NovelToon NovelToon
Takdir Yang Berbelit: Dari Mata-Mata Menjadi Duchess

Takdir Yang Berbelit: Dari Mata-Mata Menjadi Duchess

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Romansa Fantasi / Cinta Paksa / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Bercocok tanam
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: d06

Prolog

Hujan deras mengguyur malam itu, membasahi jalanan berbatu yang dipenuhi genangan air. Siena terengah-engah, tangannya berlumuran darah saat ia berlari melewati gang-gang sempit, mencoba melarikan diri dari kematian yang telah menunggunya. Betrayal—pengkhianatan yang selama ini ia curigai akhirnya menjadi kenyataan. Ivana, seseorang yang ia anggap teman, telah menjebaknya. Dengan tubuh yang mulai melemah, Siena terjatuh di tengah hujan, napasnya tersengal saat tatapan dinginnya masih memancarkan tekad. Namun, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, satu hal yang ia tahu pasti—ia tidak akan mati begitu saja.

Di tempat lain, Eleanor Roosevelt menatap kosong ke luar jendela. Tubuhnya kurus, wajahnya pucat tanpa kehidupan, seolah dunia telah menghabisinya tanpa ampun. Sebagai istri dari Duke Cedric, ia seharusnya hidup dalam kemewahan, namun yang ia dapatkan hanyalah kesepian dan penderitaan. Kabar bahwa suaminya membawa wanita lain pulang menghantamnya seperti belati di dada

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 - Wanita yang Dibawa Cedric

Eleanor duduk di ruang tamu utama, menyesap teh tanpa tergesa-gesa. Wajahnya tetap tenang, tidak menunjukkan emosi sedikit pun.

Suasana ruangan terasa berat. Beberapa pelayan menundukkan kepala, tidak berani bersuara.

Di hadapannya, seorang wanita berambut pirang keemasan duduk dengan anggun. Gaunnya elegan, berwarna merah muda dengan bordiran emas, menunjukkan statusnya sebagai bangsawan kelas atas. Wajahnya cantik sempurna, senyumnya manis—tapi di balik itu, Eleanor bisa melihat kilatan kemenangan di matanya.

Carolet.

Wanita yang dibawa Cedric pulang.

Wanita yang, jika mengikuti aturan, membutuhkan persetujuan dari istri pertama untuk dinikahi secara resmi.

“Yang Mulia Duchess,” suara Carolet lembut, seolah dia sedang berbicara dengan teman dekatnya. “Aku harap kehadiranku di sini tidak membuatmu tidak nyaman.”

Eleanor meletakkan cangkir tehnya dengan tenang. Dia menatap Carolet dengan mata datar, tidak terganggu sedikit pun.

“Kenapa aku harus merasa tidak nyaman?” jawabnya santai.

Sejenak, Carolet terlihat terkejut, tapi dia segera mengendalikan ekspresinya.

“Kau wanita yang baik.” Carolet tersenyum. “Aku sangat menghormatimu sebagai istri pertama Duke.”

Eleanor tetap diam.

“Tapi… kau pasti tahu bahwa posisimu sudah goyah,” lanjut Carolet pelan, nada suaranya penuh belas kasihan. “Cedric tidak pernah mencintaimu, dan pernikahan ini hanya perintah keluarga. Jika kau rela melepaskan posisi Duchess, aku akan memastikan kau tetap hidup nyaman.”

Para pelayan yang ada di ruangan itu menahan napas.

Eleanor mengangkat alisnya sedikit.

“Begitu?” suaranya terdengar datar.

Carolet tersenyum lembut, seolah dia sedang berbicara kepada anak kecil yang tidak mengerti keadaan. “Aku hanya ingin membantumu.”

Eleanor menatapnya lama.

Jika Eleanor yang lama masih ada, mungkin dia akan gemetar sekarang. Mungkin dia akan menunduk, merasa tidak berdaya, lalu diam-diam menangis di kamarnya.

Tapi Eleanor yang sekarang bukan wanita yang sama.

Siena sudah terlalu sering menghadapi orang seperti Carolet—wanita licik yang berbicara manis di permukaan, tapi menusuk dari belakang.

“Terima kasih atas perhatianmu,” Eleanor berkata akhirnya, suaranya tetap lembut. “Tapi sayangnya, aku tidak membutuhkan bantuanmu.”

