seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Setelah memasuki halaman kos-kosan, dia melihat Hera sedang menyapu halaman kos. Sementara itu, di teras kos-kosan, terlihat Joko dan Ratna sedang duduk-duduk santai.
"Dari mana, Pak?" tanya Hera saat Kakek Surya mendekat.
"Saya tadi makan siang di warung depan Neng," jawab Kakek Surya.
"Oh, cari makan ya? Ngomong-ngomong, sekali-sekali Pak bersihin kamar kosnya. Saya lihat banyak debu di sana," perintah Hera.
"Maaf Non, di kamar kos saya itu banyak barangnya. Karena saya tahu itu adalah gudang, ngapain saya membersihkan gudang juga. Karena beberapa barang bertumpuk ada di ruangan itu... saya tak mungkin bisa membersihkan gudang itu sendirian, yang penuh barang tak terpakai. Bagaimana cara membersihkan semua itu?" protes Kakek Surya.
"Tapi kamu tetap harus bisa membersihkan semua barang di sana." perintah Hera.
"Tidak mungkin Neng. Kamar ini penuh dengan perabotan beraneka ragam," jawab Kakek Surya.
Terlihat Hera mulai kesal.
"Apa kamu berani menolak? Kamu sudah beruntung bisa ngekos di sini, sekarang malah berani melawan aku? Apa kamu tau, aku pemilik kos-kosan ini!" bentak Hera.
Mendengar kata-kata Hera, Kakek Surya menjadi sedikit emosi. Dia sudah membayar untuk tinggal di sini, tapi kini malah diperlakukan seperti pembantu.
"Aku harus memberi pelajaran pada ibu kos ini," gumam Kakek Surya dalam hati sambil menatap Hera dengan tatapan aneh.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Kamu jangan macam-macam padaku orang tua, kalau kamu ingin selamat!" bentak Hera, saat melihat tatapan Kakek Surya yang aneh dan sulit dijelaskan.
"Tidak Neng. Saya tak berani macam-macam sama Neng. Hanya saja, hari ini Neng terlihat sangat cantik. Itu kenapa saya seperti terbius," ucap Kakek Surya dengan wajah datar sambil menekankan kata 'cantik'.
"Kamu baru tahu ya kalau saya cantik? Tapi jangan harap bisa macam-macam. Tapi karena kamu bilang cantik, aku bisa berbaik hati padamu. Tapi tetap kamu harus selesaikan tugasmu untuk membersihkan kamar itu, atau kamu boleh pergi dari kos ini. Aku akan kembalikan setengah uang pembayarannya," bentak Hera.
"Iya Neng, iya. Neng memang cantik, sangat cantik apalagi pas marah seperti ini. Mulai besok atau lusa, saya akan beres-beres di kamar saya itu. Tapi tolong, jangan usir saya dari kos-kosan ini," pinta Kakek Surya.
"Bagus," jawab Hera, lalu perempuan muda pemilik kos itu melanjutkan menyapu halaman kos-kosan itu.
Sementara itu, Kakek Surya perlahan melangkah ke arah kos-kosannya.
Pembicaraan mereka terdengar oleh Joko dan Ratna. Joko yang mendengar itu hanya tersenyum sinis, sedangkan Ratna hanya diam. Dia sangat tak senang atas perlakuan Hera pada Kakek Surya.
Namun, langkah Kakek Surya terhenti di tengah perjalanan, karena dia malah berbelok ke arah kamar mandi.
Dan entah sengaja atau tidak, Joko saat itu juga berdiri.
"Mau ke mana Mas?" tanya Ratna setelah Joko terlihat mau pergi.
"Aku mau cari kopi di warung depan, ada yang mau kamu beli, biar aku beliin?" tanya Joko.
"Tidak Mas. Aku kira Mas akan ke mana," jawab Ratna, lalu dia ikut berdiri.
"Oh kamu mau ikut, ayo kalau gitu." jawab Joko, dia mengira Ratna akan ikut ke warung, karena Ratna ikut berdiri.
"Aku tak ikut ke warung, aku mau ambil jemuran Mas, mungkin sudah kering. Dan mau nyetrika Mas," jawab Ratna.
"Oh,,, kirain." jawab Joko, lalu melangkah mau ke warung cari kopi.
Setelah Joko keluar dari kos-kosan, Ratna pun menuju ke jemuran yang ada di dekat kamar mandi.
Saat Ratna sampai di depan kamar mandi, entah sengaja atau tidak, Kakek Surya keluar dari kamar mandi hingga keduanya sama-sama sedikit kaget.
Ratna lalu menoleh ke kiri dan ke kanan, dan saat merasa aman, tiba-tiba Ratna langsung mendorong Kakek Surya, masuk ke dalam kamar mandi lagi, lalu menutup pintu kamar mandi itu. Ratna mendorong Kakek Surya hingga ke tembok, dengan menyandarkan lelaki pencari rumput itu.
"Kamu mau apa? Suamimu mana?" bisik Kakek Surya setelah tubuhnya terjepit begitu, oleh tubuh montok Ratna.
