Jihan Alessa. Gadis ceria yang selalu mengejar cinta lelaki bernama Abintang Sagara.
Namun, ternyata perasaannya itu justru menambah luka di hidupnya. Hubungan yang seharusnya manis justru berakhir pahit. Mereka sama-sama memiliki luka, tetapi tanpa sadar mereka juga saling melukai karena itu.
"Suka lo itu bikin capek ya."
"Gue nggak pernah minta lo suka gue."
Rumah yang seharusnya tempat paling aman untuk singgah, justru menjadi tempat yang paling bahaya bagi Jihan. Dunia seakan mempermainkan hidupnya bagai badai menerjang sebuah pohon rapuh yang berharap tetap kokoh.
"Kamu adalah kesialan yang lahir!"
Itulah yang sering Jihan dengar.
Pada akhirnya aku pergi—Jihan Alessa
__________
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Affara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan Kevin
Suara Cheerleaders tampak terdengar meriah menyemangati permainan basket di lapangan. Mereka menyanyikan yel-yel dan menunjukkan gerakan akrobatik yang indah. "GO GO GANESA! GO GO GANESA!!"
"Maju pantang mundur kemenangan milik kita! Mata tajam itu berkilau api membara! GO GO GANESA! GO GO GANESA!! WOOH!!" Seru Cheerleaders menyanyikan lagu yel-yel mereka.
Meskipun hanya latihan, Cheerleaders juga harus meningkatkan vocal mereka bukan. Sehingga jika sudah berada di pertandingan event besar, suara supporter Ganesa menggema di satu stadion. Di tambah permainan Daevas yang menggila membuat lawan tidak bisa berkutik.
Kini Kevin menggiring bolanya melewati Avan, namun saat ingin melakukan shooting, Reksa mencegahnya dengan berada di depan Kevin. Kevin bersmrik, dia langsung mengubah rencananya, dan memilih passing ke arah Abintang.
Mendapat bola tiba-tiba, Abintang langsung menjadi incaran. Namun lelaki itu dengan gesit menghindari mereka yang ingin merebut bolanya. Reksa menatap Kevin sinis, "Keputusan yang buruk!" Karena jika mengumpan pada Abintang justru kesempatan tim Kevin untuk mendapatkan point jadi sulit karena jaraknya yang begitu jauh.
Kevin mengedikkan bahunya. Dia dengan santai berdiri diam sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Lalu, tiba-tiba...
Brak!
Bola masuk kedalam ring dengan mulus. Satu lapangan hening sejenak. Mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Abintang baru saja melakukan Three points shot dengan Lay-up?
Reksa tertegun menatap betapa jauhnya jarak Abintang dengan ring, tetapi bolanya bisa masuk dengan sempurna. Itu mengejutkan. "Lo lupa kenapa gue bisa dipilih jadi kapten?" Kevin tersenyum miring di depan Reksa.
Suara tepukan menggema dari tempat duduk penonton. "WOAHH ITU BENERAN MASUK? GILA SIH!" Teriak mereka tercengang.
"ITU ABINTANG?!! AAA KEREN BANGET!!"
"KEVIN GANTENG BANGET KALO LAGI SERIUSS. AA JADI TAMBAH SUKA!!"
"Abintang i love you!!!"
"Gue tambah nge fans sama Abintang!! SEMPURNA BANGET SIH JADI COWOK!!"
Priitt!!
Suara peluit terdengar dari pak Banu. "Latihan sampai sini dulu. Kalian boleh istirahat," Katanya pada anggota Daevas.
Banu melirik Kevin bangga. "Seperti biasa, kamu selalu menunjukkan peningkatan dari hari ke hari. Bagus Kevin. Cara kamu dengan tenang menghadapi situasi sangat baik. Terus tingkatkan!" Pujinya.
Kevin mengangguk sopan. "Terima kasih, coach." Banu juga menatap Abintang senang. "Kamu mempunyai teknik yang matang Abintang. Bahkan permainanmu bukan seperti seorang pemula, sangat presisi. Apakah kamu mengikuti semacam pelatihan?"
