NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Untuk Gendis

Cinta Terakhir Untuk Gendis

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Angst
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: 9irlpower

Sekuel ketiga, dari kisah cinta Gendis yang tragis, dan menyedihkan.

Setelah serentetan kejadian yang menimpa Gendis. Gendis pun sudah berusaha lagi untuk bangkit, dengan bantuan para power rangersnya dan teman-temannya yang lain.

Kali ini, Gendis dipertemukan dengan seorang wanita baik yang mau memberikan cintanya ke Gendis. Wanita itu berniat menjodohkan Gendis dengan putra bungsungnya.

Siapakah dia? yang akan menjadi tambatan hati Gendis. Dan apakah kali ini Gendis bisa mengakhiri serentetan kisah tragisnya? dan berakhir dengan dia—, yang nggak pernah Gendis sangka-sangka, akan ada di dalam kisah percintaannya yang terakhir.

Dan semua kisah pun akan terkuak di seri terakhirnya Gendis, dengan kemunculan orang-orang lama yang pernah ada di kesehariannya Gendis.

Yuk ... kembali ramaikan kisahnya Gendis.

Yang kepo sama kisah sebelumnya, baca dulu yuk [Cinta Pertama Gendis] dan [Mencob Jatuh Cinta Lagi] Karya 9irlpower.

Selamat Membaca 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 9irlpower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Season 3 [Hadiah]

Selama jam pelajaran terakhir, Gendis berkali-kali mendapat telfon dari asisten rumah tangga di rumah Rezy, yang bertugas menjemput Jingga di sekolahnya, kalau Nover, bu Ayu atau Gendis nggak bisa menjemput Jingga.

Dan setelah jam sekolah selesai, Gendis baru bisa melihat handphone nya dan menelfon balik asisten rumah tangga itu, guna menanyakan alasan beliau menelfon Gendis sampai berkali-kali.

"Maaf ... Jingga ... hilang non," kata wanita paruh baya yang menelfon Gendis.

Gendis jelas aja kaget, tapi berusaha menutupi kekagetannya dari Widi, yang masih duduk di samping tempat duduknya.

"Saya tadi sudah jemput ke sekolahnya, karena kan den Nover tidak bisa jemput karena sibuk untuk ujian. Tapi setelah saya sampai, gurunya Jingga bilang, Jingga sudah pulan dari sekolahnya dan tadi ada yang jemput Jingga."

Gendis mencoba tenang, sambil memikirkan ke mana Jingga pergi kalau Nover atau dua sahabatnya nggak bisa jemput.

"Coba nanti saya telfon temannya Jingga, siapa tau dia main ke sana."

"Iya non, maaf ya. Bibik tadi telat jemputnya," ucap wanita paruh baya ini, masih merasa nggak enak hati karena memberikan kabar Jingga yang hilang.

"Nggak pa-pa bik, nanti Gendis kabarin bibik lagi ya?"

Gendis merasa yakin kalau Jingga main ke rumah Elok, adik tirinya Teddy. Tapi sekarang, Gendis justru kesulitan menanyai keberadaan Jingga, karena harus menelfon Teddy untuk mastiin apakah Jingga ada di sana.

Supaya Widi nggak penasaran, dan ikut repot nyari Jingga. Gendis pun ke luar dari kelasnya, setelah pamit sama Widi kalau dia mau ke kamar kecil, supaya nggak mengundang kecurigaan Widi.

Setelah sampai di kamar kecil, Gendis justru jalan terus menuju gerbang sekolah sambil mikirin gimana caranya mengabari Teddy, karena terakhir kali Gendis ketemu sama Sony. Kakaknya Teddy itu minta Gendis untuk menghapus kontaknya Teddy di depan Sony dan Nover, supaya meyakinkan kalau Gendis bener-bener nggak saling berkabar sama Teddy.

Baru aja tiba di gerbang sekolah, Gendis dibuat kaget karena mendengar namanya dipanggil suara yang nggak asing.

"Mbak Gendis ...." panggil suara itu, yang langsung bikin Gendis mengangkat kepalannya.

Gendis langsung berlari, mendapati seorang anak kecil sedang melambaikan tangannya berada di depan mobil berwarna putih.

