NovelToon NovelToon
Dinikahi Untuk Dibenci

Dinikahi Untuk Dibenci

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Playboy / Konflik etika / Angst / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

“Pastikan kau sembuh. Aku tidak menikahimu untuk jadi patung di rumah ini. Mulailah terapi. Atau…” Edward menunduk, berbisik di telinganya, “...aku pastikan kau tetap di kamar ini. Terikat. Tanpa busana. Menontonku bercinta dengan wanita lain di tempat tidur kita.”

Laras gemetar, tapi matanya tak lagi takut. “Kau memang sejak awal… tak lebih dari monster.”

Edward menyeringai. “Dan kau adalah istri dari monster itu.”

Laras tahu, Edward tidak pernah mencintainya. Tapi ia juga tahu, pria itu menyimpan rahasia yang lebih gelap dari amarahnya. Ia dinikahi bukan untuk dicintai, tapi untuk dihancurkan perlahan.

Dan yang lebih menyakitkan? Cinta sejatinya, Bayu, mungkin adalah korban dari semua ini.

Konflik, luka batin, dan rahasia yang akan terbuka satu per satu.
Siap masuk ke kisah pernikahan penuh luka, cinta, dan akhir yang tak terduga?

Yuk, baca sekarang: "Dinikahi Untuk Dibenci"!
(Happy ending. Dijamin!)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Berbaik Hati

Nada suara Edward datar, tapi cukup tajam untuk menghentikan langkah Sherin.

Gadis itu menoleh dengan alis sedikit terangkat. “Hmm? Masih ingin mendengar pujian dariku?”

Edward menyilangkan kaki, pandangannya tajam. “Duduk. Ada yang mengganjal.”

Sherin mengangkat bahu, lalu kembali duduk anggun, menyilangkan kaki seperti tak terganggu sama sekali. “Mengganjal? Aku bukan ahli terapi, Kakak ipar.”

Edward menyesap minuman di tangannya dengan rahang mengeras. Aroma bourbon tak cukup menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Pandangannya terpaku pada sosok yang duduk tenang di seberangnya—Sherin.

Perempuan itu bersandar santai, menatap Edward tanpa gentar, seolah tahu pria di depannya sedang dalam ambang ledakan.

“Aku masih belum mengerti,” gumam Edward. “Dari mana kau tahu soal Ehlers-Danlos dan gen cacat itu?”

Sherin tak langsung menjawab. Ia tersenyum tipis, lalu menyilangkan kaki. Gerakannya terukur, anggun, tapi mematikan.

“Lupa ya?” ucapnya ringan, tapi ada sengatan halus di balik suaranya. “Aku ini adik kandung Laras. Kami tumbuh besar di bawah atap yang sama, Edward.”

Mata Edward menyipit, nadanya curiga. “Tapi Laras tak pernah—”

“—menyebut namaku?” Sherin memotong cepat, senyumnya tipis dan getir. “Wajar. Kami tak pernah benar-benar dekat. Tapi aku bukan orang asing di hidupnya. Aku tahu kapan dia mulai berubah. Murung. Cemas. Dan aku tahu persis sejak kapan: sejak pulang dari berobat ke dokter itu.”

Ia memainkan gelas di tangannya, memutar pelan sambil berkata pelan, “Aku lihat laporan medis itu di kamarnya. Ehlers-Danlos. Genetik cacat. Dia hancur."

Ia meneguk minumannya, lalu tersenyum kecil yang tidak sampai ke mata. “Awalnya aku ingin bertanya padamu soal laporan itu. Tapi untuk apa? Aku terlalu baik hati kalau harus memberi tahu sesuatu yang bisa menyelamatkan pria yang cuma menjadikan aku alat untuk mendapatkan kakakku.”

Tatapannya beralih tajam, menusuk. “Lagian, aku rasa mustahil kau benar-benar tidak tahu. Laras tak bisa memberikan malam pertama untukmu, dan kau tetap menikahinya. Kenapa? Karena egomu. Karena kau terbakar ingin menaklukkan perempuan yang menolakmu mentah-mentah dan mempermalukanmu di depan umum, bukan?”

Sherin mendekat, suaranya menurun tapi dingin. “Dan karena kau tak mau mendapat malu. Pernikahan tinggal sehari. Mundur saat itu akan menjatuhkan harga dirimu.”

Kemudian ia memalingkan wajah, seolah bosan.

“Sudahlah, aku tak berniat berdebat soal itu. Aku datang hanya untuk memastikan kondisinya tidak makin parah.” Ia lalu meraih clutch-nya dari meja. “Lagipula, aku sudah bukan siapa-siapa untukmu, 'kan?”

Edward menatapnya tajam. “Kau bersikap seolah... tak peduli.”

Sherin berbalik, tersenyum. “Bukankah itu yang kau inginkan dulu? Perempuan yang tak menempel padamu, tak menangisimu, tak merengek untuk dimiliki?”