Carolet berkedip.

“Apa maksudmu?”

“Aku masih Duchess di rumah ini. Dan aku tidak punya niat untuk menyerahkan posisiku.”

Ruangan itu menjadi hening.

Para pelayan menatap Eleanor dengan kaget.

Mereka tidak pernah melihatnya berbicara setegas ini sebelumnya.

Carolet masih tersenyum, tapi Eleanor bisa melihat rahangnya mengeras sedikit.

“Eleanor,” kata Carolet, nada suaranya lebih dingin sekarang. “Kau tahu bahwa Cedric tidak akan memilihmu, kan?”

“Lalu kenapa kau terlihat begitu tergesa-gesa?” Eleanor membalas tanpa ragu. “Jika Cedric memang menginginkanmu, dia bisa menikahimu kapan saja tanpa perlu persetujuanku.”

Carolet terdiam.

“Oh, tapi dia belum melakukannya, bukan?” Eleanor melanjutkan dengan suara lembut, tapi setiap kata terasa tajam. “Berarti ada sesuatu yang menghalanginya.”

Carolet mengepalkan tangannya di atas roknya.

Eleanor tahu jawabannya.

Karena meskipun Cedric tidak mencintainya, dia tetaplah istri sah Duke. Tanpa persetujuan Eleanor, Carolet tidak bisa menjadi istri kedua secara resmi.

Wanita itu bisa saja tetap tinggal di sini, bisa menjadi selir atau bahkan kekasih Cedric. Tapi dia tidak akan pernah mendapatkan status Duchess yang sah.

Dan itulah yang membuatnya frustrasi.

Eleanor menatapnya, lalu tersenyum kecil.

“Aku harap kau menikmati waktumu di rumah ini, Lady Carolet.”

Lalu, tanpa menunggu jawaban, Eleanor berdiri dan pergi.

Meninggalkan Carolet yang masih duduk di tempatnya, wajahnya perlahan kehilangan senyum manisnya.

...***...

Eleanor melangkah keluar dari ruang tamu dengan tenang, meninggalkan Carolet dalam keheningan. Saat dia berjalan menyusuri koridor, beberapa pelayan yang berpapasan dengannya menundukkan kepala dengan lebih hormat dari biasanya.

Mereka telah melihat perbedaan dalam dirinya.

Eleanor yang dulu lemah dan selalu menunduk kini berjalan tegak dengan anggun, seolah dia tidak terpengaruh oleh kehadiran wanita yang dibawa Cedric.

Siena tersenyum kecil dalam hati.

Jika mereka pikir dia akan tunduk dan menyerahkan tempatnya begitu saja, mereka salah besar.

Namun, langkahnya terhenti ketika seorang pria tinggi berseragam hitam berdiri di ujung lorong.

Cedric.

Matanya yang tajam menatapnya tanpa ekspresi, seperti biasa. Tapi Eleanor bisa merasakan sesuatu yang berbeda dalam tatapannya kali ini.

Entah karena kejadian barusan atau karena sesuatu yang lain, Cedric terlihat lebih... penuh perhitungan.

Sejenak, mereka hanya saling menatap dalam keheningan.

Eleanor tidak berniat membuka percakapan, dan Cedric tampaknya juga tidak terburu-buru untuk berbicara.

Akhirnya, pria itu melangkah mendekat.

“Kau berbicara cukup banyak dengan Carolet,” katanya pelan.

Nada suaranya tidak mengandung emosi, tapi Eleanor bisa merasakan sesuatu di balik kata-katanya.

“Apa itu masalah bagimu?” Eleanor balas bertanya tanpa ragu.

Cedric tidak langsung menjawab. Matanya menyapu Eleanor dari atas ke bawah, seolah mencoba mencari sesuatu.

Biasanya, Eleanor akan merasa gugup ketika dia menatapnya seperti ini. Dulu, hanya berdiri di dekat Cedric saja sudah cukup untuk membuatnya merasa kecil.

Tapi itu dulu.

Sekarang, Eleanor menatap balik dengan tenang.

Cedric sedikit menyipitkan mata, lalu akhirnya berkata, “Tidak.”

Lalu dia berjalan melewatinya begitu saja, seperti angin dingin yang berhembus tanpa suara.

