zayn malik seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota bandung . lelaki yg kerap di panggil malik itu harus menikahi seorang gadis SMA yg masih suka main-main dan sulit di atur.
kalau bukan karena permintaan terakhir Sang ayah , gadis yg bernama zahartunnissa tidak akan menerima perjodohan dengan seorang lelaki yg tidak ia sukai.
akan kah keduanya sama-sama bertahan atas pernikahan ini?
gimana cerita selanjutnya? yuk baca kisah nya di novel ku ini ya, selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Masrifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Zahra menunggu dengan gelisah kedatangan motor malik, dia terus celengak-celinguk, beberapa siswa siswi mulai memenuhi gerbang sekolah sebab sudah mendekati jam masuk.
" Mana sih kak malik"
Gumamnya dengan ponsel yang ia genggam. Zahra hanya takut bertemu dengan sahabatnya, salma dan winda. Kalau ada mereka , sudah pasti mereka ribut tidak jelas jika melihat malik.
Jadi, malik harus datang sebelum mereka datang Zahra tersenyum senang ketika dari kejauhan melihat motor malik datang, malik berhenti di depan Zahra, ia membuka kaca helm fullface nya, menatap Zahra sejenak lalu mengeluarkan dompetnya.
"Lain kali jangan ceroboh " Ucapnya di balik helm fullface nya. Ia memberikan uang saku Zahra.
" Makasih ya, kak. Padahal gue udah bilang engga usah"
" Jangan dibiasain minjem! " Malik memberi nasihat yang sama seperti di chat sebelumnya.
" Iya, kak. Iya! "
" Ya udah gue pergi dulu"
Malik menutup kembali kaca helmnya dan melaju pergi dari halaman sekolah zahra.
" Hei, lagi nunggu siapa nih? "
Tanya Winda yang tiba-tiba merangkul zahra.
" Zahra, lo tadi ngobrol sama orang itu? " Salma menunjuk motor besar malik yang menjauh.
" Yang mana? " Tanya Winda menyipitkan matanya.
" Itu, yang itu. " Salma kembali menunjuk
Zahra terlihat panik .
" Apaan sih, gue engga ngobrol sama siapapun, gue lagi nungguin kalian tau! Udah ah, yuk" Zahra menarik lengan kedua sahabatnya Sepanjang jalan Salma tidak diam, mengatakan ia yakin lelaki tadi berbicara dengan zahra dan zahra bersikeras mengatakan tidak, sampai akhirnya Salma pun menyerah, tidak bertanya lagi, mereka pun masuk ke kelas.
Awalnya malik ingin pulang kembali ke rumah tapi sahabatnya meminta malik datang ke warung bi ijah. Tempat malik dan teman-temannya berkumpul saat SMA, bahkan sampai sekarang bi ijah masih menjadi tempat legendaris malik dan teman-temannya berkumpul walaupun mereka kuliah di kampus yang berbeda.
Malik memarkirkan motornya depan warung bi ijah, ia membuka helmnya dan melangkah masuk ke warung bi ijah yang bangunannya mirip rumah panggung padahal lokasinya berada di tengah kota.
" Malik" Azmi melambaikan tangan. Azmi duduk bersama syahrul dan juga andi.
Sebelum duduk malik mencium tangan bi ijah terlebih dahulu.
" Damang bi? "( Sehat bi?)
Ciri khas bi ijah adalah ketika bicara bisa dua bahasa . Indonesia dan Sunda.
" Eh malik, alhamdulillah malik, damang terus bibi mah. Duh makin ganteng ey udah kuliah mah. " ( eh malik, alhamdulillah malik sehat selalu bibi, duh makin ganteng banget udah kuliah mah)
Bi ijah sampe mengelus lengan malik beberapa kali saking panglingnya dengan malik.
" Ah ganteng ge teu gaduhen kabogoh bi si malik mah" Teriak andi membuat malik dan bi ijah tertawa. ( ah ganteng juga engga punya pacar bi si malik mah)
" Jodoh mah engga akan kemana ya, nanti juga ada. Udah sana duduk bibi nuju ngadamel bala-bala".( bibi lagi bikin bakwan)
Malik mengangguk dan akhirnya bergabung dengan syahrul andi dan azmi.
Sibuk banget lo, malik. Baru bisa dateng ke sini sekarang". Ucap syahrul
" Ya gimana lagi, engga ada kelasnya baru sekarang" Sahut malik
" Minggu kemarin kata si bi ijah ada si mahendra datang kesini sama si abyan" Sambung azmi
" Palingan ketemuan sama cewek mereka mah, biasa lah, double date " Jawab andi.
" Nah, lo lik, kapan punya pacar? Kita bertiga aja udah ada pawangnya, lo masih betah aja sendiri".
Malik tidak menjawab, ia hanya membalas dengan senyuman Ucapan dari syahrul.
" Jangan sampe jadi bujang lapuk ya lik"
" Gila aja, rul. Gue engga mungkin jadi bujang lapuk ya. " Sahut malik
" Eh gue denger- denger, mantan lo masih jomblo, lik" Ujar andi
" Siapa? " Tanya syahrul
" Lo lupa itu si Siska" Sahut azmi
Malik hanya menggelengkan kepala mendengar mereka tiba-tiba membahas Siska.
