Cerita ini berlatar 10 tahun setelah kejadian di Desa Soca (Diharapkan untuk membaca season sebelumnya agar lebih paham atas apa yang sedang terjadi. Tetapi jika ingin membaca versi ini terlebih dahulu dipersilahkan dan temukan sendiri seluruh kejanggalan yang ada disetiap cerita).
Sebuah kereta malam mengalami kerusakan hingga membuatnya harus terhenti di tengah hutan pada dini hari. Pemberangkatan pun menjadi sedikit tertunda dan membuat seluruh penumpang kesal dan menyalahkan sang masinis karena tidak mengecek seluruh mesin kereta terlebih dahulu. Hanya itu? Tidak. Sayangnya, mereka berhenti di sebuah hutan yang masih satu daerah dengan Desa Soca yang membuat seluruh "Cahaya Mata" lebih banyak tersedia hingga membuat seluruh zombie menjadi lebih brutal dari sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Foerza17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Goresan Aneh
Dia berusaha dengan tubuh gempalnya memanjat dan segera masuk ke dalam lokomotif. Aku menatapnya sinis dan beranjak pergi dari sana. Aku berniat untuk kembali mengecek kondisi badan kereta pada sisi yang lain.
Aku kembali mengeluarkan senter kecilku agar hal-hal yang ada di depanku semakin jelas terlihat. Cahaya putih nan panjang pun tersorot darinya dan memecah bayangan hutan yang gelap.
Aku berjalan di sisi lain kereta. Aku menyoroti dengan senter kecilku apapun yang menurutku mencurigakan. Tanah kering bercampur dedaunan yang jatuh berdecak mengiringi setiap langkahku. Aroma diesel yang kuat dan logam panas menusuk hidungku yang sensitif.
Aku terus mencari dimanakah kerusakan yang membuat kereta ini mengeluarkan suara ledakan yang cukup keras hingga membuat gerbong yang kutempati keluar jalur dan nyaris terguling. Memikirkannya saja membuatku pening sebab semua ini tak masuk akal.
Ketika aku masih menyoroti seluruh badan kereta, pandanganku terpaku pada sebuah bekas penyok yang cukup besar di sisi kiri lokomotif. Benakku terus bertanya-tanya benda apa yang mampu membuat penyok sebesar ini? Penyok yang cukup besar hingga seukuran bekas tabrakan sebuah mobil sedan yang menabrak dengan kecepatan kira-kira 40 km/jam. Aku pun mengelus penyok itu sembari menganalisa apa penyebabnya.
Di gerbong satu juga terdapat bekas goresan besar yang terlukis disana. Aku terus memandanginya dengan seksama. Aku melebarkan cahaya senterku dan menghampiri bekas goresan yang seperti goresan cakar binatang buas itu. Asumsi pertamaku mungkin gerbong ini sempat tergores oleh batang kayu yang mencuat dan menyentuhnya dengan kasar.
Aku kembali berkeliling untuk memeriksa keadaan kereta lebih lanjut. Di gerbong yang lain juga terdapat beberapa bekas goresan sama seperti sebelumnya. Bukan seperti goresan batang kayu atau hasil gesekan dengan tanah, goresan itu memanjang dan teratur layaknya digores oleh cakar binatang yang cukup besar.
"Apa yang sebenarnya terjadi diluar sebelumnya?" gumamku di antara kesunyian malam.
Aku menggosok telapak tanganku sebab dinginnya angin malam mulai merasuk menembus baju. Dedaunan mendesis saling bergesekan dihembus oleh angin malam yang dingin. Cahaya lampu di dalam gerbong menjadi penunjuk arah di setiap langkahku.
Aku sejenak menarik napasku dalam-dalam hingga membuat paru-paruku terasa sejuk oleh angin yang berhembus. Sejenak melepas penat dan merilekskan pikiranku dengan masalah yang tidak logis ini.
Untuk saat ini, mungkin aku akan menghadapi kejadian yang pernah aku alami 10 tahun yang lalu. Ketika sebuah penduduk di suatu daerah mengalami kebutaan secara massal dan berbondong-bondong untuk merebut bola mata dari makhluk hidup lain. Seperti seekor hyena yang berebut untuk memakan mangsa yang tidak berdaya.
Aku menatap langit dan kembali menguatkan jiwaku. Aku sudah berkembang lebih baik daripada 10 tahun yang lalu. Sekarang aku sudah lebih kuat dan lebih matang dalam mengambil sebuah keputusan.
Seseorang telah mengajarkanku apa itu arti dari pengorbanan dan cinta sejati. Cinta yang mampu menggerakkan jiwa dan bahkan mampu untuk menghadapi kematian demi seseorang yang dia sebut sebagai keluarga. Cinta yang membuatnya menjadi seorang pria yang kuat walau dirinya masih banyak kekurangan.
Seorang pria yang sangat mencintai keluarganya terutama terhadap adik perempuannya. Membuatnya harus menjadi pahlawan demi menyelamatkan teman-temannya. Sosok pria yang ku kagumi dan akan selalu ku jadikan panutan walau aku benci mengakuinya karena dia lebih muda dariku.
"Ck mengingatnya saja hampir membuatku tertawa," tak kusadari bulir bening perlahan menetes di pipiku.
Aku meneruskan perjalananku menyusuri tanah yang berbatu. Angin malam kembali berhembus lebih kuat dari sebelumnya. Cahaya rembulan yang bersinar lembut seakan mengusir seluruh bahaya yang bersembunyi dibalik bayangan. Aku kembali mengingat wajah pria itu. Senyumannya yang bodoh seakan terngiang-ngiang di kepalaku. Dan pria itu bernama...
Andra...