Sofia Ariadne seorang wanita cantik, mandiri dan kuat, terjebak dalam permainan taruhan yang dibuat oleh Alessandro Calvin Del Piero, seorang mafia playboy, tampan dan berkuasa.
Ketika Sofia mengetahui dirinya hamil benih dari Alessandro, dia harus menghadapi ancaman dari musuh Alessandro yang ingin menggunakan bayi itu sebagai alat untuk menghancurkan Alessandro.
Namun, Sofia yang tidak ingin terlibat lagi dengan Alessandro memilih untuk melarikan diri sejauh mungkin. Meskipun harus menjalani susahnya hidup dengan kehamilan tanpa adanya pasangan.
Bagaimana kelanjutan kisah percintaan antara Sofia dan Alessandro yang penuh dengan intrik serta konflik etika. Yuk, kepoin terus ceritanya hanya di Noveltoon. Update setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kondisi Naren
Di dalam ruangan serba putih, seorang wanita tergolek lemah dengan selang infus di tangannya. Kondisi Naren sangat memprihatinkan, dia ditemukan Sofia dalam keadaan tubuh te lanjang dengan kedua tangan yang diikat di atas kepala dan kaki yang diikat mengangkang dengan rantai pada dua tiang besi di kiri dan kanan tubuhnya.
Banyak luka memanjang di sekujur tubuh Naren, seperti bekas cambukan. Kedua pipi lebam yang membiru, dan bibir bengkak serta pecah akibat gigitan. Tidak hanya mendapatkan kekerasan fisik, tapi Naren juga sudah mengalami pelecehan seksual yang sangat parah. Dokter yang diminta Sofia melakukan pemeriksaan menyeluruh menemukan sobekan besar pada selaput daranya.
Kemungkinan Naren diperkosa ramai-ramai dengan posisi berdiri di tiang. Ada banyak bekas sperma baru yang tertinggal di mulut vaginanya. Naren tidak seperti Sofia, dia gadis baik yang meskipun sering pergi ke club menemani Sofia tapi dia masih menjaga keperawanannya. Naren yang selalu sedih ketika Sofia liar saat bersama Alessandro.
Sofia sudah membuat laporan kepada pihak polisi, dan untuk kasus ini termasuk berat hingga mau tidak mau Sofia terpaksa menggunakan nama besar dan kekuasaan yang dimiliki Kakek Dario dan Alessandro. Melepaskan diri dari pengaruh keluarga itu ternyata sangat sulit, karena Sofia masih bergantung pada mereka. Tapi hatinya tidak bisa dipaksakan.
"Kamu tahu Naren, saat ini aku sedang dalam dilema besar. Hatiku telah berkhianat... Ah bukan cuma hati tapi tubuhku juga. Sebenarnya bukan pengkhianatan biasa, tapi justru aku kembali pada pemilik yang sebenarnya. Ada banyak yang ingin aku ceritakan, makanya cepatlah bangun. Kita akan pergi jauh dan hidup berdua tanpa tekanan."
Sofia berbagi cerita dengan Naren yang dinyatakan koma karena kondisinya yang terlalu parah. Bukan hanya luka fisik, tapi kemungkinan mental Naren juga mengalami sedikit gangguan pasca trauma parah yang dialaminya. Sofia merasa sangat bersalah, karenanya sang sahabat ikut dilibatkan masalah.
"Aku akan menuntut balas terhadap semua pelaku yang merusak hidupmu."
Sofia berencana menginap lagi di Rumah Sakit tapi hanya menemani Naren. Sofia bahkan tidak peduli dengan kabar terbaru tentang Alessandro. Apakah pria itu sudah siuman atau belum. Bagaimana luka yang menghatam organ dalamnya apakah parah atau tidak. Sofia benar-benar tidak berniat mengetahuinya. Sofia seakan sudah tidak peduli pada Alessandro.
Terkadang pengkhianatan terjadi bukan karena mereka mempunyai sifat pengkhianat. Tapi karena ingin membalaskan luka hati. Sama halnya dengan yang dilakulan oleh Sofia terhadap Alessandro, sikap manipulatif pria yang masih berstatus sebagai kekasihnya itu membuat Sofia harus kehilangan pria cinta pertamanya. Seolah benar-benar takdir, nyatanya semua yang terjadi sudah direncanakan.
Sudah tiga hari berlalu, tapi Naren belum juga terbangun dari tidurnya. Sementara Sofia tidak sedetik pun meninggalkan ruangan sahabatnya itu. Bahkan kondisi Sofia yang belum sepenuhnya pulih jadi semakin lemah karena terlalu lelah kurang istirahat. Beruntung ada Javer yang senantiasa menemani Sofia. Hubungan terlarang yang semakin lama terlihat semakin mesra.
"Sofia, ayo kita periksakan kandunganmu. Meski aku bukan ayahnya, tapi aku peduli dengan bayi itu."
"Aku hanya lelah Javer, aku tidak selemah itu hingga harus diperiksa Dokter." Ucap Sofia protes.
"Menurut Sofia, semua demi kebaikan kamu dan juga ketiga anakmu."
"Yakin sekali jika bayi taruhan ini berjumlah tiga." Sangkal Sofia.
"Kita buktikan saja sebentar lagi."
