NovelToon NovelToon
Proof Of Love Art Paper

Proof Of Love Art Paper

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / CEO / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Skyeuu

"Itu anak gue, mau ke mana lo sama anak gue hah?!"
"Aku nggak hamil, dasar gila!"
Tragedi yang tak terduga terjadi, begitu cepat sampai mereka berdua tak bisa mengelak. Menikah tanpa ketertarikan itu bukan hal wajar, tapi kenapa pria itu masih memaksanya untuk tetap bertahan dengan alasan tak masuk akal? Yang benar saja si ketua osis yang dulu sangat berandal dan dingin itu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyeuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Jayden Kaylee Abipraya, dia itu cuman anak Mama yang sering memeras uang Papanya. Bandel, susah diatur, dan melankolis kalau di rumah. Namun, jika di luar dia akan berubah menjadi sosok lain. Jayden yang dingin, tak punya hati, dia juga sering keluar masuk ruang BK, merokok di depan guru sampai menolak ratusan siswi adalah hobinya. Tetapi, semuanya hanya semata-mata untuk kebebasan. Kalau di rumah dia merasa di kekang, tapi ketika melakukan hal-hal tersebut hatinya jadi sedikit bebas. Tidak ada konflik yang begitu berat seperti di sinetron TV, tapi Papanya sangat "ambisius" terhadap dirinya yang merupakan penerus satu-satunya di keluarga. 

"Jay, kali ini kayaknya target terlihat tuh!" Niken terkekeh di sampingnya. Sementara teman-teman yang lain berdeham pelan sambil mengikuti pergerakan bola mata Jay. 

"Apaan lagi itu si culun," Jay langsung menyebut identitas khas yang memang kentara jelas, padahal sudah mau lulus tapi masih ada saja hal-hal merepotkan seperti ini. 

Joni, Suni, dan Haris menaikkan sebelah alis mereka secara bersamaan. Menilai gadis yang membawa sebuket besar bunga mawar putih dengan satu bungkus cokelat besar. Entah apa tujuannya kali ini, tapi yang mereka tahu dia pasti akan menuju ke salah satu di antara geng For Seven. Kalau tidak Jay pasti Rey...

"S-suni... aku tau ini salah, tapi tolong diterima...!" katanya sambil menundukkan kepala malu-malu.

Tunggu dulu, apa? Kenapa Suni?? Dia memang cukup dingin, tak terlalu kaku juga, mulutnya agak julid, tapi mendapatkan perhatiannya itu cukup sulit. Selain tampan, Suni juga lebih imut daripada anggota geng yang lain. Namun, dia tetap manusia yang harus dihindari jika kamu tak mau ada masalah dengan biaya sekolahmu. Suni terdiam, semuanya ikut mengheningkan cipta bersama.

"Gue nggak nerima permintaan yang nggak tulus," sahutnya terdengar kejam.

"Eh...? Ini udah dibawain bunga dan cokelat kesukaan kamu juga, tolong tinggal diterima aja!" tanpa mengatakan sepatah katapun Suni menarik lengan perempuan berkepang nanas itu untuk dibawa pergi. 

Gadis berkacamata dengan kepang satu khas dirinya itu berjalan mengikuti ritme Suni yang cepat. Dia sampai tergopoh-gopoh tak menentu, kasian sekali melihatnya. Setelah mereka berdua menjauh, Jay menggedikan bahu tak peduli, toh gadis itu juga ada saat dirinya memberi pengumuman.

"Gue kira kalau bukan Jay, mau dikasih ke lo Rey," Niken mengajak ghibah lagi, "Tipe gue Irene redvelvet kalau lo lupa, Nik," sahut Rey membuat para anggota tertawa puas. 

Sesulit apapun mendekati Suni dan Jay, lebih sulit lagi kalau Rey yang menerima hadiah dari para gadis. Dia akan langsung bilang atau menunjukkan tipe idealnya itu "Irene" yang merupakan ratu kecantikkan idol kpop. Lucunya dia nggak akan ngomong, tapi benar-benar hanya menunjukkan wajah Irene di ponselnya. Pokoknya kalau Rey yang menerima sesuatu seperti tadi sudah dijamin cewek culun itu lebih malu lagi. 

...🪶🪶...

"Bilang sama gue siapa yang suruh lo?" 

Suara rendah milik Suni membuat bulu kuduknya berdiri, Rumi masih diam tak mau angkat suara. Napasnya tersendat-sendat gara-gara jarak mereka terlalu dekat, belum lagi cara berjalan Suni yang dia ikuti membuatnya hampir kehabisan napas. Ini cukup mengerikan, dari mana lelaki itu tahu kalau bukan dia yang berniat menyatakan cinta.

"I-ini dari aku--"

"Jujur!" Suni sudah merasa amarahnya sudah di ubun-ubuh bisa-bisa dia menghancurkan gedung yang ada di belakang Rumi.

Melihat sekaligus merasakan getaran di tubuh gadis itu, Suni mengendurkan genggaman tangannya. Sepertinya dia cukup kasar, setelah itu ia menghela napas, sudah lelah dengan drama yang sama dan pastinya pengirim yang sama. 

"Jangan bilang ini dari Ayan," Rumi mengangguk menyahuti tebakan yang tepat sasaran dari sang tuan. Suni tertawa, kemudian meninju tembok dengan keras di belakangnya. Rumi jelas sangat ketakutan melihat itu. Ini baru pertama kali dia menyaksikan "kegilaan" Suni yang sesungguhnya di depan mata. Rasanya mau pulang. 

