Mengira bahwa Evan–suaminya hendak membunuhnya, Rose memilih menyerang pria tersebut. Tanpa tahu bahwa Evan berupaya melindungi Rose biarpun tahu bahwa dirinya akan meninggal di tangan istrinya sendiri.
Penyesalan selalu datang belakangan, namun hadir kesempatan untuk memperbaiki garis nasib yang mengikatnya dalam bayangan cinta dan dendam. Rose kembali mengulangi kehidupannya, satu demi satu disadarkan dengan bunga tidur misterius.
Mempraktekkan intrik dan ancaman, menemukan pesona sihir untuk memutus tali asmara yang kusut antara Rose dan Evan yang menjadi suaminya di kehidupan lama dan sekarang. Apakah ia akan berhasil membalik takbir yang telah ditentukan oleh Dewa, atau malah gagal melakukannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carolline Fenita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 - Retreat Order
Ketika pengawal bayangan berniat mengintip ke arah yang sama, ia merasakan tekanan kuat dari Tuannya. Seolah melarangnya untuk menoleh ke arah tersebut dengan kuat. Urung melihat ke arah tadi, hanya menatap netra perak tuan di hadapannya.
Pangeran Keempat tersenyum sedih, "Cari tahu obat apa yang berada di tangan istriku. Beri tahu aku efek samping dari ramuan tradisional Luoyang."
"Ini..." Pengawal bayangan memasang wajah datar, namun perasaannya berkabut. Dia tahu jelas sebesar apa cinta tuannya terhadap wanita itu. Diam diam dia mengharapkan tidak ada hal buruk yang disebabkan dari ramuan tersebut.
"Secepatnya berikan hasil penyelidikanmu padaku, setelah kau meneruskan pesan tadi," potong Edbert dan mengangkat kuas tinta.
Pangeran Keempat kembali menuliskan tambahan informasi dalam buku khususnya, dimana menyimpan berbagai hal penting dan rahasia yang ia jalani dan belum diberitahukan pada siapapun.
"Baik tuan," lanjutnya dan menghilang dalam kecepatan cahaya. Menyisakan Edbert duduk diam, di belakang wanitanya tertidur dengan lelapnya.
Wajah tanpa sapuan riasan dan perhiasan di rambutnya terlihat menawan. Kulitnya yang berwarna kuning langsat berubah menjadi sedikit putih akibat kegelapan dalam kelambu tersebut. Dadanya naik turun dengan teratur, tidak terusik sedikitpun dengan hal yang ia lakukan sedari tadi.
Pria tersebut mendekat, mengelus rambut lembut milik istrinya. Dengan kesadaran yang belum terkumpul, dia membalikkan tubuhnya membelakangi Edbert.
"Masih mengantuk," cicitnya dan kembali terlelap. Tidak menyadari suaminya sudah berjalan keluar dari kamar kerja dimana mereka melakukan peraduan bara semalam.
Menyentuh pantulan sinar matahari berwarna kekuningan, mata perak pangeran keempat bercahaya. Jika pengawal bayangannya mengatakan bahwa obat yang diberikan oleh Luoyang bereaksi buruk terhadap tubuhnya, dia hanya ingin kabur dan berpura pura tidak sadar sama sekali.
Namun hati tidak dapat dibohongi dengan mudah, membayangkan ia harus memilih antara nyawanya sendiri, atau istrinya.
"Sama saja memutus nadi hidup jika aku mencelakainya," batinnya dalam hati sebelum menuju ke istana kediaman milik pangeran kedua, saudara kekaisarannya.
Pangeran Keempat memutuskan untuk berseberangan paham dengan Pangeran Kedua. Ia merasa dirinya sendiri akan dijadikan sebagai kambing hitam sewaktu terjadi masalah besar. Ketika dia memasuki ruang kerja kakaknya, ia sedikit merasakan sesak di dadanya akibat bebauan tembakau yang dibakar.
Apakah rasanya seperti opium yang kuminum dikala penyakitku kambuh ?
"Ah, kau datang kesini. Bagaimana?" tanya Crethel dengan senyum manis. Mengamati wajah datar milik adiknya.
"Maaf, namun saya menolaknya," tegas Edbert.
Walaupun begitu, mereka sempat berdiskusi mengenai sejumlah hal. Ketika malam hari tiba, barulah Edbert mengundurkan diri dari ruangan tersebut.
Walaupun ada sedikit kepercayaan yang terjalin di antara keduanya, disayangkan sekali sesama saudara kekaisaran yang berminat duduk di singgasana harus saling menggigit.
Seekor anjing pun tidak akan membunuh anaknya, namun manusia tidak demikian.
Tepat dua hari kemudian, seluruh kabar seolah tidak berhenti sedikit pun dan memborbardirnya. Dimulai dari pengawal bayangannya yang membenarkan bahwa obat tersebut menghasilkan sejenis racun ringan jangka panjang. Semakin lama korban meminumnya, tubuhnya akan mudah mendingin dan sulit dipulihkan.
Tidak hanya itu, Pangeran Ketiga ditemukan melakukan gantung diri di kamarnya. Perjamuan yang diadakan oleh Duchess Aurora kemarin lalu menjadi persinggahan pertama dan terakhirnya.
Edbert hampir terpekur mendengarkan kabar tersebut. Mengapa seluruh hal berakhir begini? Apakah ada poin lain yang telah dilewatkannya, ataukah ini hanya pertanda dari lawannya sendiri?
Sekarang Edbert tengah menghadiri rapat kekaisaran. Di ruang singgasana, pejabat sipil dan militer berdiri dengan hormat pada dua sisi.
Kaisar Jordanio murung. Beliau mendiskusikan semua masalah, terlebih kematian salah satu putra angkatnya. Dia berkata, "Para pejabat dan menteri yang terhormat, apakah kalian masih memiliki sejumlah kabar? Jika tidak ada, lebih baik kita akhiri."
Melihat ekspresi gelap Jordanio, para pejabat dan segala manusia yang berdiri di sisinya bahkan tidak berani bernafas. Mereka tidak berani melaporkan kabar buruk dari ekspedisi putra mahkota. Namun pintu gerbang terbuka, menampakkan kedua perempuan yang masih berbaju zirah dan berbasahkan keringat masuk ke dalam. Diiringi oleh sepuluh prajurit.
Setelah penghormatan formal, Lady Anne Hathaway melangkah maju dengan cepat tetapi terkesan tenang, raut lelahnya terlihat dengan jelas.
"Apakah ada masalah di perbatasan yang hendak kalian laporkan??" tanya Jordanio dengan penuh penekanan.
iklan untuk mu
lanjut kk