Sofia yang tidak bisa berjalan dengan baik, terpaksa menggunakan kursi roda menuju ke poli kandungan.
"Bagaimana Dokter, apa kondisi calon istri saya baik-baik saja?" Ucapan Javer membuat bibir Sofia ditarik ke atas. Javer mengakuinya.
"Kondisinya lemah karena tekanan darahnya rendah, harua dilakukan rawat inap."
"Lalu kondisi bayinya bagaimana Dokter?"
"Karena Nona mengandung bayi kembar tiga, sebaiknya kurangi aktifitas berat. Karena sangat mempengaruhi perkembangan janin. Lihat ini, seharusnya diusia kehamilan 12 minggu berat badan bayi sudah mencapai 18 gram. Tapi ketiga bayi Anda baru memiliki berat masing-masing 10 gram. Sebaiknya Anda harus mengejar ketertinggalan."
Usai menyambangi dokter kandungan, kini Sofia sudah kembali ke kamar Naren. Hati Sofia sedih melihat nasib sahabatnya yang begitu buruk.
"Kamu begitu menjaga kesucianmu yang katanya ingin kamu persembahkan untuk suamimu kelak, tapi justru kamu kehilangannya karena dicuri banyak pria rendahan. Tapi, kamu jangan terlalu bersedih hati. Aku akan membalasnya."
Sofia mengusap setitik air mata yang merembes membasahi pipinya, tiba-tiba tangannya seperti ada yang menyentuh. Betapa bahagianya Sofia karena akhirnya sahabatnya sebentar lagi sadar.
"Naren, kamu mendengar suaraku? Ayo bangun aku punya banyak cerita yang harus segera kamu dengar." Ucap Sofia dengan nada yang terdengar arogan tapi enak didengar.
"So..sofia..." Ucap Naren lirih dan mulai membuka kedua matanya.
"Terima kasih Tuhan, akhirnya sahabatku bangun. Aku sangat merindukanmu Naren, dan maafkan aku yang lalai menjagamu hingga musibah datang padamu."
"Sofia, aku tidak apa-apa. Hanya saja sekarang aku sudah rusak. Tubuhku kotor, mereka semua merudapaksa secara bergiliran setiap hari."
"Aku akan membalasnya untukmu, setelah itu kita berdua pergi dari kota ini. Mau kan kamu ikut denganku Naren?" Tanya Sofia.
"Kita akan pergi kemana? dan apakah kamu akan meninggalkan kekasihmu?"
"Iya, aku akan meninggalkan semua orang yang telah menyakitiku. Kamu harus sembuh dulu, nanti aku akan menceritakan semuanya." Jawab Sofia.
"Lalu, toko roti yang terbakar? Rumahku dan rumahmu bagaimana? Bukankah itu semua peninggalan orang tua kita Sofia?" Tanya Naren lemah.
"Kalau aku bilang lebih baik kita jual lalu beli satu rumah besar untuk kita huni bersama, apa kamu setuju Naren. Aku ingin hidup tenang tanpa harus berurusan lagi dengan mereka."
"Kamu lihat ini, perutku sudah membulat dan ternyata isinya ada tiga bayi. Pasti menyenangkan bermain bersama mereka tanpa ancaman dari para musuh Alessandro dan lainnya."
"Baiklah, aku terserah padamu Sofia. Kita pamit dulu pada Alessandro atau langsung pergi?" Tanya Naren.
"Kita langsung pergi, tapi tunggu beberapa hari sampai kondisi pulih."
"Kamu pulihkan dulu kesehatanmu, sama juga denganku. Beberapa hari ini kondisiku sedikit lemah Naren, aku butuh istirahat sekaligus aku akan mempersiapkan barang yang akan kita bawa pergi." Ucap Sofia antusias.
"Baiklah, kalau begitu ayo istirahat. Kantong matamu menghitam Sofia pasti kamu kurang tidur karena mengkhawatirkan aku. Terima kasih." Ucap Naren.
"Aku tidak butuh kata terima kasih Naren, karena aku sudah menganggap kamu saudara sendiri. Sebagai sesama saudara sudah sepantasnya kita berdua saling bantu." Jawab Sofia.
"Sofia, bagaimana jika aku hamil. Dan aku tidak tahu itu benih siapa?" Tangis Naren pecah.
"Maka kita akan menjadi orang tua bagi anak-anak kita."
"Jangan menangis, jangan tunjukkan jika kita wanita yang lemah. Hamil bukan sesuatu yang perlu kita takutkan. Justru itu adalah anugerah dari Tuhan, yang harus kita syukuri. Kita berdua sudah hidup sebatang kara sejak lama, jadi sekarang Tuhan mengirimkan anak sebagai keluarga kandung yang akan menyayangi kita di sepanjang sisa usia."
"Baiklah, asal kamu tidak akan pernah meninggalkan aku sendiri, Sofia."
"Kita akan berjuan bersama. Aku untuk anakku dan kamu untuk anakmu. Jangan pikirkan apa pun lagi, sebaiknya kita segera tidur."
"Tom, katakan dimana Sofia? Kenapa sudah satu minggu setelah aku bangun, dia sama sekali tidak datang untuk menjengukku." Tanya Alessandro.
ayo javeer, jangan menyerah, ini demi orang yg kamu cintai