"Bagaimana rasanya jatuh cinta dengan wali yang ditugaskan oleh ayah saya?"
Amara yang muda dan cantik memiliki kehidupan yang bahagia dan sempurna; ia dicintai oleh orang tuanya, sukses dalam studinya, dan telah menjadi direktur perusahaan sejak usia sembilan belas tahun.
Namun, di balik permukaan yang di irikan semua orang itu, ada sesuatu yang membuatnya sedih. Melihat pria yang dikaguminya sejak kecil menikah dengan wanita lain, Amara yang sombong hampir tidak bisa menyembunyikan rasa sakit dan kesedihan di hatinya.
Di sisi lain, Akmal yang tahu dirinya tidak boleh jatuh cinta, namun tanpa sadar dirinya terus memperhatikan Amara. Saat melihat Amara bersama pria lain, ia peduli dan cemburu...
Akankah roda takdir menuntun keduanya untuk saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aussie
Setelah melakukan perjalanan selama beberapa jam, akhirnya Amara sampai di tempat yang akan membuatnya mendapat pengalaman baru, Amara menutup matanya dan menghirup udara baru untuknya selama kurang lebih lima tahun yang akan datang.
"Welcome Ausie," Gumamnya sambil membuang napas seperti membuang penat yang selama ini bergelayut dalam dirinya.
"Nona, mari." seorang pria berpakaian serba hitam membukakan pintu mobil untuk Amara.
"Terima kasih." Amara terseyum dan masuk kedalam mobil.
Bahasa yang digunakan orang tersebut sudah menunjukan jika dia adalah orang suruhan ayah nya.
"Nama Om siapa?" Tanya Amara ketika sudah duduk di jok belakang dan mobil berjalan meninggalkan bandara.
Belum menjawab tapi ponselnya sudah berdering, Amara menghela napas saat melihat nama yang memanggilnya.
"Ya ayah." Sapa Amara dengan bibir melengkungkan senyum saat wajah ayahnya dan juga Mamanya nampak dilayar ponselnya.
"Sayang kamu sudah sampai?" Tanya Maher yang di angguki Arabella.
Amara terseyum, "Sudah ayah, bahkan sebelum aku memberi kabar ayah pasti sudah tahu bukan?" Ucap Amara dengan bibir mengerucut.
Maher tertawa di seberang sana. "Ya, Jonas tadi sudah memberi laporan, dia yang akan menjadi supir sekaligus menjaga kamu." Kata Maher.
Amara melirik pria yang sedang mengemudi di depan sana lewat kaca spion, dan pria bernama Jonas itu mengangguk.
"Terus siapa lagi yang ayah perintahkan, tidak hanya Om Jonas kan?" Tanya Amara lagi dengan tatapan memicing.
Maher tersenyum, "Untuk saat ini Om Jonas saja,"
"Amara, kamu jangan lupa makan, jangan telat nanti magh kamu kambuh sayang." Suara Arabella yang begitu lembut namun terdengar nada khawatirnya.
"Mama jangan khawatir, bukankah Mama sudah menyetel alarm untuk ku sejak tahun lalu." Ucap Amara sambil tertawa.
Arabella ikut tertawa, ia melupakan alarm yang dia pasang di ponsel putrinya itu di mana hanya untuk mengingatkan jam makan Amara agar tidak telat.
"Iya, Mama lupa sayang. Kamu baik-baik ya, kalau adik mu libur Mama akan jenguk kamu."
Amara mengangguk, mereka mengobrol sebentar dan menyudahinya setelah Amara sampai di tempat tinggalnya.
"Pak Maher sudah menyiapkan pelayan untuk Nona, kalau butuh apa-apa hubungi saya saja non." Kata Jonas sambil menarik koper Amara dan membawanya masuk kerumah pribadi yang ternyata Maher sudah menyiapkan saat Amara meminta ijin untuk pergi.
"Kenapa ayah cepat sekali menyiapkannya." Gumamnya yang ikut berjalan masuk.