"Hey, lo tau siapa yang gue suka?" Rumi mengangguk sekali lagi. 

"Siapa??" tanyanya dengan nada yang terkesan tak sabaran. Rumi menggelengkan kepala, dia tidak tahu harus berbuat apa saat ini, bukan hanya menakutkan. Suni sekarang terlihat sangat jantan, bisa menerkam dirinya kapan saja, menghajarnya pun dia bisa. Tidak seperti Suni yang dia kenal, akrab dengan orang yang mau dekat dengan dirinya. Suni kali ini seperti beda orang.

"Cepetan siapa?! Gue nggak suka lu bohongin gue!" nada bicaranya sedikit meninggi.

Rumi tampaknya harus jujur, kalau dia pernah mendengar bahwa Suni cukup dekat dengan gadis bernama Winda atau yang suka ke mana-mana bersama geng cantik lainnya, seperti Kartika, Gisel, dan tentu saja Ning Arum. Jujur saja dia cukup takut menebak kedekatan mereka berdua, tapi ini darurat. 

"Kamu sama Winda deket, kan? Mungkin aja kalian punya perasaan yang sama..." aduh mulutnya ini memang benar-benar tidak bisa diajak kerja sama. Dia mau bilang apa yang keluar dari mulutnya hal lain. Tiba-tiba Suni tertawa, suaranya terdengar sangat puas. Tidak, dia tak mengejek, tapi seperti sedang menertawakan sebuah lelucon yang amat lucu. 

Apa dirinya membuat perilaku yang lucu? Padahal mereka sedang tidak berguyon loh, kenapa anak itu tiba-tiba tertawa. 

"Ada yang lucu...?" tanyanya dengan polos.

"Hahahaha duh ya Tuhan, lo lucu banget ya dari awal sampai mau lulus tetap sama nggak berubah!" pernyataannya semakin membuat Rumi bingung, apa maksudnya itu?

"Yang bener aja lo anggap gue yang sepupuan sama Winda ini jadi pasangan? Jadi selama ini kalian anggap kita itu sepasang kekasih? Konyol banget!" Suni si periang itu kembali terlihat ke permukaan, dia tampak lebih baik daripada Suni yang dingin dan terlihat tak berperasaan tadi.

Di dalam suasana yang cukup cair itu, Rumi masih merasa canggung karena kejadian barusan. Suni seperti perempuan yang apa-apa sesuai suasana hati. 

"Tapi, jangan seneng dulu. Ada pertanyaan yang masih belum lo jawab, dari siapa bunga sama cokelatnya? Ayan bener?" 

"I-iyaa..." suaranya nyaris hilang ditelan rasa gugup. 

Tetapi Suni justru tersenyum meremehkan, matanya mendelik kesal, dia sangat lelah dengan kelakuan perempuan satu itu yang mengejarnya seperti penguntit. Ia paling membenci hal-hal seperti itu, memang manis, tapi gadis yang terlalu over itu sangat tidak enak dijadikan pasangan. Makanya dia tak pernah menanggapi para penggemarnya, padahal sebagian besar dari mereka cukup cantik dan cocok saja jika mau bersanding dengannya. 

"Udah gue duga sebelumnya, omong-omong, ada orang yang gue suka dan itu bukan Winda."

Tanpa pikir panjang, Rumi bertanya, "Oh ya, s-siapa...?" cara bicaranya memang sulit, dia anak yang sangat pendiam. Menurut pada siapapun asal tidak kehilangan orang itu. 

"Tapi setelah ini tolong lebih hati-hati sama diri lo sendiri, lo cewek nggak pantes diperlakuin layaknya babu kayak gini," Suni mengalihkan pembicaraannya lebih dulu sebelum inti pembahasan mereka. 

"I-iya..." lelaki itu menghela napas panjang, kemudian membuangnya dengan santai. 

"Yang gue suka itu lo" 

"Oh makasih....eh tu-tunggu apa??!" Suni tersenyum melihat reaksi alami dari sang empu. Matanya yang bulat membuat dia terlihat lebih menggemaskan lagi. Rasanya dia mau mencium bibir ranum milik gadis itu, maafkan sisi liar Suni yang tidak bisa dikontrol. 

"Hari ini persiapan untuk acara perpisahan kita, lo harusnya ada di aula nanti. Kita ketemu di sana ya, gue mau lebih banyak ngobrol sama lo, tolong rahasiakan kalau gue suka sama lo," Suni tersenyum manis sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Lo duluan yang pergi, kalau nggak pergi gue cium di sini sekarang juga!" 

"Ba-baik...!" Rumi langsung meninggalkan semuanya di sana, terutama bunga dan cokelat yang dia bawa. 

Suni tersenyum manis, dia geleng-geleng kepala. Akhirnya perasaannya bisa terucap di hadapan perempuan itu, sungguh melegakan.

"Syukur deh dia nggak nolak gue, gue udah naksir banget dari awal liat," katanya terkekeh geli. Sebuah pengakuan yanh sungguh luar biasa tak bisa ditebak, Suni selalu melakukan segala keinginannya sesuai dengan yang dia harapkan.

1
Towa_sama
Gak nyesel baca cerita ini, recommended banget!
Skyeuu: aww terima kasihh ^^
total 1 replies
SweetPoison
Saya terkesan dengan kedalaman emosi yang tersampaikan dalam kata-kata.
Skyeuu: terima kasihh ^^ 🫶🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!