Bahagia Setelah Bercerai

Hari berlalu begitu cepat, setelah seminggu lamanya, Alana berada di RS, cukup membuatnya merasa bosan.

Hari ini kepulangan Alana, ditemani oleh keluarga Ethan, kecuali Raymond.

"Kau mau bawa kemana dia?" tanya Raymond, yang tiba-tiba datang.

"Aku ingin membawa dia ke penthouseku diluar terlalu bahaya," jawab Ethan.

"Tidak boleh, penthousemu jauh dari hiruk pikuk kehidupan manusia," ujar Raymond.

"Terserah aku, dia calon istriku," kata Ethan ketus.

"Cucu kurang ajar!" hardik Raymond.

"Kalo kakek tidak mengizinkan aku berada di penthouse Ethan, aku tidak keberatan," ujar Alana tersenyum.

"Jangan dengarkan kata lelaki tua itu, dia sudah bau tanah, tapi masih menyombongkan diri," bisik Ethan.

Tetapi bisikan Ethan masih terdengar jelas oleh Raymond.

Seketika, Alana mencubit perut Ethan.

"Bawa dia ke mansion," titah Raymond,

"Kalian akan aman, selagi berada di dalam mansion."

"Maksud kakek apa?" tanya Ethan.

"Dia calon istrimu, berarti akan menjadi cucuku," jawab Raymond.

Mendengar itu, Ethan melihat kearah Alana, lalu keduanya tersenyum simpul, ucapan Raymond seolah menjadi angin segar bagi hubungan mereka.

"Cepat, mau menunggu apa lagi," ujar Raymond.

"Ayok, jangan sampai ayah berubah pikiran," ajak Jennifer.

Alana mengangguk, kali ini dia akan menurut dengan apa yang Ethan katakan, kejadian kemarin cukup membuat Alana trauma, karena baru pertama kalinya dia mengalami hal seperti kemarin.

"Terima kasih kakek, sudah mau menerima aku," ucap Alana.

"Ini belum apa-apa, kau harus menikah dengan cucu sialanku itu," kata Raymond.

"Dengan senang hati, aku akan menikah dengan Ethan, dan melahirkan anak-anak yang lucu," jawab Alana.

Jawaban Alana, sontak saja membuat Ethan melototkan matanya, dia hampir tidak percaya dengan ucapan Alana kali ini.

"Maafkan kakek, sempat menolakmu," ucap Raymond menyesal.

"Kakek tidak salah, itu wajah dilakukan seorang orangtua, agar anaknya mendapatkan yang terbaik," kata Alana tersenyum.

Raymond tersenyum, dia baru sadar akan perkataan Ethan, kalo Alana benar-benar mencerminkan seorang wanita yang baik akhlaknya.

"Aku tidak mau, memulai semua ini dengan kebohongan, kakek dengan tante harus tahu dengan aku," ucap Alana.

"Sudahlah, jangan membahas kesana, toh itu tidak penting," ujar Ethan, yang tidak mau kalo Alana menceritakan status dia yang sebenarnya. Bukan berarti malu, tetapi Ethan takut kalo kakeknya tidak menerima Alana.

"Diamlah, kau tidak diajak bicara," kata Raymond kesal.

"Aku seorang janda tanpa anak, sebelum aku kesini, aku pernah menikah," ucap Alana,

Meskipun dia takut, tetapi dia memberanikan diri.

"Apa kamu lupa, mertuamu itu juga seorang janda," cetus Raymond.

"Ayah," ucap Jennifer kesal.

"Kenapa kakek harus mempermasalahkan hal yang tidak penting," kata Raymond.

"Benar, mommy juga tidak mempermasalahkan itu, kami menerimamu apa adanya, tanpa melihat statusmu dulu," ujar Jennifer tersenyum.

Mendengar itu, Alana benar-benar lega, akhirnya dia bisa mengatakan itu kepada keluarga Ethan, dan mereka menerima Alana.

"Kakek hanya berharap, kalian bisa melewati setiap ujian yang kalian lewati, karena setelah kamu menikah, ujianmu bukan dari keluarga, tapi dari luar," kata Raymond.

Kehilangan anak laki-laki satu-satunya dengan cukup tragis, cukup membuat Raymond trauma sampai sekarang, karena setelah anaknya tiada, sang istri memilih menyusul anaknya.

"Karena, calon suamimu bukan seorang laki-laki biasa, mungkin nanti dia akan menceritakannya denganmu," ucap Raymond.

Mendengar itu, Ethan hanya menghela napas panjang, sebenarnya dia tidak mau menceritakan siapa dirinya sebenarnya kepada Alana.