Abintang mengusap keringat di keningnya. "Ya. Lumayan dapet pengalaman sama tetangga saya yang kebetulan juga pelatih." Jawabannya formal.
Banu mengangguk paham. "Baiklah, silahkan menikmati waktu istirahat kalian. Pelatihan hari ini cukup bagus. Saya harus pamit dulu."
"Hati-hati, coach," Ujar Kevin pada Banu.
Setelah kepergian pria dewasa itu, kini mereka duduk di pinggir lapangan dengan lelah. "AKHIRNYA! Bisa duduk juga gue!!" Brian sudah ngos-ngosan.
Avan yang sedang meneguk sebotol air malah direbut cepat oleh Brian. "PUNYA GUE ITU WOII! KURANG AJAR LO!" Kesal Avan menatap dongkol Brian. "Minta dikit kek. Pelit amat lo! NIH!" Avan melongo ketika air minumnya sudah hampir hampir habis.
"INI MAH GENANGAN AIR DOANG, BRI!" Dumelnya. Temannya ini memang tidak tahu diri.
Brian tertawa keras. "Minum aja, itu ada vitamin i nya." Avan mengerutkan keningnya heran. "Vitamin i apaan woii!?"
"Vitamin iler!" Brian tertawa ngakak membuat Avan melemparkan botol plastik itu ke Brian. "JOROK BANGET LO!"
Aksa yang melihat interaksi itu ikut tertawa. Reksa hanya terdiam seperti biasa, tidak banyak omong. "Tadi lo keren," puji Kevin yang langsung duduk di sebelah Abintang.
"Biasa aja itu mah. Tapi thanks udah percaya sama gue buat masukin bolanya. Padahal gue anggota baru," Balas Abintang sembari tersenyum simpul.
"BIASA AJA KATANYA? Kita yang udah bertahun-tahun main basket aja belum terlalu lancar bisa three points sejauh itu. Normal-normal paling di luar garis!" Seru Brian mendengar perkataan Abintang.
"Biasalah, bro! MERENDAH UNTUK MEROKET !" Sindir Avan membuat mereka semua tertawa.
"Ya kalo meroket tapi jatuh itu elo! Gaya doang selangit. Ngadepin musuh badan kekar aja udah ciut. Giliran udah menang sombongnya minta ampun!" Hardik Aksa pada sodaranya tersebut. Aksa hobi sekali menistakan Avan.
Avan berdecak. "Heh, gue bukan sombong. Itu tuh tanda gue PERCAYA DIRI. Sirik aja lo Bambang!"
"Widih, ngomongin apa bwang?! Seru banget kayaknya." Iqbal tiba-tiba datang masih membawa raketnya. Brian menatapnya senang, "Gimana? Gas Mabar gak nih?!"
Iqbal mengeluarkan ponselnya, dan menunjukkan benda itu pada Brian. "GASS!" Brian tertawa lalu menghampiri lelaki itu untuk duduk bersama. "Ehh, Bin. Di cariin Jihan nohh! Tadi gue ajakin kesini nggak mau. Gue juga bingung tuh anak kenapa." Iqbal memberitahu Abintang.
"Kayaknya dia takut sama Daevas deh. Kelihatan dari mukanya. Tapi kenapa dia takut?" Ucap Iqbal sembari memberikan id akunnya pada Brian. "Dia nggak takut kita, tapi takut Kevin," jawab Brian setelah menerima id Iqbal.
"Kenapa takut?" Pertanyaan itu muncul dari Abintang. Dia juga merasa penasaran. Setahunya Jihan takut dengan Daevas karena mereka sering menggoda Jihan jika bertemu.
"NAHH BAHAYA NIH!! SEBENARNYA KEVIN TUH NAKSI— EMMHH!!" Mulut Avan ditutup rapat oleh Kevin. "Ck, iler lo kena tangan gue!" Kevin langsung mengusap tangannya pada baju Avan.
