Naima yang dipaksa menjadi penanggung jawab acara mewah yang diselenggarakan oleh keluarga suaminya, Padahal selama ini dia yang telah membiayai seluruh kebutuhan keluarga suami, Tapi suaminya diam saja ketika keluarganya memperlakukan nya layaknya pembantu dan bukan menantu.
Saatnya Naima bangkit Dari kebodohan yang dia lakukan selama ini, kisahnya penuh drama dan menguras emosi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Setelah makan malam sendirian dikamarnya, Tyo keluar dari kamarnya ingin melihat pakaian yang dia cuci tadi, dia tidak mau pakaiannya tidak diurus seperti biasanya, bagaimana dia akan kerja jika pakaiannya kusut dan tidak terurus.
"Kamu sudah keluar nak". Ucap Bu Alma ketika melihat Tyo ke layar dari kamarnya menuju ruang cuci.
Dia berusaha mengambil hati sang anak agar tidak marah lagi kepadanya, dia tidak mau sumber keuangannya hilang.
"Aku mau liat pakaianku yang tadi dicuci jika aku tidak mengurus nya, aku tidak akan bisa kerja karena semua pakaianku belum ada yang di setrika". Ucapnya dengan ketus.
Dia tidak memperdulikan kehadiran ibunya, dia melangkah cepat untuk melihat pekerjaannya tadi.
"Ibu sudah menyetrikanya nak, kamu tinggal ambil dan bawah ke kamarmu, pakaian yang kamu cuci tadi sudah ibu urus". Ucap Bu Alma dengan pelan.
"Lain kali urus rumah Bu, aku sudah tidak membebankan ibu banyak hal, ibu hanya tinggal menyapu dan mengepel saja, karena aku makan siang di kantor, aku juga mencuci pakaianku sendiri, apalagi yang kurang Bu, pekerjaanku sangat banyak, malah pulang disuguhi rumah berantakan, ibu tahu sendiri aku sejak dulu tidak terlalu suka dengan keadaan berantakan sekalipun waktu itu hidup kita susah". Ucap Tyo menatap ibunya dengan sendu.
Dia berusaha meminta sedikit pengertian dari sang ibu karena kini dia sudah Sendiri, tidak ada yang mengurusnya jadi dia harus menyiapkan kebutuhannya sendiri.
"Iya nak, maafin ibu nak, ibu akan mengurus semuanya, jangan kurangi jatah ibu, kamus hanya perlu bantu ibu nanti nya terutama hari libur, maafin ibu yah". Ucapnya membujuk sang anak.
"Itu tergantung ibu, aku tidak mau kayak tadi, sudah cukup aku capek dikantor, tolong jangan buat aku pusing juga ketika dirumah, sediakan makanan Bu, jatah ibu sudah lebih dari cukup hanya untuk sekedar buat makanan, bahkan aku tidak pernah memberi Nayma uang karena rasa sayangku pada ibu".
"Iya nak". Bu Alma pelan.
Tyo hanya bisa menghela nafas kasar, biar bagaimanapun orang dihadapan nya ini adalah ibunya, dia yang membesarkan dan merawatnya sampai besar, bukan dia tidak ingat bagaimana perjuangan ibunya membesarkannya dan sang adik.
"Maafin Tyo jika kasar sama ibu, aku harap kejadian ini tidak terulang Bu". Tyo mengambil pakaiannya dan membawanya ke kamar untuk dimasukkan kedalam lemari.
Tyo bisa sebenarnya mengerjakan semua sendiri karena saat hidup. mereka sudah dia bisa mandiri, tapi pekerjaannya yang padat membuatnya sangat lelah dan pulang harus mengurusnya lagi, inilah yang paling dia tidak suka.
"Huft untung Tyo tidak marah sama aku, bisa gawat jika dia marah dan meninggalkan aku, aku tidak mau jika sampai tidak menganggap uang". Ucapnya mengelus dadanya lega.
"Aku harus segera mencarikan Tyo perempuan kaya dan bisa memberikan aku pembantu dan barang-barang mewah". Ucapnya penuh tekad.
Keesokan harinya, Tyo membantu sang ibu membereskan rumah, karena dia juga tidak mungkin tega membiarkan ibunya untuk membersihkan nya sendirian.
"Aku pamit yah Bu, tolong rapikan rumah minimal saat aku pulang kerja"? Ucap Tyo berpamitan kepada sang ibu.
