis sambil terus mengusap puncak kepala Leon.

"Apa papa mengganggu tidurmu, Leon? Maaf, ya?" Jordan kembali tersenyum lembut.

Setelah Leon terlihat lebih tenang, lelaki tersebut menjauhkan tangan dari kepala sang putra. Kali ini dia hanya menggenggam jemari Leon. Jordan sesekali bersenandung, menyanyikan lagu anak-anak yang sering didengar oleh Leon.

Satu jam sudah Jordan ada di sana. Kali ini mata Leon terbuka perlahan. Pandangannya masih buram karena belum terbuka sepenuhnya.

Samar Leon melihat siluet lelaki yang sangat dia rindukan. Lelaki yang akhir-akhir ini dia panggil papa. Saat mata Leon terbuka lebar, bibirnya mulai bergerak dan mengeluarkan suara.

"Papa ...."

Jordan yang awalnya menunduk, kini menatap Leon. Senyumnya merekah layaknya bunga yang mekar di pagi hari. Jordan mulai mendekatkan dirinya ke arah Leon.

"Halo, jagoan papa? Kenapa bisa ada di tempat ini?" tanya Jordan sambil mengusap lembut punggung tangan anaknya tersebut.

"Dada Leon sakit, Papa. Leon nggak bisa napas dengan baik. Semua tiba-tiba menjadi gelap. Leon takut nggak bisa lihat papa sama mama lagi ...." Tangis Leon perlahan pecah.

"Hei, jangan bilang begitu Leon. Kamu masih bisa melihat papa dan mama, 'kan? Kamu pasti sembuh. Sekarang Leon makan dulu, ya? Setelahnya minum obat."

Leon langsung mengangguk. Jordan pun mengambil kotak makan yang sudah diantar oleh perawat. Lelaki tersebut langsung menyuapi Leon.

"Yok, buka mulutnya lebar-lebar. Aaaa ...." Jordan mengisi sendok dengan nasi dan lauk.

Leon membuka mulutnya sedikit. Setelah makanan masuk ke mulutnya, Leon mengunyahnya pelan. Namun, begitu makanan tertelan rasa mual menyerang.

"Papa, aku mau muntah!" ujar Leon sambil memegangi perutnya.

"Sebentar!" Jordan menatap sekeliling untuk mencari kantong plastik.

Akan tetapi, lelaki tersebut tidak menemukan benda tersebut. Mau tak mau Jordan keluar dari ruang ICU. Dia pergi ke meja perawat dan meminta kantong muntah atau sejenisnya.

Perawat pun ikut ke dalam ruangan. Perempuan muda dengan seragam khas perawat itu membawa emesis basin. Sang perawat menyodorkan wadah kecil berbentuk ginjal itu, kepada Leon.

"Adik boleh muntah di sini, ya?" ucap perawat itu ramah.

Leon mengangguk, lalu menunduk. Benar saja, nasi yang belum sempat dicerna oleh lambung itu keluar lagi. Jordan semakin frustrasi melihat putranya itu.

Setelah memuntahkan isi perutnya, Leon terlihat lemas. Jordan kembali menemani sang putra. Dia menggenggam erat tangan Leon seakan tengah mentransfer energi dan semangat.

"Leon ... Leon mau makan apa? Biar papa belikan."

Leon menggeleng sebagai jawaban. Jordan mengusap wajah dengan kasar. Dia tidak bisa melihat Leon yang tampak kesakitan dan tersiksa.

Sesekali putranya itu merintih menahan sakit. Dia juga menangis ketika merasa sesak dan kesulitan bernapas. Jordan terus menggenggam jemari Leon, sampai akhirnya Leon kembali terlelap usai minum obat.

Jordan mengembuskan napas kasar. Dia beranjak perlahan dari ruangan tersebut setelah berhasil melepaskan genggaman tangan dari Leon tanpa membuatnya terbangun. Lelaki tersebut keluar dengan wajah kusut.

"Bagaimana kondisi Leon, Jo?"

Ketika menoleh ke arah sumber suara, Jordan mendapati Noah yang sedang berdiri di dekat kaca. Jordan melangkah gontai menuju bangku kosong yang ada di depan ruang ICU. Noah mendekati Jordan dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa perasaanku nggak enak melihat Leon seperti itu?" Noah mengembuskan napas kasar, tanpa mengetahui kalau ucapannya akan menjadi bumerang.

1
Zenun
nanti lah😁
Zenun
Yang penting kamu jangan kabur lagi Lau😁
Jeng Ining
kokya ga mikir apakah ada hubungannya dg Leysha to Joo😮‍💨
Jeng Ining: hooh gemeshh aq..😩😮‍💨... dikasih apa dia sm Leysha, smpe ga mampu berpikir buruk ttg Leysha, udh tau kelicikannya aja masih ga mampu balaskan kesakitan Laura🙄
Bisa Pesan Cover di Saya: Paijo pikirammya lagi buntet kak /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 2 replies
Jeng Ining
huhhhh Jordan masih ga mampu melepaskan diri dr Leysha, ya wes terima resikonya dijauhi Laura, pdhl udh berkali² bgini, tp tetep ga mau tegas sm Leysha😩
Bisa Pesan Cover di Saya: Ulet bulu yang menggatal ini susah disingkirkan /Grimace/
total 1 replies
Wiwit Widiarti
lanjut thor semangat💪💪💪
Wiwit Widiarti: ok kk author trimakasih di tunggu bab selanjutnya pasti tambah seru
Bisa Pesan Cover di Saya: Update besok lagi yaaaa Kakkk❤❤❤
total 2 replies
Wiwit Widiarti
semangat jo fokuslah sekarang ada laura yg medukungmu
n4th4n14e4
hayoh
tiara
Leon atau Noah tuh yang membuka pintu, lanjuut thor
Zenun
Jangan mau kalah kali ini Lau
Zenun
Yah Noah, kamu gak. diajak
Zenun
Kai?
Zenun
wory sama keadaan Leon
Bukhori Muslim
menarik
tiara
ayo Lau bantu Jo yang sedang bermasalah biar kembali sukses
Esther Lestari
ayo Jo cerita sama Laura, siapa tahu dia bisa memberi solusi dan biar kamu gak pusing sendiri
Esther Lestari
Jo seharusnya kamu menjauh dari Leysha, sejak kamu tahu apa yang sudah dilakukannya terhadap Laura.
tiara
waduuh Noah salah mengira dia kira Jordan setuju ternyata tidak.waduuh tambah marah tuh pa Jo
Esther Lestari
dering telpon menganggu pelukan kerinduan mereka berdua😁
tiara
siapa tuh yang telpon semoga bukan kabar buruk tentunya
Teh Yen
huffft kuatlah Noah mungkin Laura bukan jodoh mu lagian hubungan kalian kan tidak d restui orang tuamu smoga kamu menemukan wanita yg lebih baik dari Laura d mencintaimu juga yah Noah smngat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!