Ia menoleh sekilas, melempar pandangan menggoda. “Tapi kau tahu 'kan, pria macam apa kau sebenarnya, Edward? Kau tidak suka perempuan yang mudah.”

Lalu Sherin melangkah pergi, meninggalkan aroma parfum dan ketegangan menggantung di udara. Edward menatap punggungnya menghilang di lorong.

Dan untuk pertama kalinya, ada sesuatu dalam dada Edward yang… terasa tergelitik.

"Dia berubah... atau hanya memainkan peran barunya dengan sangat baik? Tapi kenapa aku merasa... ingin mengulitinya hingga ke lapisan terakhir?"

Saat Sherin berbalik, langkahnya ringan namun pasti. Tapi begitu wajahnya tak lagi terlihat oleh Edward, senyum itu memudar. Rahangnya mengeras, matanya menajam.

"Bajingan. Kau cuma pakai aku untuk memancing dia... lalu buang seolah aku tak pernah berarti. Tapi kau akan lihat, Edward. Aku tak perlu cinta. Aku cuma butuh nama belakangmu, kekayaanmu, hidup mewah yang bisa kau beri. Dan aku akan dapatkannya—meski harus menjatuhkan Laras untuk itu."

Tangannya meremas clutch yang ia genggam. Namun saat melangkah keluar dari ruangan, wajahnya kembali tenang, nyaris manis. Ia tahu... permainan baru saja dimulai.

***

Malam itu di kamar hotel mewah…

"Apa kamu pengantin baru?" tanya wanita penghibur itu sambil menyusupkan jari di kerah jas Edward.

Edward meneguk habis minumannya. "Apa maksudmu?"

"Jari manismu masih pakai cincin. Emas putih. Elegan. Biasanya pengantin baru yang pakai begitu." Ia terkekeh pelan, menyandarkan kepala ke bahunya. “Tapi kamu jajan di luar. Istrimu tahu?”

Edward tersenyum miring. “Dia tahu. Dan itu yang paling menyakitkan baginya.”

"Ah, lelaki memang brengsek," cibir wanita itu, lalu menindih Edward. "Tapi itu yang membuat kalian menarik."

Sementara itu, di rumah…

Laras memandangi tempat tidur itu dengan napas tersengal. Sprei bersih, wangi, tapi ia bisa melihat bekas dosa itu menempel di setiap seratnya.

"Dia melakukannya di sini... di tempat ini. Ranjang kami. Bahkan tak sudi mencuci jejak najisnya sebelum pergi."

Laras memeluk dirinya sendiri. Ia berjalan ke balkon, membawa bantal, membiarkan angin malam membekukan kulitnya.

Ia berbisik pelan, “Aku lebih baik membeku daripada menyentuh ranjang yang ternoda itu…”

Ia meringkuk di kursi malas, hanya dibalut selimut tipis. Tubuhnya menggigil, tapi matanya menolak terpejam.

Laras bergumam pelan, nyaris tak terdengar, “Bayu...”

Air matanya menetes tanpa bisa ia tahan. Nama itu masih menetap di hatinya. Wajah itu masih menguasai ingatannya. Satu-satunya yang pernah ia cintai—dan yang tak mungkin tergantikan.

Keesokan paginya…

Edward membuka ponsel, melihat CCTV rumah. Bibirnya tertarik ke atas saat melihat Laras tidur di balkon.

“Aku bercinta... kau membeku. Kau jijik padaku. Tapi anehnya aku puas melihatmu begitu,” gumamnya.

Namun dalam benaknya suara dokter masih terngiang:

"Yang terpenting adalah menciptakan rasa aman. Menghindari tekanan. Trauma memperlambat proses pemulihan."

Edward mencengkeram rambutnya, frustasi.

"Sial... Kalau dia tak sembuh, aku tak bisa menyentuhnya. Tak bisa menyiksanya. Dan jika dia mati, aku kehilangannya terlalu cepat."

Ia menghela napas panjang, menghapus bekas lipstik di lehernya dengan tisu. “Seharusnya aku bersabar… hanya sebentar lagi. Sampai dia sembuh. Sampai dia percaya. Lalu aku akan menarik karpet dari bawah kakinya…”

***

Di pagi hari, saat Laras turun dari balkon dengan wajah letih dan mata sembab...

Edward sudah duduk di meja makan, mengenakan kemeja putih bersih, tangan memutar sendok di cangkir kopinya.

Tanpa menatap, ia bicara datar, “Tidur di luar bisa membuatmu sakit. Dan kamu sudah cukup menyusahkan.”

Laras tak menjawab. Ia terus berjalan ke dapur, mengisi segelas air, lalu kembali berbalik. Tapi Edward lebih dulu bicara lagi.

“Aku siapkan kamar lain untukmu.”

Langkah Laras terhenti. “Kenapa?”

“Karena menurut dokter, kamu perlu merasa aman,” ujarnya seraya menatap Laras untuk pertama kali pagi itu. “Kamu tak akan sembuh kalau terus merasa terancam. Dan aku butuh kamu sembuh.”