"Oh Siska yang.... "
" Ssstttt" Potong malik.
" Engga usah bahas yang udah berlalu"
" Kenapa? Takut engga bisa move on lo ya? " Tanya syahrul
" Justru, karena udah move on , jadi engga usah di bahas lagi! "
Ucapan mereka terhenti ketika bi ijah datang membawakan bakwan, teh manis dan coffe untuk mereka. Pembahasan pun beralih menjadi membahas dunia kampus meereka masing-masing
***
Malik pulang siang dari warung bi ijah, dia memilih memasak untuk makan siang zahra. Gadis itu masih belum pulang , sesekali Malik melirik jam dinding, seharusnya zahra sudah sampai.
Lima menit kemudian ia mendengar suara pintu terbuka, zahra masuk dengan bersenandung riang menuju kamarnya di lantai atas.
" Assalamu'alaikum nya mana? "
Ujar malik, menghentikan langkah zahra di tengah tangga.
Zahra mencoba melirik ke arah dapur, malik sedang fokus memasak. Dia pun turun kembali.
" Masak apa lo kak? "
" Assalamu'alaikum nya mana? " Ulang malik dengan pertanyaan yang sama sambil menggoreng ayam.
Zahra berdecak
" Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam. Biasain pas masuk ucapin salam"
" Siap pak ustdz" Sahut zahra seraya hormat.
" Ganti baju dulu, terus makan, udah makan belum? " Tanya malik sambil menoleh ke arah zahra yang bersandar di pantry sambil memperlihatkan malik masak.
" Belum dong"
Melihat ada ayam goreng yang sudah matang, zahra mengambil satu ayam goreng tersebut membuat malik terbelalak.
"Zahra kotor! "
Awalnya hanya ingin Menepuk tangan zahra agar tidak jadi mengambil ayam goreng tersebut. Tapi malah paha ayam goreng itu jatuh ke lantai membuat malik menghela nafas. Mubazir jadinya.
" Cuman minta satu. Kenapa sih! " Kesal zahra
" Engga ikhlas lo masak? "
" Zahra, lo denger engga, gue bilang apa tadi? Kotor! Kan gue udah bilang, ganti baju dulu, nanti turun ke bawah cuci tangan, baru makan! "
" Cerewet lo kak , kaya ibu-ibu mulut lo! "
" Jangan sulit di atur Zahra! Anggap aja gue pengganti orang Tua lo sekarang! "
Zahra mendengus kasar, tidak mau berdebat lagi karena ia juga sudah kelaparan. Akhirnya gadis itu pergi ke kamar untuk mengganti seragamnya.
Tak lama kemudian gadis itu kembali turun dan duduk di meja makan yang sudah tersedia nasi, ayam goreng tahu dan sayuran.
" Lo bisa masak gak kak? " Tanyanya
" Kan liat sendiri, tadi gue masak, bukan beli! "
" Iya sih, ko bisa sih, gue aja perempuan engga bisa masak biasanya di rumah yang masak ibu"
"makannya belajar. Udah, makan dulu".
Zahra mengangguk dengan semangat lalu segera menyantap makanan lezat yang di masak malik.
" Ada tugas engga dari sekolah? "
" Kaya ibu sama ayah banget, Tiba-tiba nanyain tugas sekolah. Engga ada kok, tenang aja"
" Ayah sama ibu sering ngadu ke gue , lo jarang ngerjain tugas sekolah, di kerjainnya pas pagi-pagi di sekolah, itu pun nyontek! "
" Jangan gitu, kak. Yang penting gue mau usaha " Jawabnya
Sambil mengunyah.
" Usaha apa? " Tanya malik
" Ya usaha buat nyontek lah"
Zahra menjawab sambil terkekeh membuat malik tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Malik sudah berniat selepas makan ia akan memeriksa buku-buku zahra. Ia takut zahra malah berbohong.
" Ah kenyangnya.. " Zahra mengelus perutnya dengan wajah kekenyangan .
" Kak, gue aja yang cucu piring, " Tukas zahra ketika malik membersihkan piring kotor.
Zahra ingin cuci piring karena takut malik berniat melihat Buku-buku sekolahnya, sebab tadi lelaki itu seakan mengintrogasinya dengan menanyakan tugas-tugas sekolah.
"Engga usah, istirahat aja, selesai cuci piring gue periksa semua buku lo! " Malik berjalan menuju wastafel
" Eh, ko gitu sih kak!. Ngapain meriksa buku segala! "
" Mau lihat aja , kerjaan lo di sekolah kaya gimana" Sahut malik sambil membawa piring terakhir ke wastafel.
" Kak, beneran , engga usah. Kaget nanti lo lihat nilai-nilai gue yang sempurna! " Teriak Zahra ke arah malik yang kini sudah mulai mencuci piring.
" Oh iya? Sesempurna apa? Penasaran gue" Ucap malik tanpa melirik ke arah Zahra membuat zahra menghembuskan nafas pasrah.
Pasti malik tidak main-main untuk memeriksa buku-buku nya .