7 Jiwa yang dipertemukan dan bahkan tinggal di satu atap yang sama, Asrama Dreamer.
Namun, siapa sangka jika pertemuan itu justru membuat mereka mengetahui fakta yang tak pernah ketujuhnya sangka sebelumnya?.
hal apa itu? ikuti cerita mereka di What Dorm Is This
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raaquenzyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3 (Sekolah aneh)
Hari sudah berganti, posisi sang bulan terganti dengan matahari yang bersedia kembali menempati singgasananya. Ketujuhnya bangun untuk bersiap pergi menuju sekolah.
"Bang, jalan dari sini ke sekolah jauh? Masa ga di sediakan alat transportasi atau apa gitu?" celetuk Cakra ketika mereka tengah mengenakan sepatu.
"Kalau dibilang jauh banget sih engga, tapi ya nggak bisa dibilang deket. Jalanin aja dulu, nanti juga kebiasa." jawab Marvel sebab sebenarnya ia juga bingung, mengapa mereka disuruh berjalan?
Setelah berjalan kurang lebih lima belas menit, akhirnya mereka sampai di sekolah dengan tampilan yang cukup kotor dan bangunan yang sedikit retak.
"Serius kita sekolah disini? Kok retak gini? Keliatannya udah kotor juga. Kaya bangunan ga keurus." celetuk Hanif begitu ia melihat kondisi bangunan yang tidak bisa dikatakan layak.
"Nif! Jangan ngomong gitu, liat banyak yang nengok ke kita. Muka mereka pada serem lagi, kita baru anjir, jangan buat ulah dulu." bisik Noah yang merasa geram dengan tingkah temannya ini.
"Guys, sadar ga sih? Mereka mukanya pucat banget? Malahan kaya mayat hi-"
"Na! Omongan lo nggak ada bedanya sama si Hanif." potong Reihan dengan tangan yang ia tempelkan di mulut pemuda itu.
"Jangan suka ngomong begitu deh, serem." tegur Aji, yang merasa jika di sini terasa tidak aman. Apalagi banyak anak yang melihat ke arah mereka dengan tatapan aneh.
Meskipun dengan perasaan takut, ketujuhnya memutuskan untuk masuk ke dalam gedung. Terlihat jika banyak sekali retakan di dalam gedung, cat yang memudar, jendela dan lantai yang penuh akan debu.
"Beneran ada yang sekolah di sini? Tempatnya kaya ga keurus gini. Nyesel gue ga nolak hukuman, papa." batin Hanif
"Selamat pagi semua, anak - anak baru dari asrama Dreamer ya," Ketujuhnya sontak menoleh saat mendengar suara seseorang di belakang mereka.
Seorang wanita dengan seragam, tersenyum hangat ke arah mereka. wajah nya nampak pucat. Sontak ketujuhnya memberikan salam kepada sang guru.
"Ini daftar kelas kalian, maaf kemarin saya tidak sempat memberikan. Silahkan diterima dan pergi ke kelas masing - masing ya. Terima kasih" Mereka tersenyum, kemudian mengerutkan kening saya langkah guru tersebut nampak tertatih.
"Gue ga bisa bohong kalau gue ngerasa sekolah ini emang aneh, dari tadi waktu lewatin koridor juga banyan yang ngeliatin. Tatapan mereka juga penuh kebencian ke gue sama yang lain, kenapa sih? Ada yang aneh ya sama kita?" batin pria yang lebih tua.
"Bang, malah ngelamun ini daftarnya. Gue sama Noah satu kelas di 11 IPA 2, Reihan sama Hanif di 11 IPS 1. Cakra sama Aji di 10-7, Lo di 12 IPA 1." tunjuk Nando pada kertas yang guru tadi berikan.
"Yaudah, daripada lama - lama di sini." ucap Marvel, semuanya mengangguk berjalan menuju kelas masing masing melalui panduan mading. Karena awalnya mereka sudah bertanya pada murid di sini namun tidak dijawab.
****
Setelah menghabiskan kurang lebih delapan jam di sekolah, bel pulang berbunyi. dan keanehan kembali terjadi, saat bel berbunyi dan guru juga keluar dari dalam para murid tidak langsung pergi. Justru malah melihat ke mereka dengan tatapan yang mengintimidasi.
