Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luo Yan.
Luo Yan (10 Tahun) berlari di lorong yang panjang.
"Luo Yan, berhenti sekarang!" teriak ibunya.
"Aku tidak mau! Wee!" jawabnya sambil menjulurkan lidah, mencoba menggoda ibunya.
"Awas kau, lihat saja nanti!"
"Coba tangkap aku!"
Tawa Luo Yan menggema saat ia berlari lebih kencang. Dia berbalik dan tidak menemukan sosok orang yang sedang mengejarnya, sedangkan Luo Yan sudah hampir berada di ujung lorong.
"Kurasa hari ini adalah akhirnya, aku akan terbebaskan!"
Hup!
Namun, tiba-tiba, ibunya muncul entah dari mana dan menangkapnya.
"Kau menggunakan ilmu tenaga dalam! Itu curang!" protes Luo Yan.
"Hoho, tidak ada kata curang untuk melawan bocah nakal sepertimu."
"Ugh!"
Meski telah kalah, Luo Yan masih menunjukkan wajah kesal. Ia cemberut dan mendengus berkali-kali kepada ibunya.
"Cubit nanti, loh," ancam ibunya.
Kata-kata itu langsung membuat Luo Yan berperilaku normal lagi. Ia tahu betul bagaimana ibunya kalau sudah marah, yang bisa sangat berbahaya layaknya harimau.
“Astaga, sulit sekali membuat anak sepertimu belajar! Hanya membuat kepalaku pusing,” keluh Luo Yi.
Mereka berdua pergi ke ruang baca. Luo Yi kemudian mengambil sebuah buku dari sana. Buku itu menceritakan kisah era kekacauan yang akan membawa dunia menuju kehancuran. Semua orang menganggap buku itu sebagai kitab suci.
“Dalam ramalan, Era Kekacauan bermula dari kultus iblis dan pemimpinnya, Raja Iblis,” bunyi salah satu halaman.
Luo Yi tersenyum penuh kasih melihat anaknya yang mulai mengantuk.
“Kau sudah tertidur?” tanyanya pelan. Balita yang terlelap di pangkuannya membuat hati Luo Yi berbunga.
Luo Yi sedang mengajarkan sedikit pengetahuan umum kepada anaknya, ia berusaha memperkenalkan pendidikan sejak dini. Wanita yang sudah menginjak usia tiga puluhan itu terus tersenyum sambil mengelus pipi lembut anaknya.
“Aku penasaran, bagaimana kau akan tumbuh nanti…” Gumamnya.
Memiliki kerutan di usia ini adalah hal biasa, namun Luo Yi masih terlihat cantik tak terpengaruh dengan waktu.
“…Dan aku juga penasaran bagaimana nasib kita saat ini, Luo Yan,” lanjutnya dengan nada merenung.
Luo Yi adalah seorang selir di kerajaan, tepatnya selir ketujuh. Sang Kaisar memiliki dua orang sebagai istri sah dan tujuh orang selir.
Di dunia persilatan, memiliki banyak wanita di sekelilingmu adalah wajar jika kau seorang yang kuat dan berpengaruh.
Tiba-tiba, seseorang muncul dengan suara keras.
“Apa yang kau katakan?!” seru seorang wanita.
Luo Yi terkejut.
“Bocah itu pasti hanya akan menjadi sampah!” Selir Pertama Sang Kaisar itu tertawa sinis.
“Seorang selir menceritakan kisah tentang Raja Iblis yang hampir menguasai dunia? Ramalan yang ketinggalan zaman!”
Luo Yi menarik napas dalam-dalam, merasakan bahwa pembicaraan ini akan menjadi rumit.
“Nona Mei, ada keperluan apa datang kemari? Aku sedang mengajari anakku baca tulis,” kata Luo Yi tenang, berusaha menjaga suasana.
Melihat ketenangan Luo Yi, Xiao Mei, Selir Pertama Sang Kaisar, merasa terusik.
“Kau hanyalah selir terakhir, ingatlah posisimu!”
"Bibi Mei, ada ribut-ribut apa ini?"
Entah sejak kapan, Luo Yan sudah membuka matanya.
“Bibi Mei, kau pun seorang selir, tapi kau bahkan tidak dicintai oleh Kaisar,” balas Luo Yan dengan suara polos.
“Luo Yan?!” teriak keduanya.
“Bocah! Kau... berani sekali bicara, bocah bodoh sepertimu!” seru Xiao Mei tidak percaya.
“Bibi, kau bisa menjadi selir hanya karena keluargamu yang berpengaruh. Kau sama sekali tidak dicintai, berbeda dengan ibuku yang cantik ini. Ibuku disukai oleh Kaisar,” Luo Yan menjelaskan dengan semangat sebelum menunjukkan satu jari, “Dia dilamar oleh Kaisar dalam pandangan pertama saja. Bagaimana denganmu?”