"Jingga, kamu tuh bikin bik Ningrum khawatir. Bibik nyariin kamu di sekolah loh," ucap Gendis langsung mengoceh, ke adiknya yang nggak taunya malah gantian menjemput Gendis.

Jingga yang sempat dinyatakan hilang tadi, malah tersenyum nggak merasa bersalah, lalu menarik tangan Gendis agar ikut masuk ke dalam kendaraan kendaraan roda empat, yang dari tadi bertengger di balik punggung Jingga.

Gendis udah nggak asing lagi sama mobil berwarna putih itu, karena kemarin mobil itu juga menjemputnya dari sekolah.

Begitu Gendis dan Jingga masuk ke dalam mobil, di situ justru hanya ada Bulan, dan Gendis pikir tadinya ada bu Keiko.

"Kalian hanya berdua? Oma atau Mamanya Bulan, nggak ikut jemput?"

"Nggak kak, Mama aku hanya pesan ke pak Tono untuk jemput aku. Oma aku juga lagi sibuk, jadi nggak bisa ikut jemput aku di sekolah." jelas Bulan panjang lebar, dan ditimpali oleh supir bu Keiko yang kemarin juga ikut menjemput Gendis.

"Maaf ya non, kalau non Bulan sampai membuat non Gendis panik karena mengajak Jingga ikut, makanya saya ajak non Bulan ke sini sekalian jemput non Gendis."

Gendis membalas ucapan supir bu Keiko, dan nggak mempermasalahkan kejadian hari ini, karena yang terpenting Jingga baik-baik aja.

Gendis pun langsung mengabari bik Ningrum, yang bekerja di rumah Rezy, supaya wanita paruh baya itu nggak khawatir karena akhirnya Jingga sudah ketemu.

"Mbak ... besok kan hari sabtu. Kita main ke rumah Bulan yuuk ... Boleh ya? Jingga kan udah lama nggak main ke rumah temen," ucapnya sambil merayu sang kakak, agar mau diajak main ke rumah teman sekolahnya.

"Boleh deh," ucap Gendis mengiyakan dengan terpaksa, karena melihat kedua bocah kecil yang ada di situ, menatapnya dengan tatapan penuh harap supaya bisa diizinkan main.

"Yes !!!" teriak senang Bulan dan juga Jingga, setelah mendapatkan izin dari Gendis.

"Tapi sebelum itu, kita jemput oma dulu ya, Jingga?" sela pak Tono, setelah mendengarkan sorakan bahagia majikan kecilnya.

Bulan menganggukkan kepalanya, sementara Gendis mau nggak mau pasrah aja bertemu lagi dengan bu Keiko, dan malah mau main ke rumah bu Keiko setelah dia menolak tawaran bu Keiko kemarin.

...****************...

Setelah tiba di Line mall, dan masuk ke dalam basement pusat perbelanjaan itu. Bu Keiko pun sudah menunggu di sana, dan siap masuk ke dalam mobilnya.

Senyum bu Keiko merekah, saat mobilnya terlihat ramai di penuhi dua anak taman kanak-kanak dan ada Gendis juga.

"Kebetulan sekali Ndis, saya juga hari ini ingin bertemu dengan kamu loh," ucap bu Keiko dengan antusiasnya, setelah duduk di kursinya, sementara dua bocah taman kanak-kanak mengalah duduk di kursi belakang.

Gendis hanya membalas dengan senyuman, dan sudah bisa mengira kalau bu Keiko pasti punya rencana untuk mengajak Gendis makan lagi, untuk membayar jasanya waktu membantu bu Keiko saat kecopetan.

"Oma ... nanti aku juga mau ajak Jingga main ke rumah loh ..." kata Bulan, menyela obrolan setelah omannya sudah rampung berbicara dengan Gendis.

Semakin semringah aja wajah bu Keiko, saat mendengar perkataan cucunya tadi.

"Kalau begitu, nanti kamu sama saya saja, biar adik kamu main di kamar Bulan." timpal bu Keiko dengan antusiasnya, sambil memegang tangan Gendis.

Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya mobil yang Gendis tumpangi tiba di kediaman mewah milik bu Keiko.

Saat mobil Alphrd milik bu Keiko sampai, pagar rumah pun langsung terbuka otomatis, lalu mobil bu Keiko langsung masuk ke basement.

Bu Keiko dan Bulan pun mengajak tamu mereka turun dari mobil, lalu berjalan menaiki lift dari basement.

Dan setelah ke luar dari lift, Gendis dimanjakan dengan pemandangan taman yang sejuk banget.

"Ayok, Gendis, Jingga." sambil bu Keiko mengajak keduanya untuk menaiki anak tangga.

Dari sana, Gendis dan Jingga dimanjakan dengan pemandangan yang bikin Gendis langsung saling pandang sama adiknya, saking kagetnya lihat tampilan di dalam rumah bu Keiko.

Hanya satu lantai, tapi luas banget dan semua ruangan disekat dengan kaca tembus pandang dan di kelilingi taman seperti saat ke luar dari basement tadi.

Jingga dan Bulan langsung disampingi seorang asisten rumah tangga, sementara Gendis diajak masuk ke dalam ruangan di dalam rumah itu.

"Karena kita mau membicarakan hal penting, kamu duduk di ruang santai dulu ya? saya mau ambil sesuatu di kamar saya." kata bu Keiko, lalu diangguki Gendis yang masih takjub melihat pemandangan ruang santai yang terbuka dan lagi-lagi matanya dimanjakan dengan pemandangan, yang sepertinya keluarga ini nggak perlu liburan jauh-jauh karena rumah yang mereka tempati, udah mirip penginapan yang ada di kota wisata.

"Kok belum duduk?" tanya bu Keiko, membuat Gendis teralihkan dari fokusnya, yang masih asik melihat pemandangan rumah seorang owner Line Hotel dan juga pemilik Line mall.

"Rumah ibu adem banget," ucap Gendis dengan jujur, sambil tersenyum semringah.

Bu Keiko pun ikut tersenyum, dan mempersilahkan Gendis duduk di area tengah yang dipenuhi bantal duduk dan sudah tersaji juga hidangan di atas piring.

"Silahkan dicicipi Ndis. Tadi di perjalanan, saya sudah kabari pegawai saya untuk siapkan camilan di sini," ujar bu Keiko, menawarkan pada tamunya itu.

Gendis mengangguk dan menuang teh dari tea pot, dan langsung disesapnya perlahan.

Bu Keiko pun ikut minum, namun mengambil air putih yang di hidangkan di situ.

Setelah melihat Gendis sudah menaruh gelas tehnya, bu Keiko pun memberikan Gendis sebuah map.

"Ini apa ya bu?" tanya Gendis bingung, dan hanya menatap map yang biasa dipakai para sekretaris, saat mau meminta tanda tangan ke bosnya.

Bu Keiko membuka map tersebut, dan terlihatlah tabel yang diberi angka dari 1 hingga 25.

Mata Gendis melotot, saat membaca tabel yang ternyata daftar hadiah yang semuanya bisa Gendis pilih, untuk menggantikan ajakan makan yang kemarin Gendis tolak.

Buru-buru Gendis menjelaskan ke bu Keiko, alasannya menolak ajakan makan waktu itu, dan dipastikan juga Gendis bakalan menolak 25 daftar hadiah yang bisa Gendis ambil itu.

"Bu Keiko, yang waktu itu Gendis tolak. Maksudnya Gendis bukan mau minta hadiah yang lebih besar lagi, tapi memang Gendis udah sampaikan ke ibu kalau itu nggak perlu."

Sambil Gendis kembalikan lagi, map itu kepada pemiliknya.

Dengan raut wajah sedih, bu Keiko lalu membuka lembaran di belakang tabel hadiah untuk Gendis tadi.

"Saya juga tidak berpikiran kalau kamu menolak ajakan makan, dan memilih hadiah lebih besar. Ini benar-benar rasa terima kasih saya ke kamu, karena sudah dua kali kamu menyelamatkan saya."