"Nanti akan aku ceritakan," ucap Ethan, karena dia melihat Alana menatap penuh pertanyaan kearah dirinya.

"Semua akan terselesaikan, dengan kepala dingin, jangan memendam masalah apalagi dengan keluarga, coba katakan, dan cari jalan keluarnya," kata Raymond.

Alana mengangguk pelan, dia sangat faham dengan apa yang Raymond katakan.

Setelah melewati, beberapa menit, akhirnya mereka sampai ke mansion.

"Ayok masuk," ajak Raymond tersenyum, dia mengulurkan tangannya.

Alana menerima uluran tangan Raymond, dia berjalan dengan bibir yang tersenyum.

"Loh, kenapa aku ditinggalkan," ucap Ethan, dia langsung berlari mengejar kekasihnya yang sudah dibawa sang kakek ke dalam.

"Selamat datang, kak Alana," teriak Anna.

"Berisik," ujar Ethan.

"Kakak ih, jahat banget," ucap Anna.

"Kau, jangan membuat cucuku kesal," kata Raymond.

Alana hanya tersenyum, melihat kehangan keluarga Ethan, sedar awal, Alana yakin kalo kakek Raymond itu sebenarnya sangat baik.

"Bi, kamar untuk Alana, sudah siap?" tanya Jennifer.

"Sudah nyonya," jawab sang maid.

"Maaf ya, kalo aku merepotkan kalian," kata Alana tidak enak.

"Tidak sama sekali," jawab Jennifer tersenyum.

"Kenapa tidak tidur denganku? Kan aku jadi punya teman," ujar Anna.

"Kalo tidur sama kamu, nanti Alana akan di tidur dilantai," cetus Ethan,

"Kamu tidur seperti sapi."

"Kakek, kak Ethan jahat," rengek Anna.

"Biarkan saja, dia memang sangat menyebalkan, kakek juga tidak faham," ujar Raymond.

Ethan memang sangat usil kalo dengan keluarganya, beda lagi kalo dengan orang lain, dia akan membatasi interaksinya.

"Sudah, Alana harus istirahat," kata Jennifer.

"Biar aku yang membawa Alana kedalam kamar, mom," ucap Ethan.

"Tidak, nanti kamu tidur disana," ujar Jennifer.

"Benar kata ibumu, nanti kau memaksa cucuku," kata Raymond.

"Pikiran kalian, memang diluar nalar," ucap Ethan, menggelengkan kepalanya.

Jennifer langsung membawa Alana ke kamar yang sudah di siapkan, karena Alana harus banyak istirahat.

"Kamu istirahat, jangan banyak gerak dulu," ucap Jennifer.

"Aku sudah tidak apa-apa, tante, jangan khawatir," ujar Alana tersenyum.

"Tetap saja, luka kamu belum sepenuhnya sembuh," ucap Jennifer khawatir.

Alana hanya tersenyum, mendengar ucapan Jennifer.

"Aku tidak pernah diperlakukan baik, oleh ibuku," cetus Alana.

"Maksudmu, bagaimana?" tanya Jennifer.

"Ah tidak."

"Terima kasih sudah khawatir denganku, tante," ucap Alana.

"Sama-sama, sebentar lagi kamu akan menjadi istri Ethan, berarti akan menjadi anakku, jadi aku akan mencintai anak-anakku," ujar Jennifer,

"Istirahat ya."

Setelah mengatakan itu, Jennifer langsung meninggalkan Alana sendiri, karena Alana harus istirahat.

Setelah Jennifer pergi, Alana menghela napas panjang.

"Aku jadi ingat, bagaimana dulu aku dipaksa menikah, mereka seperti tidak mempunyai perasaan," gumam Alana.

Flashback

"Karina, tanpa persetujuanmu, kamu harus menikah dengan Yusuf, dia sangat baik akhlak dan adabnya, dan pastinya dia akan menjadi suami yang bertanggung jawab."

"Aku masih kecil bu, aku masih berusia 16tahun, aku masih ingin melanjutkan sekolahku, apalagi aku tidak mengenal laki-laki itu, aku mau mengejar cita-citaku," jawab Karina dengan lantangnya.

"Ngapain wanita sekolah tinggi-tinggi, nanti juga akan ke dapur.."

Karina hanya menggelengkan kepala, dengan pemikiran kolot ibunya.

"Aku tetap dengan pendiranku, tidak mau menikah," ucap Karina.

"Jangan jadi anak durhaka, kalo kamu tidak mau menikah dengan Yusuf, bunuh saja ibu dengan bapak."

Ucapan lantang itu keluar dari mulut serang ibu yang telah melahirkannya..

Flashback off

...