"sugeng rawuh dhateng desa kembangan, sinten mlebet mboten saget medhal".
kalimat pertama yang ryuka dengar ketika memasuki desa kembangan yang penuh misteri.
Dapatkah ia memecahkan misteri asal usul desa kembangan yang penuh kutukan dan menggagalkan ritual kehidupan abadi nyai gandari?
Yuk baca bab-bab selanjutnya yang penuh teka-teki dan misteri ini dicerita kisah nyai gandari✨
_happy reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RoroAyu_Kimberly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WANITA PENARI DI TENGAH HUTAN
Ryuka masih bungkam, tak ingin banyak bicara pada Egi sampai sekarang. Ia masih kesal dengan Egi, sejak Egi tak membantunya menolak meminum ramuan aneh itu saat kemarin.
Tak jauh dari tempat berjalan mereka, seseorang duduk dibangku halaman rumah dengan pandangan kosong mengarah pada mereka. Ryuka sempat memperhatikannya sejenak.
Sosok wanita herkebaya merah, rambut ikal terurai kesamping dengan hiasa ronde melati sepanjang pinggul. Tidak ada warna mata hitamnya, hanya putih polos tanpa bola mata, ada dua taring panjang hingga dagu di mulutnya. Ryuka sampai bergidik ngeri.
Entah apakah hanya Ryuka yang melihatnya atau Egi dan aditama ridak memperhatikan saja. Ingin ia bertanya tapi ia masih enggan membuka mulut.
Ryuka mencoba untuk tidak peduli dan kembali memandang lurus. Tapi rasa penasarannya membuat ia ingin menoleh kembali ke belakang.
Wanita itu masih disana dengan tatapan mata yang kosong, sesekali Ryuka mengucek b matanya, memastikan apa yang ia lihat itu nyata. Namun ketika ia kembali membuka mata, wanita itu justru terlihat sedang melambaikan tangan ke arahnya.
"Ryuka, ada apa?" Egi memanggilnya karena Ryuka tertinggal beberapa langkah di belakangya.
Ryuka tidak menjawab dan kembali melanjutkan langkahnya. Egi menyadari perbedaan sikap ryuka padanya. Membuat hatinya bertanya-tanya apakah ia berbuat salah sehingga ryuka membuat ryuka marah.
Hari sudah hampir gelap, aditama menyalakan obor. Satu dia pegang dan stu lagi dia serahkan pada Egi. Mereka melintasi jalan tanah yang sempit di tengar rumput rumput liar yang rimbun setinggi lutut orang dewasa.
Ryuka yang sedikit kesusahan berjalan dengan memakai jarik yang sempit dan memanjang hingga mata kaki.
Beberapa kali ia hampir terpeleset dikarenakan jalanan yang licin dan sempit. Egi yang berjalan paling belakang memegang tangan ryuka, ia tahu ryuka masih marah dengannya dan ia kesusahan , tapi ryuka segera melepasnya dan berjalan sedikit lebih cepat menyusul Aditama di
"Aditama apakah kita bisa jalan sedikit lebih lambat, aku sangat lelah sekali mengikuti langkahmu itu, " Gerutu ryuka.
"Kita harus sampai di pemukiman sebelum dini hari," Jawabnya singkat.
"Apa? Sebelum dini hari?, memangnya sejauh apa perjalanan kita? Dengan langkah cepat pun kita masih harus mengejar wktu?"
"Hari sudah semakin gelap, dan kita baru setengah perjalananperjalanan"kali ini aditama menoleh ke belakang.
Kini ia baru menyadari bahwa ryuka memang benar benar terlihat sangat lelah. Ia lupa bahwa ryuka hanyalah seorang wanita lemah yang berlajan di kegelapan malam.
Lalu aditama tersenyum lebar hingga terlihat lesung pipinya, ia membuka ikat kepalanya dan mengelap keringat didahulukan ryuka. Membuat ryuka melotot karena kaget.
Ryuka mundur selangkah sampai tak sengaja menginjak kaki Egi.
"Bawa obornya, " Aditama menyerahkan obor yang dia bawa pada Egi.
Tanpa banyak bertanya Egi menerimanya saja.
"Aku akan menggendongmu agar lebih cepat" Ucap aditama seraya membopong tubuh mungil ryuka ryuka.
Terlihat enteng sekali tangan kekarnya meraih tubuh ryuka yang kecil ituitu.
"Turunkan aku, aku masih bisa jalan!" Teriak ryuka sambil memukul dada aditama.
Aditama tidak peduli dan terus berjalan.
"Aditama! turunkan dia!" Perintah egi.
Egi terlihat marah dengan perlakuan aditama terhadap ryuka.
Aditama mengalah dan menurunkan rubuh ryuka.
