NovelToon NovelToon
Suamiku Calon Mertuaku

Suamiku Calon Mertuaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rodiah Karpiah

Ini kisah Riana , gadis muda yang memiliki kekasih bernama Nathan . Dan mereka sudah menjalin hubungan cukup lama , dan ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan .
Namun kejadian tak terduga pun terjadi , Riana memelihat Nathan sedang bermesraan dengan teman masa kecilnya sendiri. Riana yang marah pun memutuskan untuk pergi ke salah satu klub yang ada di kotanya .Naasnya ada salah satu pengunjung yang tertarik hanya dengan melihat Riana dan memberikannya obat perangsang dalam minumannya .
Dan Riana yang tidak tahu apa-apa pun meminum minuman itu dan membuatnya hilang kendali atas tubuhnya. Dan saat laki - laki tadi yang memasukan obat akan beraksi , tiba-tiba ada seorang pria dewasa yang menolongnya. Namun sayangnya obat yang di kasi memiliki dosis yang tinggi sehingga harus membuat Riana dan laki - laki yang menolongnya itu terkena imbasnya .
Dan saat sudah sadar , betapa terkejutnya Riana saat tahu kalau laki-laki yang menidurinya adalah calon ayah mertuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiah Karpiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyesalan

Rania yang mendengar perkataan Bagaskara pun menunduk, menggigit bibirnya untuk menahan isak tangis yang kembali ingin pecah. Jari-jarinya masih mencengkeram erat selimut yang membungkus tubuhnya, seolah kain tipis itu adalah satu-satunya perlindungan yang tersisa. Pikirannya penuh dengan kekacauan, mencoba memahami bagaimana semua ini bisa terjadi.

Bagaskara, yang kini berdiri tak jauh darinya, terlihat sama bingungnya. Ia memang laki-laki dewasa, pria mapan yang telah terbiasa mengendalikan situasi, tapi kali ini... semuanya terasa di luar kendali.

Bagaimana bisa ia bangun dan mendapati dirinya di ranjang bersama Rania— pacar anaknya sendiri , dan yang seharusnya menjadi calon menantunya?

Pikiran itu membuat dadanya sesak. Ia tidak mabuk, ia ingat semuanya, tapi ia juga tidak merasa melakukan ini dalam keadaan sadar sepenuhnya.

" Sial ! " ucap Bagaskara di dalam hati.

Bagaskara menghela napas berat, menatap gadis yang masih membisu di depannya. Ia bisa melihat bagaimana Rania berusaha menahan tangis, bagaimana matanya yang membengkak menandakan bahwa ia telah menangis cukup lama.

Bagaskara masih berdiri di dekat tempat tidur, memandang Rania dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ada penyesalan di sana, juga kebingungan yang sama besarnya. Ia mengembuskan napas panjang, seolah ingin mengusir beban yang menghimpit dadanya.

“Rania,” panggil Bagaskara pelan, nyaris berbisik.

Rania mendengar panggilan dari Bagaskara , namun ia memilih untuk tidak menjawabnya. Ia hanya menatap kosong ke arah selimut yang membalut tubuhnya, seakan berharap semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir saat ia membuka matanya kembali.

Bagaskara pun berjalan mendekat, lalu duduk di tepi ranjang, menjaga jarak agar tidak membuat Rania semakin marah pada .

" Rania saya minta maaf , dan saya hanya bisa memastikan kalau saya tidak akan kabur dari masalah ini ! Karena kalau kamu menginginkan kejadian ini tidak terjadi , itu tidak mungkin ! Nasi sudah menjadi bubur . Saya ataupun kamu tidak bisa mengubah ini ! " ucap Bagaskara panjang lebar .

Rania yang mendengar perkataan Bagaskara pun mengangkat wajahnya, tatapannya dipenuhi dengan air mata. “Tapi tetap saja, Pak... kita...” Suara Rania tercekat, tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Bagaskara mengepalkan tangannya di atas pahanya. “Saya tahu... dan itu yang membuat semua ini semakin sulit diterima.” Ia mengusap wajahnya, mencoba mengumpulkan pikirannya yang masih berantakan.

Keheningan kembali mengisi kamar hotel itu, hanya suara napas berat mereka yang terdengar. Rania memejamkan mata, mencoba mengatur pikirannya. Seberapa pun ia mencoba menyangkal, kenyataan ini tetap ada di hadapannya.

Entah apa yang akan dilakukan Nathan jika ia tahu semua ini.

Tubuh Rania menegang, kepalanya terasa semakin pusing memikirkan kemungkinan itu. Nathan mungkin telah mengkhianatinya lebih dulu, tapi tetap saja... apa yang terjadi kali ini salah.

Bagaskara tampaknya memahami kegelisahan Rania, karena ia kemudian berkata, “Saya tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu setelah ini ! Bahkan jika yang menyakitimu adalah putraku sendiri , saya akan memberikannya pelajaran ! ” ucap Bagaskara dengan tegas sambil menatap Rania dalam.

“Maksud Bapak?” tanya Rania heran dan gadis yang baru saja berubah menjadi wanita itu menatap Bagaskara dengan mata penuh pertanyaan.