"YA SALAH LO PAKE BEKAP MULUT GUE!" Sewot Avan mengusap bibirnya.
"Siapa suruh ngomong aneh-aneh!" Kevin meliriknya sinis.
Abintang menatap mereka bingung karena tidak mendapat jawaban. "Lo belum jawab pertanyaan gue."
Kevin menghela napas panjang. "Gue sering ganggu dia. Gara-gara gue, anggota Daevas juga ikut gangguin Jihan. Mungkin karena itu dia jadi takut sama gue. Dia merasa hidupnya terusik mungkin."
Aksa memasang wajah julid. "Ya gimana dia nggak takut. Orang lo sering spam stiker setan ke Jihan. Bahkan lo pernah ngunciin dia di gudang terus lo iseng kasih suara kuntilanak. Gimana nggak trauma itu anak!" Jelasnya geram.
"BIASALAH! CAPERNYA KEVIN KAN NAKUTIN! Caper itu kasih gombalan kek! Kasih bunga kek! Lah ini gangguin Jihan sampe dia takut setengah mati!" Sahut Avan memanasi.
"Bacot lo semua!" Kesal Kevin sudah muak. Lelaki itu gengsi jika mendekati Jihan dengan cara romantis. Dia lebih nyaman jika mengganggu Jihan sampai menangis ketimbang membuat gadis itu salting. Kevin juga sadar diri untuk tidak memaksakan perasaannya, karena dia tahu Jihan hanya mencintai Abintang.
"EHH JIHAN TUH!" Tunjuk Avan pada sosok perempuan yang berdiri diam dari kejauhan. "SAMPERIN KALI, BIN! Kasihan itu berdiri diem kayak patung! Nungguin lo itu!" Suruh Aksa tertawa.
Reksa memperhatikan ekspresi Kevin. Dia tersenyum tipis karena lelaki itu sangat pandai menyembunyikan perasaan cemburunya.
"Gue cabut dulu." Pamit Abintang pada mereka semua.
"Siap-siap! Kita tunggu kabar jadiannya." Abintang menggelengkan kepalanya, memilih menghampiri Jihan saja.
Jihan tampak tersenyum memandangi Abintang yang mendekat. "Ngapain kesini?" Tanya lelaki itu dingin. Meskipun ia tetap menghampiri Jihan.
"Hehe kangen kamu! Emangnya Abintang nggak kangen aku?!" Jihan menatap wajah Abintang yang lebih tinggi darinya.
"Nggak," Ketus Abintang.
"IHHHH JAHAT! PADAHAL AKU UDAH USAHA SUSAH PAYAH BUAT KESINI! Masa nggak kangen sedikit pun!?"
"Nggak ada yang nyuruh lo samperin gue?" Abintang menyipitkan matanya.
Jihan menggaruk pipinya refleks. "YA KAN AKU INGIN MENUNJUKKAN RASA KEPEDULIANKU TERHADAP KAMU, HEHE. Oh ya, nanti istirahat kedua makan bareng sama aku yokk!"
"MAU YA?!! MAU DONGG!!? PASTI MAU!!!" Ajak Jihan dengan suara cempreng.
"Gue ke kantin bareng Daevas." Perkataan Abintang membuat Jihan terdiam lesu.
"Kenapa gitu mukanya? Tadi aja semangat banget ngajakin." Abintang mengamati ekspresi Jihan.
"Ahhh i-tuu...," jawab Jihan terbata-bata. Mengundang reaksi tertarik Abintang. "Nggak usah takut. Kevin nggak bakal gangguin lo lagi," Katanya sudah tahu apa yang ditakutkan Jihan.
"EEHHH BENERAN?!! Abintang tahu dari mana? Apa kamu sendiri yang nyuruh Kevin supaya nggak gangguin Jihan lagi? AAA SOSWETT!! MAKASIHH SAYANG!!" Jihan memeluk lengan Abintang dengan gembira.
"Lepasin!" Tukas Abintang sedikit membentak.