"Bukankah tugasmu hanya mengantar kami! Bukan membuat kekacauan!" Bentak Egi.
Aditama terkekeh "aku hanya bercanda, agar prjalanan kita tidak sunyi,"
"Kurang ajar kau! Apa kau anggap ryuka sebaga bahan candaan!" Egi hampir sja melempar obor ke arah aditama.
"Sudahkah, kita jalan lagi", ryuka menengahi meski masih terasa dongkol dengan ke dua pria itu.
Dua jam sudah perjalan yang mereka lalui. Hawa dingin menyelimuti tubuh hingga merasuk ke pori-pori. Tiba-tiba angin berhembus kencang hingga menerbangkan ranting-ranting dan dedaunan.
Semerbak aroma melati menyeruak dan begitu menyengat hingga ke tenggorokan, mwmbuat ryuka hingga terbatuk beberapa kali.
"Apapun yang terjadi jangan menoleh ke belakang, " Suara aditama memecah keheningan.
Egi yang berjalan paling belakang mulai tampak gelisah, ryuka juga tak kalah tegang. Kakinya gemetar antara lelah dan takut bercampur aduk menjadi satu.
Di depan tumpukan batu yang membentuk sebuah bangunan seperti candi, tidak terlalu tinggi, di tengahnya seperti terowongan.
"Kita harus melewati lorong itu!," Tunjuk aditama ke arah tumpukan batu yang membentuk terowongan itu.
"A-apa tidak ada jalan lain? Bukankah kita bisa lewat samping bangunan itu saja!" Tanya ryuka yang tak yakin.
"Ikuti saja!", jawabnya singkat.
Mereka memasuki lorong sempit yang hanya se tinggi satu meter itu, mereka harus berjalan dengan merunduk.
Lantunan nyanyian tembang Jawa mulai terngiang di telinga . Nampak seorang wanita sedang menari-nari diujung lorong .
Disana terlihat cahaya yang sangat terang, berbeda dengan suasana didalam malam yang seharusnya gelap gulita.
Ryuka semakin ketakutan, detak jatung kian memacu. Kakinya terasa berat melangkah , hingga tak sadar ia meraih tangan aditama.
"Siapa wanita itu? Kenapa dia menari di malam hari? " Bisik ryuka di telinga aditama.
"Lewati saja! Dan jangan menoleh ke belakang" Jelasnya.
Mereka keluar lorong. Melewati wanita yang masih menari itu. Alunan nyanyian tembang Jawa dan musik masih saja terngiang di
telinga.
Setelag beberapa langkah, Egi merasa penasaran dengan penari itu. Ia pun kembali menoleh kebelakang arah wanita itu.
"Aaaaa....!!!! " Egi berteriak kaget melihat wanita yang semula cantik berubah menjadi menyeramkan.
Wanita dengan kain hijau dan selendang kuning terikat di pinggulnya itu wajahnya berlumut darah dan matanya melotot keluar hingga hampir terjatuh.
Ia melempar selendang yang kian memanjang hingga melilit tubuh Egi dan menariknya.
Ryuka mendengar teriakan Egi pun ikut menoleh. Aditama langsung berlari ke arah wanita itu.
Dengan sigap wanita itu mengelebatkan satu selendang lagi ke arah aditama hingga menyambar tubuhnya.
"Lepaskan dia! " Gertak aditama tanpa rasa takut sedikit pun.
" Dia milikku!! Wanita itu melilitkan selendang pada tubuh Egi hingga Egi kesulitan bergerak.
Wanita itu melayang di atas udara, bersiap untuk meninggalkan mereka dengan membawa Egi.
Namun aditama segera melompat dan menarik kakinya. Terjadilah pertarungan sengit di antara keduanya.
Wanita itu terus memainkan selendangnya, namun aditama sigap menghindar. beberapa kali terjatuh namun aditama tak juga menyerah. hingga pada akhirnya ia mempunyai kesempatan untuk mengambil bunga mawar yang menghias rambut wanita itu. kemudian ia meremas dan mengucapkan pada ke dua mata wanita itu.
seketika wanita itu mengerang kesakitan.
"Aaaaaa!!! " Perlahan ia menghilang.
tubuh Egi tergeletak di atas tanah . sambil terbatuk-batuk , ia mencoba mengatur napas, dadanya masih terasa sesak. perlahan ia bangkit, menoleh ke sekeliling dan mencari keberadaan ryuka, namun ia tak mendapati ryuka disana.
"Dimana Ryuka! " Ucapnya panik.
Aditama pun tak menyadari jika ryuka tidak ada disana, sekelebat bayangan hitam hilang di balik pohon.
Aditama mengejar bayangan hitam yang hilang di balik pohon besar.melihat sekeliling hanya ada kegelapan.
terpaksa deh...nikah sm org jahat