"Iya nak, oh iya ibu akan carikan perempuan kaya nanti supaya bisa memberikan ibu pembantu, jadi tidak capek, kamu tidak boleh menolak pilihan ibu nanti". Ucapnya dengan sumringah.
"Ya ampun ini masih pagi, ibu sudah merusak mood ku untuk pergi bekerja, sebenernya ibu itu maunya apa sih". Kesal Tyo kepada ibunya.
Dia susah bilang ingin sendiri dulu menikmati masa-masa menjadi duda, kini ibunya malah menyuruhnya untuk menikah lagi.
"Ibu itu ingin yang terbaik untuk kamu Tyo, dulu waktu kamu memilih Nayma, lihatlah bagaimana jadinya, sekarang ibu tak mau tahu kali ini kamu harus menurut kemauan ibu tidak pake bantah". ucapnya menatap tajam sang anak.
"Pa ibu tidak dengar perkataan ku, aku sudah bilang belum ingin menikah legi, aku ini susah dewasa Bu, bisa mengatur dan menjalankan hidupku, jangan selalu memberikan banyak beban padaku Bu, astaga". Tyo mengacak rambutnya dengan kasar.
Rambutnya yang tadinya rapi kini berantakan, dia tidak pernah bisa membuat ibunya mengerti keinginannya karena ibunya sangat egois dan tukang mengatur.
"Tapi kalau kamu punya istri, ada yang mengurus kamu nak, mengurus rumah dan yang lainnya, ibu juga bisa belanja sepuasnya". Ucapnya kekeh dengan keinginannya.
"Terserah ibu sajalah, aku pusing berdebat sama ibu, yang pasti aku belum mau menikah, titik. jangan sampai aku marah sama ibu". Tyo meninggalkan ibunya karena sangat kesal
Berbicara dnegan ibunya hanya membuat dirinya tambah stres bukan mendapatkan solusi yang ada membuatnya terus-menerus kesal.
"Ibu tidak mau tahu Tyo, ibu akan mencarikan perempuan itu secepatnya dan kau tidak boleh menolaknya". Teriak ibu Alma tanpa menggubris peringatan sang anak.
Tyo hanya menggelengkan kepalanya dengan putus asa, sampai kapan dia begini terus. Dia memukul setir mobilnya melampiaskan amarah dan kekesalannya kepada ibunya itu.
"Pantas saja Andin pergi, dia pasti sangat senang disana karena jauh dari ibu yang selalu mengekangnya.
Sesampainya di kantor dia disambut pemandangan yang membuatnya mendidih seketika, dia tidak terima, tangannya mengepal erat.
Dihadapannya, sang mantan istri tertawa bahagia bersama sang bos, entah apa yang mereka bicarakan sehingga mereka bisa seakrab itu, tawa dan senyuman itu sudah lama Tyo tidak lihat apalagi saat mereka menikah.
"Nayma kok kamu ada disini?? ". Tanyanya perlahan.
Dia berusaha menjaga sikapnya walau darahnya sudah mendidih ingin memakan orang yang ada dihadapannya tapi dia tidak mau dipecat.
"Memangnya kenapa, toh tidak ada urusannya dengan anda kan". Sinis Nayma memandang Tyo tidak suka.
"Loh Nay, kamu mengenal pak Tyo??, oh iya aku lupa kalian mantan suami istri". Ucap Pak Bramasta teringat video viral itu.
"Ya begitu lah Bram, ayo kita keruangan mu saja, toh sebentar lagi kita akan meeting kan?? Tanya Nayma dengan tersenyum.
"Baiklah jika seperti itu, lebih baik kita langsung keruangan ku saja". Ajaknya kepada Nayma.
Mereka memang saling mengenal saat masih kuliah dan mereka sangat akrab karena dulu satu organisasi.
"Ya sudah, kami pergi dulu pak Tyo, saranku lebih baik anda tidka usah menggangu Nayma lagi karena anda sendiri yang membuang permata karena selalu menurti ibu Anda, dan nikah saja sama ibu anda jika seperti itu".
Bram dan Nayma berjalan meninggalkan Tyo yang mematung mendengar perkataan bosnya itu, tangannya mengepal dan tidak terima di hina seperti itu.
wah, seru nih menantikan bab selanjutnya...
dan bisa sukses walaupun jauh dari ibu.