"Ehhh!? Maaf. Aku kelepasan." Cepat-cepat ia melepaskan tangannya. Jihan mengigit bibirnya, merasa takut saat wajah Abintang terlihat dingin padanya. Apa cowok itu marah?
"Pergi Jihan," Usir Abintang halus.
Jihan mengangguk lemas. "Iyaa. Maafin sikap aku tadi ya. Aku nggak sengaja." Tidak ada jawaban apapun dari Abintang membuat Jihan semakin suram.
"Yaudahh, Jihan pergi dulu ya Abi! Semangat latihannya!!" Katanya lagi-lagi tidak mendapat respon. Jihan Akhirnya berbalik badan dan berjalan menjauh dari Abintang.
"Nanti gue tunggu di kantin," Ucap Abintang pada akhirnya. Jihan menoleh kebelakang lalu tersenyum cerah. "BENERAN?!! ABI NGGAK BOHONG KAN?!" Tanyanya antusias.
Abintang mengangguk pelan. Jihan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
***
Abintang kini sedang berada di ruang guru setelah mendengar pengumuman namanya terpanggil. Setelah mengetahui alasannya. Ternyata Abintang terpilih menjadi perwakilan lomba cerdas cermat yang diadakan minggu depan. Bersamaan dengan lomba basketnya. Tapi beruntung, masih ada jeda jauh antara pertandingan mereka sehingga Abintang bisa mengikuti keduanya.
"Abintang, kamu yakin ingin mengikuti dua pertandingan sekaligus?" Tanya Leo memastikan. Pria dewasa yang menjadi guru olahraga futsal sekaligus donatur atlit Ganesa. Pelatihnya Iqbal. Wajahnya masih awet muda, padahal sudah memiliki anak sebesar Kevin.
Abintang mengangguk mantab. "Ya. Kalo nggak bisa. Saya lebih memilih basket," Jawabnya tidak bisa diganggu gugat.
"Jika itu keinginan kamu. Saya tidak bisa memaksa. Baiklah, nanti saya atur supaya kamu bisa ikut keduanya." Jika Leo sudah bisa berkata 'atur' maka semuanya akan berjalan lancar. Kekuatan orang dalam.
"Oh ya pasangan kamu masih sama seperti tahun lalu. Kiara Cantika. Kelas IPA tiga. Soal latihannya juga sudah di bawa Kiara. Jadi kamu tinggal dateng ke Lab besok," Ujar Leo pada Abintang. Ganesa tidak asing lagi dengan nama Kiara Cantika. Gadis cerdas yang selalu menjadi pasangan Abintang ketika ada perlombaan olimpiade atau cerdas cermat.
Mereka seperti duo maut yang mematikan. Sepertinya Abintang akan sibuk akhir-akhir ini. "Terima kasih waktunya. Kamu bisa pergi Abintang," Leo selesai.
Abintang tidak merespon lebih. Dia langsung meninggalkan ruang guru untuk menemui perempuan yang sedari tadi mengusik pikirannya. Jihan Alessa.
"ABINTANG! KAMU KEMANA AJA?!! IHHH AKU CARI-CARIIN DARI TADI TAHU!" Abintang menoleh kebelakang. Melihat Jihan berlari kearahnya dengan pipi yang mengembung seperti sedang memakan sesuatu.
"Jangan lari-lari." Baru saja Abintang menegur, Jihan sudah tersandung tali sepatunya sendiri. Beruntung Abintang menangkapnya cepat, sehingga Jihan tidak terjatuh.
"Ceroboh!" Kata Abintang berbisik.
Jihan meringis. "Hehe, Makasih ya."
"Hmm."
Jihan langsung menegakkan tubuhnya dan berjalan di samping Abintang. "Jadi makan bareng nggak?"
Abintang meliriknya sekilas. "Jadi," Jawabnya singkat.
"Katanya kamu di pilih buat lomba cerdas cermat minggu depan ya? Semangat ya Abintang. Kamu emang pinter banget!" Kata Jihan senang. "Tapi nanti saingan aku jadi makin banyak!"
