NovelToon NovelToon
RAMALAN I’M Falling

RAMALAN I’M Falling

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Selasa

Soraya adalah gadis paling cantik di sekolah, tapi malah terkenal karena nilainya yang jelek.
Frustasi dengan itu, dia tidak sengaja bertemu peramal dan memeriksa takdirnya.

Siapa sangka, selain nilainya, takdirnya jauh lebih jelek lagi. Dikatakan keluarganya akan bangkrut. Walaupun ada Kakaknya yang masih menjadi sandaran terahkir, tapi Kakaknya akan ditumbangkan oleh mantan sahabatnya sendiri, akibat seteru oleh wanita. Sementara Soraya yang tidak memiliki keahlian, akan berahkir tragis.

Soraya jelas tidak percaya! Hingga suatu tanda mengenai kedatangan wanita yang menjadi sumber perselisihan Kakaknya dan sang sahabat, tiba-tiba muncul.



Semenjak saat itu, Soraya bertekad mengejar sahabat Kakaknya. Pria dingin yang terlanjur membencinya. ~~ Bahkan jika itu berarti, dia harus memaksakan hubungan diantara mereka melalui jebakan ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3

“Kembalikan uangku.” Kata Soraya datar.

Dia tidak menerima dan tidak akan bisa menerima apa yang baru saja di dengarnya. Soraya merasa ditipu, tidak peduli seberapa banyak fakta pendukung telah dipaparkan pada wajahnya.

“Eiiii gadis muda, kamu tidak bisa mengambil uangnya. Aku sudah mengerahkan tenaga untuk bisa membaca nasibmu.” Tolak sang Nenek gigi hitam, yang belum lama Soraya temui.

Tapi Soraya menggeleng kepalanya tidak peduli. Nenek itu memperkenalkan diri sebagai seorang peramal, Soraya yang frustasi jelas ingin mengintip kehidupannya setelah mendengar hal tidak biasa itu.

Namun ketika yang dikatakan sang nenek peramal tidak sesuai keinginannya, Soraya menjadi sangat marah.

Enak saja! Pikirnya. Dia tidak percaya bahwa keluarganya akan bangkrut suatu hari nanti. Dan kebangkrutan itu menghancurkan orang-orang terdekatnya. Bahkan dia lebih tidak percaya lagi, bahwa kakaknya akan dihancurkan sahabatnya hanya karena seorang wanita. Itu bahkan belum termasuk dirinya, yang dikatakan berakhir paling tragis karena tidak memiliki kemampuan atau keahlian, untuk bertahan hidup sendirian.

Membayangkan hal ini, Soraya menggeleng kepalanya. Dia tidak bisa menerima, bahkan jika dia telah mendengar beberapa fakta pendukung, mengenai kehidupan pribadi dan bahkan rahasianya dari sang nenek peramal. Sesuatu yang jelas tidak bisa diketahui wanita tua itu, kecuali dia benar-benar memiliki kemampuan untuk membaca nasib.

“Eiii, gadis muda. Aku bersungguh-sungguh, kamu harus memeriksa siapa pun di sekitarmu!”

Tapi Soraya dalam kedegilan hati dan kebodohannya, tetap menolak untuk apapun yang dikatakan wanita tua itu. Dia tidak percaya, hal seperti itu akan terjadi dalam kehidupan damainya.

“Tidak! tidak! aku tidak percaya. Cepat kembalikan uangku nenek tua. Aku tidak peduli pada Taira, Taira, atau tai siapapun itu.”

“Eiii, gadis itu perkara lain lagi. Selama kamu menghindarinya, seharusnya—”

“Hell no!” Soraya memotong ucapan sang nenek peramal, sebelum tanpa hati merampas uangnya dari tangan wanita tua itu. “... dengar nenek! Kakakku memang memiliki teman laki-laki, tapi tidak ada perempuan bernama tai disekitar mereka. Lagi pula, teman kakakku itu sangat miskin, jadi di bagian mana dia bisa mengalahkan Kakakku hah?”

“Pria itu mungkin miskin sekarang, tapi tidak—”

“Oh gosh, sudah cukup. Cukup.” Ujar Soraya sambil mengangkat tangannya tanda berhenti.

Dia menolak membicarakan apapun lagi. Hanya  memasang wajah mencemooh, sebelum berdiri dan melangkah pergi dengan kaki menyentak.

“Oh gosh, benar-benar bisa si nenek itu! aku pasti disihir, sampe mau masuk kemari.” Pikirnya setengah ketakutan, melihat kembali gubuk tua tempat sang nenek.

Dengan ini, dia terburu-buru ke tempat parkir motornya. Namun ketika motor sudah dinyalakan, Soraya kebingungan. Bingung, harus kemana dia sekarang? “Ah, aku telepon si Melati saja kali ya.”

Mengambil ponselnya, dia segera menghubungi nomor telepon sang sahabat.

“Hei Mels, dimana?”

--“Sora kau dimana bodoh? lombanya sudah mau mulai.”-- Ujar suara dari seberang telepon.

Mendengar ini, Soraya mengernyit sebentar. Butuh berapa waktu, sebelum dia menepuk dahinya kuat. “Awwwww shit!” Dia baru saja teringat bahwa ada lomba basket antar sekolah, yang akan dilaksanakan di lapangan kota. Sebagai gadis manja, basket jelas bukan kesukaannya. Tapi sebagai gadis pada umumnya, para pemain basket yang tampan, adalah kesukaan Soraya.