Bagaskara menatapnya dengan serius. “Saya tidak tahu bagaimana kita bisa sampai ke titik ini, tapi satu hal yang saya tahu... Saya tidak akan membiarkan kamu menghadapi ini sendirian. Itu janji saya ! ” ucap Bagaskara yang bersungguh-sungguh dengan apa yang ia katakan.

Rasanya saat ini Rania sangat ingin tertawa dengan apa yang ia alami “Pak... Anda tidak harus merasa bertanggung jawab. Saya juga tidak sadar...” ucapnya yang harus terpotong kembali oleh Bagaskara

“Tetap saja,” potong Bagaskara. “Saya adalah laki-laki dewasa, Rania. Dan apa yang terjadi semalam... tidak bisa diabaikan begitu saja.” ucap Bagaskara lagi sambil menatap Rania dalam. Meskipun ia ragu apakan benihnya akan tumbuh di dalam rahim Rania , namun ia merasa bersalah sudah merusak kepera*wanan Rania .

Rania yang mendengar itu pun terdiam. Pikirannya masih kacau, tapi satu hal yang pasti—ia tidak bisa kembali ke kehidupannya yang sebelumnya.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Rania dengan suara lirih.

Bagaskara mengusap wajahnya, mencoba berpikir jernih. Ia harus mengeluarkan mereka dari situasi ini dulu sebelum memikirkan langkah selanjutnya. "Kita harus pergi dari sini," katanya. "Saya akan mengantar kamu pulang." Ucap Bagaskara lagi sambil bangkit dari duduknya.

Rania yang mendengar itu pun mendongak , ia menatap Bagaskara dengan ekspresi terluka. "Saya tidak bisa pulang seperti ini, Pak. Bagaimana jika orang tua saya tahu?" Ucap Rania yang belum berani berhadapan oleh orang tuanya.

Bagaskara terdiam. Ia tahu betapa keluarga di negara ini tentang kehormatan seorang wanita , dan sudah pasti keluarga Rania pasti sama dalam hal kehormatan. Jika mereka tahu putri mereka telah menghabiskan malam bersama pria yang lebih tua—bahkan tanpa ikatan apa pun—itu bisa menjadi kesalahan yang sangat besar.

"Baiklah," kata Bagaskara akhirnya. "Kau bisa tinggal di tempat lain sementara waktu, sampai kita memikirkan jalan keluar." ucapnya pada akhirnya.

Rania yang mendengar itu pun mengerutkan kening. "Di mana?" tanyanya dengan heran.

Bagaskara terdiam sejenak, lalu berkata, "Untuk sementara kamu bisa tinggal di rumah saya!" ucapnya dengan santai tanpa emosi sedikitpun.

Rania yang mendengar itu pun tersentak. "Apa? Tidak! Itu... itu akan membuat segalanya semakin rumit!" Ucap Rania yang kaget mendengar perkataan bos-nya itu .

"Apa kau punya pilihan lain?" Bagaskara menatapnya tajam. "Kau tidak bisa pulang, dan aku tidak bisa membiarkan kau sendirian setelah ini."ucap Bagaskara dengan tegas .

Rania menggigit bibirnya, hatinya berteriak ingin menolak. Tapi ia tahu, Bagaskara benar. Setelah berpikir beberapa saat , Rania pun akhirnya setuju untuk singgah keruang Bagaskara sebentar .

****

Sementara itu di apartemen Nathan , pria itu baru saja terbangun dan mendapati Claudia di sampingnya . Nathan pun meregangkan ototnya yang pegal karena tangannya menjadi bantalan untuk wanita yang tadi malam berbagi peluh dengannya itu .

Nathan pun berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya , dan setelah selesai ia pun berjalan keluar kamar untuk mengambil minum di dapur . Namun , langkah Nathan pun terhenti begitu melihat sebuah kue yang sudah tidak berbentuk lagi di depan pintu kamarnya.

Seketika Nathan pun teringat pada pacarnya , Rania yang ia janjikan akan bertemu malam tadi. Nathan pun melupakan niat awalnya keluar kamar , ia masuk ke dalam kamar kembali dan mencari-cari keberadaan handphone-nya.

" Dimana sih , itu hp ! " Ucap Nathan sambil menyingkirkan barang-barang yang berantakan karena aksinya dengan Claudia tadi malam .

" Cari apa ? " Tanya Claudia dengan Sura khas bangun tidur , sesekali ia akan menguap.

" Handphone aku di mana ? " Tanya Nathan yang ingat kalau Claudia sempat memegang handphone-nya .

" Ohh , itu di sofa ruang tamu ! Memangnya mau apa ? " Tanya Claudia yang heran melihat Nathan panik mencari handphone-nya . Nathan yang mendengar itu pun berjalan ke arah ruang tamu dan mendapati handphone-nya berada di bawah sofa , ia pun menghubungi nomor Rania .

" Mau menghubungi Rania ! Aku lupa punya janji dengan dia ! " Ucap Nathan sambil mencoba menghubungi nomor pacarnya itu .