"Kamu jangan deket-deket cewek lain pokoknya!!"
"Kenapa gitu?" Tanya Abintang.
"IHHH NGGAK PEKA BANGET SIH! AKU CEMBURU ABINTANGGG!! CEM.BU.RU!!" Jelas Jihan meninggikan intonasinya.
"Lo bukan siapa-siapa gue, Jihan. Lo nggak punya hak buat cemburu sama gue." Abintang dapat merasakan perubahan ekspresi Jihan. Meski tanpa melihatnya karena pandangan Abintang hanya lurus, sembari berjalan santai.
"Ya setidaknya jangan di hadapanku. Abintang boleh kok lirik-lirik cewek lain. Lihat-lihat cewek lain. Tapi jangan pas sama aku. Nanti aku sakit hati!" Ujar Jihan cemberut. Menggemaskan.
Tak lama setelah itu mereka sudah sampai di kantin. Abintang langsung menuju meja tempat anak Daevas ngumpul. Jihan langsung mengitili Abintang di belakang. "IKAN HIU MAKAN TERONG! CEWEKK SINI DONG!!" Kata Avan menggoda Bella dkk yang duduk di meja sebelah. Mereka sama-sama anak kelas IPA 3. Meski tidak begitu akur.
"APA SIH LO! SOK ASIK BANGET JADI COWOK!" Sewot Bella menatap Avan sengit. Wajahnya tambah merah ketika melihat Abintang yang datang bersama Jihan.
"Akhirnya neng Jihan nggak kabur-kaburan lagi ngelihat kita!" Ujar Brian bercanda. Abintang duduk di sebelah Iqbal dan Jihan di sebelah Abintang.
Jihan menunduk malu. Masih belum bisa beradaptasi. "UDAH WOI!! Kasihan anak orang udah malu begitu." Lerai Aksa.
"Ya ini juga gara-gara Kevin yang neror Jihan. Kasihan banget. Segitunya pengen di respon!" Brian menggelengkan kepalanya miris.
Duakk!
"AYAM AYAM!!" Panik Brian ketika kursinya ditendang keras oleh Kevin. "Bosen idup lo?" Sinis Kevin merasa dongkol.
"Hehe santai bos! DAMAI KITA DAMAI!" Brian mengangkat dua jarinya. Kevin mendengus, memilih diam.
"WAHH PARAH LO, BRI. Bisa-bisa kita nggak jadi di traktir Kevin!! Pokoknya kalo gue mati kelaparan itu gara-gara lo!" Ujar Avan dramatis.
Abintang menghela napas panjang. "Mau pesen apa? Bilang aja ke Iqbal," Kata lelaki itu menengahi.
"WAHH KITA DI TRAKTIR NIH!?" Tanya Avan bersemangat. Dasar teman tidak tahu diri.
Abintang hanya berdehem mengiyakan membuat mereka bersorak kegirangan. "GUE SOTO TIGA, BAL!" Request Brian tidak tahu malu. Kesempatan tidak datang dua kali.
"DASAR GENTONG!" Ejek Aksa menggelengkan kepalanya.
"Biarin. Lebih baik rakus makanan dari pada rakus cewek!" Sindir Brian pada Aksa yang playboy.
"Sialan lo!" Aksa tertawa merasa tersindir tapi sudah biasa.
"Mau makan apa?" Tanya Abintang pada Jihan. Suaranya sedikit pelan, nyaris berbisik.
Jihan menunduk malu. "Mau mie rebus aja. Pake telor, hehe." Abintang menatapnya sebentar lalu memberitahu Iqbal.
"Abi...," Panggil Jihan pelan.
"Kenapa?"
"Nanti pulang bareng ya," Pintanya.
Abintang terdiam sejenak, lalu membuang muka. "Gue nggak bisa."
🌼🌼🌼🌼
Hallo prenn!
Wahh udah selesai aja. Aku nulis lumayan banyak sih dari biasanya. Horeee! Apresiasi diri sendiri, hehe.