Ketujuhnya sudah berjanji akan bertemu di lapangan agar dapat pulang bersama. Karena posisi kelas Noah dan Nando cukup dari lapangan, berbeda dengan yang lain. Alhasil keduanya datang paling terlambat.
"No, gue mau ke toilet deh. Di sebelah mana ya?" tanya Nando saat keduanya tengah berjalan.
"nggak tau juga gue, tanya dia gimana? Tuh ada orang." tunjuk Noah pada seseorang yang sedang berdiri di dekat tangga. Nando mengangguk lalu keduanya pun menghampiri laki laki itu.
"Permisi, toilet dimana ya? Kita murid baru di sini." tanya Nando sopan. Pria itu berbalik membuat Noah dan Nando terkejut karena wajahnya benar benar pucat dan pakaiannya sedikit lusuh.
Bukannya menjawab pria itu justru pergi meninggalkan keduanya. Merasa kebingungan, secara kompak keduanya menggaruk rambut yang tidak gatal.
"Gue salah nanya ya? Kok di cuekin begitu?" tanya Nando.
"Gue juga kagak tau, nyari sendiri gimana? Jalan ke asrama sekitar lima belas menit. Gue kabarin yang lain dulu." jawab Noah sembari mulai menyalakan ponselnya.
Kening pria itu mengerut saat pesan yang kemarin malam ia kirim pada ibunya tidak terkirim, padahal ia memiliki kuota internet pemberian sang ibu agar dapat mengabari beliau setiap hari.
"Kenapa?" tanya Nando saya merasa gerak gerik temannya sedikit aneh.
"Gue ngirim pesan ke Mama gue kemarin malem, gue pikir udah centang eh ternyata belum. Padahal ada kok kuota gue, kemaren sempet nanya ke Hanif, masih ribut kaga sama lu, ke kirim kok. Tapi ke Mama gue kok nggak ya?" tanya Noah kebingungan.
"Error itu, udah buruan bilang. Terus cari tuh toilet biar kita juga cepet pulang." Noah mengangguk, setelah sekitar 5 menit berkutat dengan ponsel akhirnya keduanya berjalan untuk mencari letak kamar mandi.
Setelah menemukan, Nando memasuki bilik kamar mandi sementara Noah menunggu di depan wastafel sembari sedikit berkaca untuk membersihkan rambutnya yang sedikit berantakan.
Tak lama seseorang keluar dari salah satu bilik dan berjalan menuju wastafel, Noah tersenyum ramah namun hanya tatapan datar yang ditujukan padanya.
"Orang - orang di sini pada kenapa sih? Ga ramah banget, di kasih senyum malah sok cuek. Najis." batin Noah yang merasa kesal terus - terusan bertemu dengan pria yang merasa keren dan cuek pada mereka.
"Maksudmu, kami?" Noah sontak terkejut, pria ini mengetahui apa yang tengah ia batin? Bagaimana bisa?
"Ma ... Maksud lo apaan?" tanyanya.
Bukannya menjawab pria itu pergi setelah menatap Noah dengan tatapan tajamnya. Tak lama suara bilik terbuka membuat pria itu terperanjat, Nando yang baru saja keluar nampak kebingungan melihat temannya yang bertingkah aneh.
"Napa lo? Kaya orang gila aje." ketus Nando, wajahnya nampak mengejek ke arah pria itu.
"Udah selesai kan? Ayo buruan keluar, ntar gue ceritain. Dari tadi gue ngerasa aneh di sini." Dengan tergesa Noah, menarik tangan Nando berjalan cepat menuju lapangan.
Tak lama keduanya keluar dan melihat kelima teman baru yang tengah menunggu. "Lama banget sih? Ngapain aja coba." omel Reihan begitu keduanya sampai.
"Ya, maaf. Tadi nyari kamar mandi dulu, soalnya pas nanya ke orang malah ga di jawab." jawab Nando.
"Lo kenapa No? Bengong doang, mana tuh pegangan tangan ga di lepasin lagi. Kaya mempelai." ejek Hanif, membuat Noah sontak menghempas tangan Nando.
"Gue normal ya njing!" pekik Noah.
"Udah, jangan ribut di sini. Pulang ayo, takut diusir satpam." Akhirnya semua menuruti ucapan Marvel, dan berjalan pulang menuju asrama.