NovelToon NovelToon
Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Balas Dendam / Single Mom / Janda / Crazy Rich/Konglomerat / Dendam Kesumat
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Elena Prasetyo

Aku masih ingat tangisan, tawa dan senyum pertamanya. Aku juga masih ingat langkah pertamanya. Saat dia menari untuk pertama kali. Saat dia menangis karena tidak bisa juara kelas. Aku masih ingat semuanya.

Dan sekarang, semua kebahagiaan itu telah direngkuh paksa dariku.

Aku tidak memiliki apa-apa selain dia
Dialah alasanku untuk hidup sampai sekarang.
Tidak bolehkah aku menghukum perampas kebahagiaanku?


Ini adalah novel diluar percintaan pertama penulis, mohon dukungannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

Dua hari kemudian, Ratna pergi ke rumah sakit. Bersama Yani yang setia menemani, Ratna berhadapan dengan seorang dokter ahli forensik yang memeriksa putrinya.

"Anda adalah ibu dari Cinthya Handoko?" tanya dokter itu.

"Iya benar"

"Dan ini?" tanya dokter itu pada Yani.

"Saya teman ibu Tia"

Dokter menutup mulut lalu menyarankan Yani untuk keluar dari ruang dokter. Karena hal sensitif seperti ini akan lebih baik jika didengar oleh pihak keluarga saja. Menjaga kerahasiaan penyebab kematian Tia.

Setelah Yani keluar dari ruang dokter,

"Hasil otopsi ini sudah kami berikan pada polisi. Dan yang asli, bisa Anda baca disini. Kalau ada yang tidak Anda mengerti, silahkan ditanyakan"

Ratna memegang amplop coklat itu. Perlahan dia membuka amplop dan mengeluarkan sebuah berkas dengan nama Tia di atasnya.

Sebuah surat dengan tebal lima lembar juga beberapa foto X Ray ada di dalam amplop itu. Ratna mulai membaca hasil pemeriksaan yang dimaksud dokter dan dia tidak percaya dengan apa yang terjadi pada putrinya.

"Luka lebam dan luka sobek di bagian ... " katanya tercekat. Ratna tidak bisa lagi melanjutkan.

"Cinthya Handoko dinyatakan meninggal karena benturan keras di kepala. Yang membuatnya kehilangan darah dengan cepat. Hal itu kemungkinan disebabkan saat putri Anda dilemparkan dari mobil ke tepi jalan. Dan semua luka di tubuhnya mengindikasikan bahwa Cinthya Handoko mengalami kekerasan sebelum meninggal"

Ratna terus membaca semua jenis lebam yang dijabarkan begitu jelas oleh dokter forensik dalam laporannya. Luka terbuka di tengkorak kepala bagian kanan. Lebam dengan jejak tangan di leher. Lebam ikatan di pergelangan tangan. Dan luka sobek di bagian intim Tia.

"Kekerasan apa?" tanyanya berusaha untuk memastikan.

"Dari hasil otopsi, telah ditemukan dua DNA di dalam mulut rahim putri Anda. Jadi, Cinthya Handoko mengalami kekerasan seksual sebelum meninggal"

"Ohhhh!!!!" serunya lalu menutup mulut dan menangis.

Putrinya, Tia, mengalami hal yang mengerikan sebelum meninggal. Bagaimana bisa? Tunggu, kata dokter tadi ...

Ratna menatap mata dokter untuk memastikan sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Benar. Ada dua pria yang ... Melakukan kekerasan itu pada putri Anda"

Ratna merasa lemas sekarang. Tidak bisa membayangkan ketakutan dan kesakitan yang dirasakan oleh putrinya saat orang-orang jahat itu melakukan semuanya.

"Kenapa Tia? Kenapa putriku??" tanyanya dengan memukul-mukul dadanya yang terasa sakit dari dalam.

"Polisi sedang menyelidiki kasus putri Anda. Mereka akan segera menemukan pelaku yang melakukan semua kejahatan ini pada putri Anda"

Ratna keluar dari ruang dokter forensik dalam keadaan lemah. Yani yang menunggu diluar tidak bertanya sama sekali tentang hasil otopsi. Hanya membantu Ratna kembali ke mobil.

Di parkiran rumah sakit, Ratna melihat seseorang yang dia kenal. Segera saja dia berlari dan memegang lengan polisi wanita itu.

"Bu polisi!!" katanya

Polwan itu terkejut dan menoleh lalu merubah ekspresi saat melihat kalau orang yang mendatanginya adalah Ratna.

"Bu Ratna"

"Apa kalian sudah menemukannya?" tanya Ratna tidak sabar.

"Menemukan?"

"Pelaku yang melakukan semua ini pada putriku. Apa kalian sudah menemukannya? Siapa yang melakukan hal biadab ini pada putriku? Siapa yang melakukan semua itu pada Tia??"

Polwan itu tampak bingung dengan semua pertanyaan Ratna. Padahal dia hanya ingin tahu siapa pelaku kejahatan ini pada putrinya.

"Bu Ratna, Kamis besok bagaimana kalau Anda datang ke kantor polisi?"