"Bahkan, saat kemarin Bulan cerita. Kamu dulu pernah membantu Bulan yang hampir jatuh, dan kamu juga pernah menemani Bulan waktu Mamanya datang terlambat dan saat itu hujan petir."

"Rasa terima kasih saya, tolong diambil ya Gendis? Atau kalau kamu punya request sesuatu, kamu boleh isi di daftarnya dan akan saya berikan semuanya."

"Saya hanya takut tidak sempat memberikan hadiah sebagai rasa terima kasih saya ke kamu," ucap bu Keiko lagi, sambil kepalanya menunduk, sementara Gendis cuma diam sambil melihat lembaran terakhir yang diperlihatkan bu Keiko.

Di situ hanya tulisan berbahasa Inggris, dan Gendis nggak tau apa isinya. Yang Gendis bisa simpulkan hanya logo rumah sakit, D' hospital dan selebihnya Gendis nggak bisa mengerti.

"Maaf, bu Keiko. Saya nggak ngerti, kenapa ada surat dokter di sini. Dan jujur aja, Gendis nggak bisa bahasa Inggris dan nggak tau apa yang tertulis di situ."

Bu Keiko langsung mengangkat kepalanya, dan menjelaskan apa yang tertera di surat dokter itu.

"Di situ dituliskan kalau saya mengidap auto imun. Sistem kekebalan tubuh saya justru menyerang sel-sel di dalam tubuh saya, yang bisa membuat saya drop, dan demam secara tiba-tiba. Dan sampai saat ini, penyakit itu hanya bisa ditahan dengan obat, tapi tidak akan pernah bisa membuat saya sembuh."

Dada Gendis terasa sesak, merasakan betapa sedihnya menjadi bu Keiko. Meskipun diberikan kekayaan, diberikan pekerjaan dan jabatan tinggi. Namun bu Keiko malah nggak bisa menikmati semuanya, dan Gendis mulai paham kenapa rumah yang beliau bangun seperti villa, dan keinginan beliau harus segera dituruti karena alasan yang baru Gendis dengar membuatnya akhirnya memahami kesulitan bu Keiko.

"Mau ya, Gendis? Kamu terima semua hadiah yang saya berikan?"

"Gendis cuma mau minta satu aja bu, semua yang ada di sini dari rumah, mobil, biaya sekolah, dan uang saku. Semuanya Gendis sudah merasa dicukupi kok."

"Lalu?"

"Gendis hanya mau ibu jadi guru les bahasa Inggris, karena memang Gendis sampai sekarang nggak bisa bahasa Inggris."

Bu Keiko pun menganggukkan kepalanya.

"Bahasa yang lainnya juga akan saya berikan ke kamu," ucap bu Keiko dengan antusias.

Gendis hanya tersenyum, karena melihat bu Keiko yang langsung semringah setelah Gendis menerima hadiah darinya.

"Jadi, kapan kamu mau memulai sesi pelajarannya?"

"Gendis terserah ibu aja, menyeimbangi kesibukan ibu di kantor dan kesehatan bu Keiko juga," jawab Gendis menjelaskan.

"Kalau setiap hari sabtu dan minggu, apa kamu tidak keberatan? Nanti saya yang akan meminta supir untuk jemput kamu ke rumah saya," ucap bu Keiko memberikan jadwal untuk Gendis pertimbangkan.

"Iya, boleh kok bu." jawab Gendis pasrah aja, karena nggak mau membuat bu Keiko kecewa, apalagi setelah tau kondisi bu Keiko.

"Oh ya, mulai hari ini. Boleh tidak, kalau kamu panggil saja nama saya Denayu. Saya kurang suka dengan nama itu, meskipun memang itu nama saya juga. Tapi memang ada sejarah, yang membuat saya kurang suka dipanggil Keiko."

"Oh, maaf bu Denayu. Mulai hari ini, Gendis langsung ganti deh." katanya sambil tersenyum canggung.

Keduanya pun sudah saling membaur, dengan santainya. Namun tetap Gendis masih menghormati bu Keiko, dan memberikan batasan pada wanita, yang pernah menjadi bosnya saat praktek kerja lapang dan yang nantinya akan menjadi guru lesnya.

🔜 Next Part 🔜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!