Eleanor tidak menoleh ke belakang.

Tapi dia tahu.

Cedric menyadari ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya.

Dan itu hanya masalah waktu sebelum dia mulai mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

...***...

Eleanor melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan Cedric yang sudah pergi. Baginya, tidak ada gunanya memikirkan pria itu lebih dari yang diperlukan. Yang lebih menarik perhatiannya adalah Carolet.

Wanita itu bukan sekadar selir biasa.

Carolet berasal dari keluarga bangsawan kelas tinggi, kaya raya, cantik, dan pandai berbisnis. Itu berarti dia bukan hanya sekadar wanita yang Cedric sukai—dia adalah seseorang yang bisa menjadi aset bagi keluarga Duke.

Eleanor duduk di taman belakang, menikmati teh yang disediakan oleh pelayan. Cahaya matahari sore menyorot keemasan di antara dedaunan, memberikan suasana yang tampak damai. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.

“Nyonya Duke tampaknya begitu santai setelah mengetahui keberadaanku di sini.”

Suara Carolet terdengar anggun, tapi ada nada halus yang mengandung provokasi di dalamnya.

Eleanor tidak langsung menoleh. Dia hanya mengangkat cangkir tehnya dengan tenang, meniup permukaannya sebelum menyeruput sedikit. Setelah itu, barulah dia mengalihkan pandangannya ke arah Carolet.

“Seharusnya aku merasa terganggu?” Eleanor bertanya dengan nada datar.

Carolet tersenyum tipis. Wanita itu berjalan mendekat, lalu duduk di bangku seberang Eleanor.

“Aku hanya penasaran, apa kau benar-benar tidak peduli jika aku berada di sini?”

“Aku tidak memiliki hak untuk melarang siapa pun masuk ke kediaman Duke.” Eleanor menjawab ringan.

Carolet mengangkat alisnya, lalu tersenyum, “Jawaban yang cerdas.”

Ada sesuatu dalam ekspresi Carolet yang mengingatkan Siena pada orang-orang yang pernah ia hadapi di kehidupan sebelumnya—orang-orang yang terbiasa bermain dengan intrik dan manipulasi.

Wanita ini tidak datang hanya sebagai calon istri kedua.

Dia datang untuk mengukuhkan posisinya.

Dan itu membuat Eleanor semakin yakin bahwa Cedric tidak hanya membawa Carolet karena keinginan pribadi. Ada sesuatu yang lebih besar di balik kehadiran wanita ini.

“Aku mendengar bahwa kau belum memberi persetujuan untuk pernikahan ini.” Carolet bersandar santai, matanya penuh arti.

Eleanor meletakkan cangkir tehnya dan menatap langsung ke dalam mata Carolet.

“Benar. Aku belum memberi persetujuan.”

Carolet menatapnya beberapa detik sebelum tersenyum. “Aku yakin itu hanya masalah waktu.”

Eleanor balas tersenyum. “Mungkin.”

Keduanya bertukar tatapan, masing-masing mengukur lawannya.

Di kehidupan sebelumnya, Siena selalu menghadapi orang-orang seperti Carolet. Mereka yang percaya bahwa kekuatan dan pengaruh bisa memberikan mereka segalanya.

Tapi Siena bukan seseorang yang mudah ditekuk.

Dan sekarang, Eleanor juga tidak akan menjadi wanita lemah yang bisa disingkirkan dengan mudah.

Jika Carolet ingin bermain, Eleanor akan memastikan bahwa wanita itu tahu dengan siapa dia berhadapan.

1
Khanza Safira
Hai Aku mampir
dea febriani: hai, terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini❤️
total 1 replies
masria hanum
kak ini ceritanya bagus banget lho, cerita yang lain2 juga bagus2 semoga viewers nya makin banyak ya...

suka banget sama alurnya, pelan tapi ada aja kejutan di tiap bab...
dea febriani: MasyaAllah Tabarakallah, terima kasih banyak! Komentar kamu benar-benar bikin aku semangat. Semoga kamu juga selalu diberkahi dan tetap menikmati ceritaku! 💖
total 1 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
eleanor rubahlah dirimu jgn krn cinta kau lemah, tingglkan yg tak menginginkanmu dan buatlah benteng yg kuat untuk dirimu.
lanjut up lagi thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!