"Dia lagi cari kopi keluar." bisik Ratna dan langsung memeluk lelaki tua itu. Tubuh mulus Ratna, terlihat kontras dengan kulit keriput Kakek Surya, saat mereka berpelukan.
Dan perlahan, percakapan mereka berdua berubah menjadi pertukaran kehangatan yang mendalam. Ratna dengan penuh semangat mendengarkan setiap kata yang diucapkan Kakek Surya, seolah-olah dia baru saja menemukan kebebasan dalam kata-katanya. Kakek Surya, meskipun terkejut dengan antusiasme mendadak Ratna, tetap dengan sabar mengarahkan pembicaraan mereka ke topik yang lebih lembut dan penuh perhatian.
Perlahan tapi pasti, Kakek Surya mulai membuka lebih banyak tentang pengalamannya, membagikan kisah-kisah yang belum pernah dia ceritakan sebelumnya. Ratna, dengan penuh perhatian, mendengarkan dan sesekali memberikan tanggapan yang menunjukkan empati dan pengertian. Kemudian, Ratna perlahan menundukkan kepalanya, memberikan ruang bagi Kakek Surya untuk berbicara lebih banyak tentang masa lalunya, memberikan dia kesempatan untuk refleksi. Tanpa perlu diminta, Ratna dengan cekatan menangkap setiap detail dari cerita Kakek Surya, seolah-olah dia tidak ingin melewatkan satu kata pun.
Dengan gerakan perlahan dan penuh perhatian, dia terus mendengarkan, menunjukkan rasa hormat dan kekagumannya terhadap pengalaman Kakek Surya.
Kakek Surya cukup kaget melihat perlakuan Ratna. Kakek Surya hanya bisa memicingkan matanya menahan gempuran wanita itu. Dia seolah mendapat serangan tak terduga dari istri Joko.
Setelah cukup lama bermain-main dengan mentimun yang perlahan mulai tegak berdiri, Ratna menghentikan aksinya, lalu menatap Kakek Surya sambil tersenyum penuh kemenangan. Dia tampak sangat puas karena mampu membuat kakek pencari rumput itu terpesona. Gerakan lincah Ratna sangat mampu meninggalkan kesan yang berbeda di hati Kakek Surya, karena seumur hidup, ini kali pertama dia diperlakukan seperti ini.
Kemudian perlahan Ratna kembali melanjutkan aksinya dengan tangan, hingga keluar lengket-lengket. Keseruan dan kegembiraan Ratna di dalam, sebanding dengan kesibukan Hera di halaman rumah yang sedang menyapu. Ratna tampak asyik beraksi dengan tangan, bermain dengan mentimun itu. Kemudian alat bicara Ratna sedikit terbuka, dan perlahan memasukkan mentimun itu, namun baru setengah mentimun itu masuk, tiba-tiba di luar terdengar Hera sedang bicara...
“Dari mana Mas?” tanya Hera.
“Ini Mbak, beli kopi di warung depan.” jawab lawan bicara Hera, yang ternyata itu Joko.
Terdengar suara Joko, Ratna langsung mengeluarkan mentimun yang baru masuk setengah itu, dan dengan sedikit buru-buru langsung keluar kamar mandi.
Peristiwa barusan terjadi begitu cepat.
Sebenarnya hal seperti ini baru dialami oleh Kakek Surya, sebab selama menikah, dia belum pernah mendapat pelayanan seperti itu. Dia senang bercampur kecewa, karena tak tuntas, dan menggantung.
Setelah Ratna keluar, dia buru-buru mengambil jemurannya sambil sesekali mengusap bibirnya, merasakan rasa yang ditinggalkan oleh milik si kakek yang tadi dimakannya.
Tepat saat Ratna datang memegang dan memangku pakaiannya, bertepatan dengan Joko datang, lalu dia berkata,
"Ini aku belikan jajanan." sambil dia menunjukkan jajanan yang dipegangnya, sedangkan tangan satunya masih memegang gelas plastik berisi kopi.
Ratna salah sangka. Dia mengira suaminya akan ngopi di warung, namun ternyata Joko hanya membelinya dan membawanya ke kos.
"Terima kasih, Mas," sahut Ratna dengan dadanya berdebar kencang, karena peristiwa tadi. Sambil melangkah masuk ke kamar kos untuk menaruh pakaian.
Sementara itu, Joko duduk di teras kos-kosannya.
Cukup lama kemudian, Kakek Surya keluar perlahan dari kamar mandi dan sudah mendapati Ratna dan Joko sedang duduk di teras sambil menikmati jajanan yang barusan dibelikan Joko.
Kakek Surya pun duduk di depan teras, sambil sesekali melirik ke arah Ratna yang juga membalas tatapannya.
Saat Ratna makan jajanan yang dibelikan suaminya, Kakek Surya langsung ingat bahwa mulut yang mengunyah makanan, mulut yang sama tadi yang...
Setelah beberapa saat, dengan perasaan tak enak karena menggantung, hal itu membuat Kakek Surya merasa sangat tidak nyaman. Ia pun memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya, berencana dia akan istirahat siang.
Namun,,,,,
Bersambung...