"Apa? Kenapa Kamis? Kenapa tidak sekarang saja? Saya bisa datang kesana sekarang"

"Bu Ratna!! Anda tidak boleh mengganggu penyelidikan polisi! Kalau Anda ingin mengetahui kemajuan penyelidikan, silahkan datang ke kantor polisi dan bertanya disana" kata polwan yang Ratna pikir akan selalu ramah padanya itu. Kali ini, polwan itu bicara tegas dan segera meninggalkannya begitu saja.

"Rat ... Ratna. Kamu tidak apa-apa?" tanya Yani yang sejak tadi berada di sampingnya.

"Apa yang harus aku lakukan Yan? Apa yang harus aku lakukan??"

Menyimpan semua ini sendiri memang adalah pilihan yang paling baik untuk Ratna.

Setelah kematian suaminya, dia selalu melakukan dan memutuskan semua sendiri. Karena dia adalah satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab pada kehidupannya juga Tia.

Lagipula, dia tidak ingin penyebab kematian putrinya yang begitu mengerikan menjadi konsumsi banyak orang. Tapi, beban ini begitu berat dia rasakan.

Akhirnya dia membagi beban itu pada Yani. Satu-satunya teman yang dia miliki selama sepuluh tahun berada di kota ini.

"Apa? Jadi ... Tia mengalami semua ini?" tanya Yani ketika mereka sudah berada di dalam rumah.

"Apa yang harus aku lakukan Yan? Apa?"

Yani terdiam sejenak, lalu mulai membagi pendapatnya.

"Kau harus pergi ke kantor polisi. Kau harus menemukan penyebab kematian Tia dan memastikan mereka mendapatkan hukuman yang setimpal!"

"Benar!! Orang-orang itu harus dihukum karena telah melukai putriku sampai seperti ini!"

Hari Kamis datang dan Ratna pergi ke kantor polisi pagi-pagi sekali. Saat bertanya, dia disuruh untuk menunggu. Jadilah dia duduk di lobi kantor polisi. Waktu berjalan terus dan Ratna tetap diperintahkan untuk menunggu.

Sebelum jam dua belas siang, dia akhirnya melihat polwan yang dia kenal datang.

"Bu Galih!" panggilnya setelah mengetahui nama polwan itu dari polisi yang tadi menyuruhnya menunggu.

"Bu Ratna, Anda datang!"

"Bu Galih menyuruh saya datang. Saya datang. Bagaimana dengan ... "

Belum selesai dia bertanya lewat beberapa orang di antara mereka.

Beberapa polisi dengan tiga orang anak SMA yang tampak baru saja melakukan tawuran. Wajah mereka penuh dengan luka yang masih berdarah. Bagaimana anak-anak itu menyia-nyiakan kehidupan yang diberikan oleh Tuhan? Disana putrinya yang baik, cantik dan pintar harus kehilangan nyawa karena perbuatan orang jahat.

Setelah semua orang itu lewat, akhirnya Ratna bisa mendekati Bu Galih.

"Bagaimana kemajuan kasus putri saya, Bu Galih?"

Bu Galih melihat ke arah orang-orang yang lewat tadi lalu kembali kepadanya.

"Kami sedang melakukan pemeriksaan pada beberapa orang yang dicurigai sebagai pelaku."

Begitu mendengar hal itu, Ratna menjadi bersemangat. Bersemangat untuk mencabik-cabik wajah pelaku yang membuat putrinya meninggal dalam keadaan seperti itu.

"Dimana mereka? Dimana mereka??!" tanyanya lalu ditarik ke sebuah ruangan oleh Bu Galih.

"Bu Ratna, sebaiknya Anda datang lagi nanti. Kalau semua berkas telah selesai disusun dan dimajukan ke pengadilan" kata Bu Galih.

Apa? Bagaimana bisa dia menunggu? Disaat putrinya telah terbaring jauh di dalam tanah karena perbuatan orang-orang jahat itu?

Tapi Bu Galih tidak mau mendengar jawabannya. Memaksanya untuk segera pulang ke rumah.

Meski bingung, Ratna hanya bisa menurut. Dia sangat yakin polisi akan melakukan hal yang benar untuk mencari orang-orang jahat itu.

Sebelum dia pergi, datang tiga mobil. Dua diantaranya begitu mewah sampai tampak aneh dijumpai di halaman kantor polisi. Dari ketiganya, Ratna mengenal pemilik salah satu mobil itu.

"Bukankah itu kepala sekolah SMA 67?" tanyanya.

Untuk apa kepala sekolah putrinya datang ke kantor polisi? Apa untuk dimintai keterangan atas kasus Tia? Ratna ingin kembali ke kantor polisi tapi teringat kata-kata Bu Galih sebelum pergi tadi.

"Sebaiknya jangan terlalu terlihat saat penyelidikan dilakukan. Karena Anda akan dianggap menghambat penyelidikan"

Jadilah Ratna memutuskan untuk pulang. Dengan harapan kasus putrinya segera terungkap. Dan orang-orang jahat itu cepat dihukum atas kejahatan mereka.

1
Agus Tina
Lanjuut ...
Agus Tina
Bu Galih .. jangan laporkan bu Ratna biarkan dia menuntaskan apa yg belum tuntas ...
Agus Tina
Good
Agus Tina
Aju nangis thor ....
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
sedih bangeettttt 🥲
Santi450
lanjut kak kayaknya seru
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
awal part udah sedih aja 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!