NovelToon NovelToon
MUTIA

MUTIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Selingkuh / Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Riaaan

Masa remajaku tidak seindah remaja lain. Di mana saat hormon cinta itu datang, tapi semua orang disekitarku tidak menyetujuinya. Bagaimana?

Aku hanya ingin merasakannya sekali saja! Apa itu tetap tidak boleh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riaaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Aku kembali menoleh ke arah Suci, seorang pria dewasa mengangkat tubuhnya untuk duduk di pangkuan pria tersebut. Hal yang menjijikan direkam oleh mataku. Suci menggoyang-goyangkan pinggulnya seolah dia memancing nafsu pria tersebut.

Aku kesal sekali. Ada perasaan jijik dan benci yang bekecamuk di otak dan dadaku. Untungnya mata Wisnu masih aku tutupi.

"Kita balik!" teriakku menarik tangan Wisnu untuk keluar dari tempat menjijikan itu.

"Gue saranin sama lo, mending lo suka sama cewek lain aja! Cewek kayak gitu ga pantes lo sukain!" omelku begitu keluar dari kelab tersebut.

Wisnu masih berusaha mengontrol diri sebab tangisannya tak kunjung berhenti.

"Nu! Lo itu ganteng! Lo pekerja keras! Lo juga tulus suka sama orang! Masih banyak cewek di bumi ini! Ngapain juga lo nangisin cewek kayak Suci?! Bikin capek diri sendiri!" omelku lagi.

Tapi Wisnu masih sama saja. Dia tak menghiraukan semua yang aku katakan. Dia malah duduk di trotoar dan sesekali menyeka air mata. Dia hanya berdiam diri dan termenung.

Aku ikut duduk di sebelahnya. Menghela napas jengkel sekaligus iba.

"Ya udah deh, kalo lo masih mau nangisin dia. Tangisin aja ampe air mata lo kering. Gue tungguin," ucapku mengeluarkan ponsel dan ternyata ada begitu banyak notifikasi dari Alex. Untuk pertama kalinya aku tidak tertarik dengan chat dari pria itu.

"Kalo misalnya lo di posisi gue dan ngeliat Alex kayak gitu, apa yang bakal lo lakuin?" Kalimat pertama yang Wisnu ucapkan dengan suara parau khas sehabis menangis.

"Ya gue cut off! Ga mau gue berhubungan sama dia lagi. Apalagi nih, otak gue tuh pas ngeliat Suci tadi. Gue mikir apa mungkin Alex tuh pernah digituin dari Suci? Sampe dia berani belain Suci padahal jelas-jelas Suci yang salah?! Gue makin ilfil sama mereka berdua!" ocehku.

"Segampang itu?" tanyanya lagi.

"Ya gampang banget, Nu! Gue kalo suka sama orang juga ga jadi bego. Ngapain juga gue nangisin Alex? Mending gue jajan bakso!" Ini agak sedikit bohong sih, padahal aku sering menangis karena memikirkan soal Alex, he he.

"Tapi gue sayang sama Suci."

"Lah ngapain lo sayang sama dia? Dia aja ga sayang sama dirinya sendiri!"

"Itu alasannya! Kalo bukan gue yang sayang sama dia, ga bakalan ada lagi orang di dunia ini yang sayang sama dia, bahkan dirinya sendiri aja ga sayang!"

"Tapi emang lo mau bekas dipegang-pegang orang kayak gitu?" tanyaku.

Wisnu menatap ke arahku. Mata kami bertemu. Dia tak mengeluarkan sepatah katapun lagi. Hanya memandangi mataku bergantian dari kiri ke kanan dan begitu sebaliknya.

"Kenapa lo merhatiin gue kayak gitu?!" omelku.

"Apa jangan-jangan lo pernah ikutan Suci juga?" tanyanya.

"JAGA YA MULUT LO!" teriakku kesal.

"Ya lo kan temennya!"

"Eh, gue aja tau tempat ini dari lo! Atau jangan-jangan lo yang pernah ke sini buat pegang-pegang tetew cewek kayak om-om tadi!" cecarku.

"Ga! Gue ga pernah!" bantahnya.

