✰Rekomendasi Cerita "Introspeksi"✰
Nero, seorang pewaris perusahaan ternama, menikahi Aruna, gadis desa sederhana yang bekerja di perusahaannya. Cinta mereka diuji oleh keluarga Nero, terutama ibu tirinya, Regina, serta adik-adik tirinya, Amara dan Aron, yang memperlakukan Aruna seperti pembantu karena status sosialnya.
Meskipun Nero selalu membela Aruna dan menegaskan bahwa Aruna adalah istrinya, bukan pembantu, keluarganya tetap memandang rendah Aruna, terutama saat Nero tidak ada di rumah. Aruna yang penuh kesabaran dan Nero yang bertekad melindungi istrinya, bersama-sama berjuang menghadapi tekanan keluarga, membuktikan bahwa cinta mereka mampu bertahan di tengah rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
She's My Wifeꨄ
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
02 Pertemuan Awal
Namun, dia tahu bahwa hubungan ini tidak akan mudah, terutama dengan ibu tirinya itu Regina, yang selalu memiliki rencana berbeda untuk masa depannya. Nero bisa membayangkan bagaimana Regina akan bereaksi keras jika mengetahui bahwa dia tertarik pada seorang gadis yang biasa saja, gadis yang bekerja di perusahaannya. Tapi kali ini, Nero tidak peduli. Dia siap menghadapi apa pun demi mengenal Aruna lebih dalam.
Di ruangan lain, Aruna akhirnya menyelesaikan pekerjaannya untuk hari itu. Saat ia bersiap untuk pulang, pandangannya tertuju pada seekor kucing kecil yang tampak tersesat di sekitar lobi. "Oh ya Tuhan, kucing ini lagi" pikirnya, mengenali hewan yang ia temui beberapa hari sebelumnya.
Tersenyum kecil, Aruna mendekat ke kucing itu dan menggendongnya. Ia merasa kasihan, kucing itu tampak kelaparan. “Apa kamu tersesat lagi?” gumam Aruna sambil mengelus lembut kepala kucing tersebut.
Namun, saat ia membalikkan badan, ia terkejut melihat Nero berdiri tak jauh dari sana, memperhatikannya dengan tatapan lembut. Pemandangan itu membuat jantung Aruna berdebar lagi. Mereka bertatapan sejenak sebelum Nero mendekat.
"Kucing itu sepertinya menyukai kamu," ujar Nero sambil tersenyum, memecah keheningan di antara mereka. "Mungkin dia sudah menemukan orang yang tepat untuk merawatnya."
Aruna tersenyum kikuk, tidak tahu harus berkata apa. "Saya hanya kebetulan menemukannya lagi," jawabnya pelan, mencoba menjaga jarak profesional antara dirinya dan pria itu, meskipun sulit.
Nero menatap kucing kecil yang berada dalam pelukan Aruna. Hewan itu tampak nyaman, seolah menemukan rumah dalam dekapan wanita muda itu. Nero, yang biasanya tidak begitu peduli dengan hal-hal kecil seperti ini, mendapati dirinya tersenyum tanpa sadar.
"Kamu suka binatang?" tanyanya, mencoba mengalihkan perhatian dari perasaan aneh yang mulai tumbuh di hatinya. Pertemuan singkat dengan Aruna sepertinya meninggalkan kesan yang lebih dalam dari yang ia duga.
Aruna mengangguk pelan. "Iya, saya suka. Mereka selalu terlihat jujur," jawabnya sambil mengelus lembut bulu kucing itu.
Nero terdiam sejenak, matanya masih tertuju pada Aruna. Ada sesuatu dalam cara wanita ini berbicara dan bertindak yang membuatnya berbeda dari orang-orang yang biasa ditemuinya dalam lingkaran sosialnya. Tanpa bisa menahan diri, ia berkata, "Kamu juga terlihat jujur, Aruna."
Aruna tertegun mendengar perkataan itu. Ia tak menyangka pria yang baru saja dikenalnya bisa membaca dirinya dengan begitu mudah. Kata-kata itu terdengar tulus, dan anehnya, Aruna merasa sedikit tersentuh. Namun, sebelum ia sempat merespons, Nero sudah melanjutkan, "Kamu pasti lelah. Biar aku antar kamu pulang."
Aruna menolak dengan sopan. "Terima kasih, tapi saya bisa pulang sendiri."
Nero tak mau membiarkannya pergi begitu saja. Ada sesuatu yang mendorongnya untuk memperpanjang pertemuan ini. "Aku yakin kucing itu juga butuh tumpangan pulang, kan?" katanya dengan senyum lebar yang membuat Aruna sedikit salah tingkah.
Tanpa bisa menolak lebih jauh, Aruna setuju. Mereka berjalan menuju mobil Nero, dan Aruna tidak bisa menahan rasa takjub ketika pria itu membuka pintu untuknya. Mobil mewah itu bukanlah sesuatu yang biasa ia lihat, apalagi tumpangi. Sesaat, ia merasa gugup, tetapi kucing dalam dekapannya membuatnya tetap tenang.