" Udah lah , mungkin dia udah tidur karena kelelahan nangis . Karena melihat apa yang kita lakukan semalam ! " Ucap Claudia dengan santainya , sambil bangkit dari tidurnya . Membiarkan tubuh polosnya tidak tertutup apa pun.

Nathan menghentikan gerakannya, menatap Claudia dengan tatapan tajam. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan suara dingin.

Claudia tersenyum miring, lalu berjalan kearah Nathan. "Kamu pikir dia nggak tahu? Lihat sekeliling, Nath. Kue itu pasti dari dia. Dia pasti sudah datang ke sini tadi malam, dan melihat apa yang kita lakukan!" ucapnya santai sambil menunjuk ke arah kue yang berantakan di lantai depan kamar yang mereka pakai tadi malam.

Seketika dada Nathan terasa sesak. Ia menatap ponselnya, melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Rania. Namun, pesan terakhir yang ia terima adalah dari beberapa jam yang lalu—hanya satu kalimat pendek yang membuat dadanya semakin berat.

"Aku sudah tahu semuanya. Aku tidak akan mengganggu lagi. Selamat bersenang-senang."

Nathan mencengkeram ponselnya erat-erat. "Sial!" geramnya, melemparkan ponsel itu ke sofa. Ia mengusap wajahnya dengan frustrasi. Rania benar-benar sudah melihat semuanya.

Claudia mendekat, melingkarkan tangannya di sekitar leher Nathan. "Kenapa kamu masih peduli padanya? Kamu sendiri yang bilang dia cuma mainan, bukan?" bisiknya menggoda.

Nathan menepis tangan Claudia dengan kasar. "Diam!" bentaknya, membuat Claudia terbelalak kaget. Nathan tidak pernah membentaknya seperti ini sebelumnya.

Nathan menatap layar ponselnya lagi , dan layar ponselnya itu masih menunjukkan panggilan tak terjawab. Ia mencoba menelepon Rania berkali-kali, tapi gadis itu tidak menjawab.

Perasaannya tidak enak.

Nathan pun berjalan ke arah dapur, namun matanya kembali tertuju pada kue yang sudah hancur di lantai. Pikirannya berkecamuk , ia memang ingin menjadikan Rania sebagai mainannya. Namun ,ia juga tidak mau kalau Rania tahu perbuatannya dengan Claudia secepat ini.

" Shit! " ucap Nathan dengan cukup keras dan mengusap wajahnya dengan frustasi.

" Aku harus bertemu dengan Rania ! " Ucap Nathan setelah sedari tadi ia termenung . Claudia yang mendengarnya pun mengerutkan keningnya .

" Untuk apa ? " Ucap Claudia sambil memandang Nathan .

"Untuk apa ? " Nathan mendengus tidak percaya. "Kalau dia tahu, dia pasti akan meninggalkanku! Aku tidak bisa kehilangan dia begitu saja!" ucap Nathan lagi dengan tegas.

Claudia tertawa kecil, lalu melingkarkan lengannya ke leher Nathan. "Ayolah, Nathan. Kamu sendiri bilang dia cuma mainan, kan? Lagipula, sekarang kamu punya aku jika Rania memutuskan hubungan kalian!" ucapnya yang masih mencoba merayu Nathan agar tidak mencari keberadaan Rania.

Nathan menepis tangan Claudia dengan kasar. "Aku tidak pernah bilang aku mau kehilangan dia." ucapnya sambil menatap tajam Claudia.

Claudia yang mendengar itu pun mengangkat alisnya . "Kamu tidak mungkin serius dengan dia, kan? Dia bukan siapa-siapa dibandingkan dengan aku. Dia hanya pegawai pabrik biasa , sedangkan aku anak orang kaya yang bisa membantu kamu mendapatkan warisan dari Om Bagas! " ucap Claudia sambil menatap Nathan tidak terima .

Nathan yang mendengar perkataan dari claudia pun marah. Entah mengapa, perkataan Claudia membuatnya kesal.

Tanpa berkata apa-apa lagi, ia meraih kunci mobilnya dan berjalan keluar dari apartemen. Ia harus menemukan Rania. Ia harus memastikan bahwa gadis itu tidak meninggalkannya, sebelum ia bosan bermain dengannya.

Tapi yang tidak ia sadari...

Rania sudah berada di tempat yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Di sisi ayah angkatnya.

Di rumah pria yang seharusnya menjadi figur ayahnya.

Dan tanpa sadar, hubungan mereka yang selama ini ia anggap sebagai permainan... kini telah berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih dalam.

.

.

Bersambung...

1
Krh15
seru novelnya , wajib dibaca 🤩
Reni Anjarwani
lanjut thor
Rodiah
Selamat menikmati cerita aku 🤗🥰

Dimohon untuk tidak menjadi silent reader ya , aku menunggu keritik dan saran dari kalian 🤭🤗😍
Satsuki Kitaoji
Got me hooked, dari awal sampe akhir!
Yoi Lindra
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Desi Natalia
Makin lama makin suka, top deh karya thor ini!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!