"Atau jangan-jangan lo pernah—" Lagi-lagi mulutku dibekap olehnya.

"Ga! Gue ga pernah ngapa-ngapain! Gue ke sini karena ngikutin Suci!" tegasnya.

"Hummpp! Hummp!" omelku sambil dibekap.

"Kalo lo mungkin aja kan! Secara tadi aja lo nyium gue pas di—" Aku membalas Wisnu dengan ikut membekap mulutnya hingga kalimat itu tidak diselesaikan olehnya. Kami saling membekap mulut satu sama lain.

Aku tidak sengaja! Lagipula kami sama-sama menoleh, jadi tidak ada siapa yang mencium di sini! Itu kejadian tidak disengaja antara kami berdua! Kenapa dia bilang aku yang menciumnya? Enak saja!

"Hummpppppp!!!" Aku menjerit dalam bekapan Wisnu sebab dia menggigit jariku. Aaahhh!! Tidak sakit, tapi itu mengagetkan.

"Lo harus ingat, lo itu suka sama Alex! Lo harusnya nyium Alex! Bukan gue," ocehnya.

What?!

Aku berusaha membuka bekapan Wisnu, tapi dia terlalu kuat.

"Dan apapun yang terjadi sama Suci, gue ga peduli! Gue tetap sayang dia. Cuma gue kecewa aja, kenapa dia harus sebegitunya demi duit," lanjut Wisnu dan akhirnya dia membebaskan mulutku.

"Pertama! Gue ga nyium lo! Kita ga sengaja ciuman. Kedua! Gue mau banget nyium Alex! Mauuuu banget! Kalo misalnya nih ada Alex di depan gue, gue kokop mulutnya sampe nyawanya ketarik sekalian! Tapi kan sekarang dia ga ada, jadi gue ga bisa nyium dia. Dan yang ketiga!" Aku berdiri di hadapan Wisnu. "Mau lo sayang sama Suci, lo cinta mati sama dia meskipun dia udah di pegang-pegang orang, gue ga peduli!" lanjutku.

"Ya gue juga ga peduli lo mau kokop mulutnya Alex," sambutnya.

"Ya gue juga ga peduli sama lo! Anterin gue balik sekarang!"

"Lah!" Dia ikut berdiri.

"Apa? Lo yang bawa gue ke sini! Anterin gue balik!" paksaku.

"Lah!" Masih saja dia seperti itu.

"Oohhh, lo ga mau anterin gue balik? Oke! Gue balik sendiri! Kalo nantinya gue diculik atau gue ditabrak orang ... siap-siap lo dijemput polisi! Ibu gue taunya gue pergi bareng lo! Lo yang jemput gue di rumah!" Telunjukku hampir menyentuh wajah Wisnu yang sedang menatapku dengan tatapan aneh.

"Dih." Dia beranjak menyalakan motornya. "Penculik juga punya kriteria buat diculik, ya kali karung goni kayak lo diculik, bikin capek aja," lanjutnya.

Aku mendesis kesal.

"Buruan naik! Gitu amat minta anterin balik. Ngomong yang ramah lemah lembut kan juga bisa. Lagian gue ga sejahat itu! Tinggal bilang 'Nu, anterin gue balik ya, ganteng' gitu doang kan ga susah."

Aku duduk di boncengan Wisnu. "Berisik."

"Bilang gue ganteng, ntar gue anterin balik," ancamnya.

"Apaan sih, Nu!" omelku.

"Bilang gini 'Anterin gue balik dong, Wisnu Ganteng' kalo lo ga bilang gitu, ga gue tarik gas nih!"

"Diihh! Muka lo kayak monyet gitu!" bantahku.

"Tadi lo bilang gue ganteng."

"Ya biar lo ga nangis! Lagian ada ya cowo nangis cuma gegara cewek, aneh banget!"

"Bilang gue ganteng atau gue jumping!" ancamnya lagi.

"Jumping aja! Gue ga takut!" balasku.

  - BRUUUUMMMM!! Wisnu menggeber motornya dan membuatku terkejut.

"Iyaaaa! Ganteeeeeeng! Iyaaa!" teriakku.

"Nah gitu dong."

"Ganteng kayak monyet!" lanjutku.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!