Di perjalanan, suasana awalnya tenang. Aruna memandangi jalanan dengan sesekali mengelus kucing di pangkuannya. Tapi suasana berubah ketika Nero akhirnya memperkenalkan dirinya dengan lengkap.
“Oh iya, aku belum sempat memperkenalkan diri dengan benar. Namaku Nero Adrianus."
Saat Aruna mendengar nama itu, ia tertegun. Nama Nero Adrianus adalah nama CEO perusahaan tempatnya bekerja. Dia menoleh perlahan, menatap Nero dengan pandangan penuh keterkejutan.
"Anda... Anda Nero Adrianus?" tanyanya terbata-bata. "CEO dari Adrianus Corporation?"
Nero mengangguk ringan, matanya tetap fokus ke jalanan. "Ya, itu aku."
Reaksi Aruna langsung berubah. Sikap santainya menghilang seketika. Ia merapikan duduknya dan kini terlihat lebih canggung. Tangannya yang tadi membelai kucing kini diletakkan di pangkuannya, dan sikapnya menjadi lebih formal.
"Maafkan saya, Pak Nero, saya tidak tahu... Maaf jika tadi terlalu—"
Nero menoleh dan tertawa kecil melihat perubahan drastis itu. "Santai saja, Aruna. Ini bukan di kantor dan bukan juga jam kerja. Kamu tidak perlu memanggilku dengan 'Pak' segala."
Aruna tampak bingung sejenak. "Tapi—"
Nero memotong dengan senyum lembut. "Cukup panggil aku Nero. Semua orang juga memanggilku begitu."
Aruna masih terlihat ragu, tapi akhirnya ia tersenyum kecil. Senyuman itu membuat Nero diam-diam menatapnya lebih lama dari biasanya. Ada kecantikan alami yang terpancar dari Aruna, dan itu membuatnya merasa semakin tertarik. Dia kemudian memalingkan pandangan ke depan, mencoba menenangkan pikirannya yang tiba-tiba terasa berdebar lebih cepat.
Di pangkuan Aruna, kucing kecil itu kini sudah tertidur lelap. Nero melirik ke arah kucing itu dan mendapati dirinya terenyuh melihat bagaimana makhluk kecil itu tampak begitu nyaman dalam pelukan Aruna.
Tanpa berpikir panjang, Nero mengambil keputusan mendadak. "Sebentar, kita berhenti dulu di supermarket," katanya, kemudian memutar setir dan memarkir mobil di depan sebuah supermarket kecil di pinggir jalan.
Aruna menatap Nero dengan bingung. "Kenapa kita berhenti di sini?"
Nero membuka pintu mobilnya dan berkata sambil tersenyum, "Aku hanya ingin membeli sesuatu."
Beberapa menit kemudian, Nero pun kembali dengan sebuah kantong belanja. Ia duduk di kursi pengemudi dan menyerahkan kantong itu kepada Aruna. "Ini, makanan kucing dan susu. Kita tidak bisa membiarkan kucing itu kelaparan."
Aruna terkejut dan tersentuh dengan perhatian Nero. Ia memandang Nero dengan mata yang berbinar, tetapi merasa sedikit tidak enak. "Terima kasih banyak, tapi... Anda tidak perlu repot-repot."
Nero menggeleng. "Tidak apa-apa. Lagipula, aku juga akan membantu merawat kucing ini," ujarnya sambil tersenyum, menatap Aruna dengan tatapan yang membuat Aruna salah tingkah.
Aruna hanya bisa tersenyum canggung, tak tahu harus berkata apa. Namun, hatinya terasa hangat. Nero ternyata bukan hanya pria sukses, tetapi juga penuh perhatian dan baik hati. Tak pernah ia bayangkan bahwa ia akan bertemu dengan CEO perusahaannya dalam situasi seperti ini.
Perjalanan dilanjutkan, dan dalam beberapa menit, mereka sudah sampai di depan apartemen kecil tempat Aruna tinggal. Nero menghentikan mobil dan mematikan mesin.
"Terima kasih sekali lagi, Nero," kata Aruna sambil membuka pintu mobil. "Saya tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Anda."
Nero tersenyum, kali ini lebih hangat dari sebelumnya. "Tidak perlu. Aku senang bisa membantu."
Aruna mengangguk dan menutup pintu mobil, melangkah perlahan menuju pintu apartemennya. Sesaat sebelum masuk, ia menoleh ke arah Nero, yang masih duduk di mobilnya, menatapnya dari kejauhan. Mereka saling pandang untuk beberapa detik, sebelum akhirnya Aruna tersenyum kecil dan masuk ke dalam apartemennya.
Nero menghela napas panjang sambil tersenyum, melihat Aruna menghilang dari pandangannya. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya setelah pertemuan ini. Sesuatu yang membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang gadis desa sederhana itu, dan kucing kecil yang kini menjadi bagian dari cerita mereka.
kamu harus coba seblak sama cilok
Bibi doakan Dara biar temu jodoh juga