“Oh my gosh! Oke wait, aku kesana!”

Soraya yang sempat histeris di pinggir jalan, benar-benar lupa, bahwa ini pertandingan dari orang yang dia sukai. Jadi tanpa mau menunggu lagi, dia melajukan motornya untuk pergi ke lapangan kota. Bersiap memberikan sorakan untuk sang gebetan.

Tapi baru juga menempuh sekitar sepuluh menit perjalanan, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Rafael di layar ponselnya. Melihat ini, Soraya sebenarnya ingin menepi dan mengangkat telepon sang Kakak, namun mengingat bangku depan yang bisa penuh, dia memilih mengabaikan. “Maaf Kak, ayang Rex lebih penting!” Gumamnya, sebelum menambah laju kecepatan.

Soraya yang berakhir membela jalanan dengan kecepatan diatas rata-rata, akhirnya sampai juga di lapangan kota. Dia merapikan penampilannya sebisa mungkin, meski hanya menggunakan kaos oversize red berry, dengan jeans santai di atas lutut.

“Ck, ini semua gara-gara Gamma, lihat jadinya, aku hanya bisa pakai seperti ini.” Gerutu Soraya saat melihat gadis-gadis lain, mengenakan pakaian yang lebih baik darinya.

Tapi begitu, kesombongan segera melepaskan dia dari rasa rendah diri, “... But it's okay Sora, baju bisa diganti tapi tidak dengan wajah. Mereka tidak memiliki wajah cantikmu.” Pujinya pada diri sendiri.

Dia yang menatap diri di spion motor, mulai memajukan bibirnya dan mengedipkan sebelah matanya genit. Jangan tanyakan kenapa! itu karena dia sedang berlatih refleks, agar ketika sang pujaan menatapnya, Soraya bisa menggoda secepatnya.

“Ummuaach.”

PAK. – “Aww!”

Soraya memekik tertahan ketika punggungnya dipukul dari belakang.

“Muah, muah, muah, yang benar saja kau ini.”

“Duh biasa aja dong Mels. Kayak nggak tahu aja, semisal ayang Rex tu—”

“Ayang Rex apa? masuk dan lihat, ayang Rex-mu datang dengan ayang-nya di dalam. Mana cantik lagi.”

Mendengar ini Soraya sedikit terkejut, tapi dia malah tertawa sebagai tanggapan. Bahkan jika sang pujaan hati memiliki kekasih, dia masih percaya diri, gadis itu tidak lebih cantik darinya.

Melati sebagai sahabat Soraya, jelas sudah tahu dengan kepercayaan diri berlebihan sang sahabat. Namun dia tidak main-main, saat mengatakan bahwa gadis yang bersama pujaan Soraya itu, juga tidak kalah cantiknya.

Ibarat jika membandingkan, Soraya memiliki perpaduan kecantikan yang sedikit menggoda karena keturunan timur tengah di darahnya. Namun gadis itu memiliki kecantikan yang polos dan lembut. Benar-benar kecantikan surgawi.

Mendengar sudut pandang Melati, bibir atas Soraya bergetar karena jengkel. “Oh, jadi jika kecantikannya kecantikan surga, maka kecantikanku kecantikan neraka begitu?”

“Ayolah Sora, aku hanya—”

Tak, tak, tak. Soraya mendiamkan Melati dengan tepuk tangan, dan menggeleng seolah dia kecewa. Tapi sebenarnya tidak sama sekali. Dia masih percaya diri akan kecantikannya yang legendaris.

“Ayo ke dalam, kalau tidak percaya!” Ujar melati, yang langsung menggandeng masuk tangan Soraya, membawa mereka ke posisi depan bangku penonton. Setelah sampai disana, dia mulai mencari-cari gadis itu, hendak menunjukkannya pada Soraya.

“Ayang Rex,” Refleks Soraya, ketika melihat pria yang sebaya dengannya itu lewat di depan.

Sementara laki-laki yang dipanggil Rex itu, adalah kapten basket sekolah mereka. Rambut gaya slicked-back, dan satu bagian kecil yang bercat hijau, benar-benar menampilkan kesan bad boy di usia remaja, membuat Soraya tergila-gila.

“Awwww.” Soraya menjerit lagi, manakala Rex melakukan tiupan ciuman jauh, dengan senyum yang menunjukkan lesung pipinya.

Inilah yang sebenarnya Soraya paling sukai dari Rex. Gaya flamboyan pria itu tidak memilih-milih orang. Meskipun Soraya cantik, tapi memasuki tahun pertengahan sekolahnya dia mulai diejek karena kebodohan. Tapi Rex adalah terkecuali. Dia tidak pernah menjadi bagian yang mengejek, hanya sibuk tebar pesona. Dia tidak pernah kasar atau malu, dalam membalas kekaguman yang suka ditunjukkan Soraya padanya.

“Eh, eh, eh itu dia, itu dia Sora!”

“Apa sih!”

“Lihat kesana, lihat ….” Tunjuk Melati pada sosok cantik yang tidak pernah Soraya lihat sebelumnya.

1
Esti Purwanti Sajidin
wedewwww lanjut ka sdh tak ksh voteh
Nixney.ie
Saya sudah menunggu lama, cepat update lagi thor, please! 😭
Ververr
Aku udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen aku. Must read banget!👌🏼
Oralie
Masuk ke dalam kisah dan tak bisa berhenti membaca, sebuah karya masterpiece!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!