Untuk seorang ayah pasti akan melakukan hal terbaik untuk sang anak, menyiapkan semua yang dibutuhkan sekecil apapun apalagi tinggal di negara orang yang jauh dari pengawasan orang tua. Maher melakukannya untuk melindungi putrinya, tidak ingin hal-hal yang tidak di inginkan terjadi yang akan membuatnya menyesal telah gagal menjadi seorang ayah.
"Bik ini nona Amara." Jonas memperkenalkan Amara pada pelayan rumah yang usianya sekitar 40an tahun.
"Selamat datang non, panggil saja bik marla." Wanita itu tersenyum.
Amara mengangguk, "Beliau TKW dari negara kita non, pak Maher-"
"Ya..yaa. aku tahu maksud Om." Potong Amara sambil berlalu.
Jonas hanya mengangguk.
"Biar saya bawakan." Pinta bik marla pada Jonas untuk membawa koper Amara.
"Ini nomor saya nona, selama di sini saya yang akan bertanggung jawab pada Nona, jadi jangan sungkan untuk menghubungi saya." Jonas memberikan nomor telponnya pada Amara yang duduk di sofa.
"Oke, Om Jonas harus standby ya. Awas kalau nggak. aku aduin ke ayah!" Amara mendelikkan matanya pada Jonas yang di sambut kekehan pria berusia 30an itu.
"Siap nona!"
Hari cepat berlalu, hari ini adalah hari pertama Amara masuk universitas.
Universitas Melbourne adalah pilihan Amara untuk belajar tentang bisnis, di mana dia adalah pemilik tunggal perusahaan Arama property.
Bekal untuknya nanti memimpin perusahaan yang ayahnya berikan saat usianya sembilan belas beberapa bulan kedepan lebih tepatnya.
"Kalau butuh apapun hubungi aku." Jonas memberikan sedikit pengalaman nya di sini sejak keduanya melakukan perjalanan berangkat tadi.
Dan Amara memilih Jonas untuk menjadi temannya dan sekarang mereka sudah menyepakati berbicara seperti biasa tanpa adanya batas atasan dan bawahan.
"Hm, Om Jonas mau ke kantor?" tanya Amara yang baru tahu ternyata Jonas orang kepercayaan ayahnya yang memegang perusahaan cabang ayahnya di sini.
"Ya, aku harus bekerja agar mendapat gaji." Jawab Jonas sambil tersenyum.
"Oh, ya sudah." Amara meninggalkan Jonas yang masih berdiri di sisi mobil.
"Semoga kamu berhasil." Katanya sebelum meninggalkan area kampus untuk ke kantor.
Amara terseyum saat beberapa orang juga tersenyum padanya, hari pertama memang seperti ini ia harus bertanya untuk sampai ke tempat tujuan.
"Hay, kamu murid baru?" Tanya seorang gadis yang tiba-tiba muncul di depan Amara. Gadis itu bertanya dengan bahasa yang tentu saja Amara mengerti.
"Ya, aku Amara dari Indonesia." Katanya sambil mengulurkan tangan.
Gadis itu meyambutnya dengan antusias.
"Mikha, senang berkenalan denganmu."
Keduanya saling berbincang dan ternyata satu kelas, Amara cukup lega saat mendapat teman dengan cepat.
Hingga obrolan keduanya teralihkan saat beberapa gerombolan orang saling berkejaran hingga Amara yang tidak sempat menghindar tertabrak salah satu dari mereka.
"Hey! can't you see people!!" maki Mikha pada pria yang menabrak Amara sampai membuatnya jatuh.
Pria itu hanya menoleh sebentar dan kembali berlari, entah apa masalahnya sampai dikejar seperti itu.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Mikha dengan kahawatir.
"It Okey." Amara terseyum tipis, meskipun pantat nya sedikit sakit karena jatuh.
"Kalau ketahuan ayah, bisa habis dia." gumamnya dalam hati.
*
*
Habis di kuliti Maher, berani melukai princessnya🤣🤣
menunggu lama ternyata dpt bekas siapa tuh
akhirnya jika org yg berjuang tk mu menyerah maka kamu sendiri yg mengalami penyesalan