“Kenapa? Supaya kamu bisa—” Laras menggertakkan giginya.

Edward tersenyum tipis. “Apa pun pikiranmu, simpan. Aku sedang berbaik hati.”

Ia berdiri, menghampirinya perlahan. “Kamu akan tidur di kamar sebelah. Aku tidak akan menyentuhmu... belum. Tapi cepat atau lambat kamu akan sembuh, Laras. Dan waktu itu akan datang. Kamu akan jadi milikku sepenuhnya. Tubuhmu. Napasmu. Semua.”

Laras menggenggam gelasnya erat-erat, seolah sedang menahan muntah dan amarah dalam satu tarikan napas.

Edward menunduk sedikit, berbisik tepat di telinganya, “Anggap saja aku memberimu waktu sebelum hidupmu sepenuhnya berubah menjadi neraka yang tak bisa kau hindari.”

Beberapa menit kemudian...

Edward menatap ranjang kosong di kamar yang ia siapkan untuk Laras. “Kamu bisa tidur di sini. Aku… nggak akan mengganggumu,” katanya pelan, nyaris seperti sedang menahan sesuatu dalam dirinya.

Laras tak menjawab. Ia hanya berdiri kaku, matanya menatap ranjang yang asing itu. Jauh di sudut matanya ada ketidakpercayaan, tapi juga kebingungan.

“Dokter bilang, tekanan bisa memperburuk kondisimu,” Edward menambahkan. “Aku... nggak mau kamu tambah sakit karena aku.”

Ia berbalik sebelum Laras sempat bereaksi. Suaranya terdengar seperti sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

“Apa aku benar-benar peduli?” pikirnya. “Atau aku cuma ingin dia cepat sembuh… supaya aku bisa merenggut semuanya darinya?”

...🍁💦🍁...

To be continued

1
Siti Jumiati
Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian.
Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
sabar dulu Laras...
Juvie Ja
jgn2 Edward punya penyakit jiwa..sakit mental😏
abimasta
sabar dan kuatkan hati mu laras,biarkan edward dan sherin hancur
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
kuatlah laras. kelicikan mereka masih panjang, semoga diakhir laraslah yg tersenyum bahagia. 😔
Siti Jumiati
Dendam tidak akan membuat hidupmu tenang Edward, berdamai itu indah klau kamu sudah menyadari itu semua,sekarang semua menjadi lebih rumit karena ulahmu sendiri.
merry
sherinn jhtt bgtt y bgtuu jgg dgn Edward moga klian dpt batu y
merry
lbh bgs meinctai dr jauh bayu
merry
bnr kt ppmu bayuu laras istr org lbh baik kmu jg dr jauh dgn kekuasaan mu,, klo laras bhgia y kmu lpsin cintamu ,, dr pd ngejar laras yg ada kmu mati gmn lbh baik nkmatin hdpmu klo bs bls perbuatan bpkmu,, ank kandung ank dr wanita yg dia cintai tp dsktin,, lbh percya org luar yg br msk dlm khdpny,, skrg ternyt bini PP mu selingkuh bhkn ank yg ppmu kira ank y ternyta bukn ank kandung ppmu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
laras. ketulusan yang hadir di tengah gelapnya keserakahan & kekejian manusia. 😢
Juvie Ja
Edward terlalu pendendam
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Anto D Cotto
menarik
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
syisya
rasa iri dengkimu itu yg akan menghancurkan kehidupanmu sherin.
aku berharap petugas RS yg diancam sherin akan menolong laras secara diam" memberikan hasil tes kesehatan yg asli karena gak tahan melihat kegaduhan yg terjadi tidak ada habisnya terutama kasihan pada laras ternyata sherin gunakan hasil tes palsu itu untuk berbuat jahat lebih jauh ..semoga penyamaran edward juga terungkap bukankah dia adalah edwin yg OP kabur dari tanggung jawab bayu & mengincar laras dia pikir bakal menang tp dia salah
abimasta
semoga laras tetap kuat,dan edward benar2 hancur
Siti Jumiati
Sherin didukung kedua orang tuanya untuk menghancurkan Laras tp tidak semudah itu...
Laras orang baik pasti akan ada orang yang menolongnya tanpa ia minta.
semangat lanjut kak sehat selalu 🤲
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sepertinya laras bukan anak kandung ya?
bagaimana bisa orang tuanya malah mendukung Sherin menjatuhkannya?
syisya
rintangan yg sangat berat semoga, semoga edward & sherin mendapatkan balasannya mereka hancur bersama"
sherin kira akan hidup tenang kalau semua hasil dari merebut & memaksa, salah kamu sherin kamu akan hidup tersiksa seperti di neraka
Juvie Ja
smga author sdh memilih bayu sbgai jodoh kebhgiaan Laras dri awal bukan Edward
abimasta
laras pasti kuat,
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Terima kasih bayu. 😭😭😭😭😭😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!