Gadis cantik yang sangat periang itu tiba tiba harus mengalami nasib yang sangat tragis,dia hamil di luar nikah,dan ternyata ayah dari anaknya adalah tunangan dari sang kakak tiri.
Keinginan untuk bisa bersama dengan pria itu adalah hal yang mustahil.
Dia menggantungkan harapan agar hidupnya bisa bahagia seperti layaknya blue iris(bunga iris biru) yang melambangkan sebuah harapan, harapan bahagia dengan atau tanpa pria yang sudah merenggut sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya yaitu.... kesucian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : Hilangnya kesucian
Satu jam sebelum tragedi terjadi
"Saya mohon tuan, jangan memecat saya..." Pak Narendra terus saja memohon pada Arka, tapi seperti kata katanya tadi, dia tidak akan luluh dengan apapun, matipun di depannya dia sama sekali tidak akan peduli,sadis bukan? itulah Arka Kemal Gaozhan, saat kau melakukan kesalahan padanya,jika bukan hidupmu yang menderita maka nyawamu yang akan melayang.
Dengan satu gerakan tangan saja,Denis sudah paham apa maksud dari Arka, segera dia menyingkirkan hama yang masih setia bergelayut di kaki sang bos memohon untuk di ampuni.
"Jangan tuan Denis, jangan.. saya mohon.. "Kali ini Narendra meminta Denis untuk tidak menyeretnya keluar dari ruangan, tapi percuma saja,Denis adalah Arka, mereka seperti satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan.
Tanpa suara, Denis menyeret paksa Narendra keluar dari ruangan dan membuangnya seperti sampah.
"Barang barang di ruangan anda, akan saya kirimkan secepatnya, selamat tinggal pak Narendra dan terima kasih banyak atas dedikasi anda selama puluhan tahun mengabdi di perusahaan saya,dan silahkan tunggu proses nya, kuasa hukum Iris Company yang akan mengurusnya.Itu adalah ucapan terima kasih dari tuan Arka untuk anda." Denis membacakan pesan teks yang di kirim Arka beberapa menit lalu di hadapan Narendra yang tertunduk lesu dengan linangan air mata penyesalan.
Setelah kepergian Narendra,dengan santai Arka kembali menikmati kopi yang di siapkan untuknya.Melihat tingkah laku Arka yang sulit di baca membuat atmosfer dalam ruangan itu malah terasa semakin mencekam.
"Tanzania Peaberry,, siapa yang punya ide menyiapkan ini padaku?" tanyanya di tengah kesunyian.
"Saya tuan." Adelia berdiri dengan memasang senyum secantik mungkin.
Perasaan tenang yang dia rasakan seketika kembali menghadirkan amarah yang sempat mereda.
Praaanngggg...
Arka membuang cangkir berisi kopi begitu saja setelah mengetahui kalau Adelia lah yang menyiapkan nya.Arka tidak penasaran dari mana Adelia mengetahui semua apa yang dia suka dan tidak dia sukai, tentu saja karena selama ini Adelia sudah mengganggu kehidupan pribadinya lewat dunia maya.
Arka meninggalkan ruangan dengan aura yang tidak tertebak.Beberapa menit melangkah,badannya mulai terasa panas.
"****... " Arka mengumpat sambil memegang kepalanya.
"Dasar Wanita ular,,kelihatan nya kau ingin bermain main denganku." lanjutnya dengan wajah memerah menahan amarah.
Meski Arka hanya meminum sedikit,tapi efek obat yang Adelia campurkan ke dalam kopi, bisa membuatnya hampir menggila karena gairah bercinta yang di timbulkan obat tersebut.
Adelia yang melihat Arka keluar tentu saja mengikuti dari belakang,mengendap endap seperti seorang penguntit.Namun bukan Arka namanya kalau tidak bisa membaca situasi yang sedang dia hadapi saat ini.
Dia mengambil langkah lebar agar Adelia tidak bisa mengikuti nya lagi,dan berhasil.Untung saja,saat tiba tadi Arka lebih memilih kamar biasa meskipun terlihat masing sangat mewah ketimbang president suite yang biasa dia tempati saat menginap di salah satu hotelnya, jadi Adelia tidak akan menemukan keberadaan nya.
Kepala Arka bertambah sakit saat dia baru saja menutup pintu kamar.Di pikirannya saat ini adalah, dia harus masuk ke kamar mandi, menyiram tubuhnya dengan air dingin agar hasrat bercinta yang ada dalam otak nya berangsur angsur menghilang.
Namun begitu menutup pintu dan akan membuka jasnya, Arka di kagetkan dengan seorang wanita yang berada di dalam kamarnya, dan yang lebih mengejutkan adalah penampilan wanita itu yang membuat matanya tidak bisa berkedip.
"Siapa kamu!!"Arka mengurungkan niat membuka jasnya dan mendekati wanita tadi.
Elnara menoleh ke arah suara yang tentu saja pertanyaan itu di tujukan untuknya.Bukan menjawab dia terlihat lebih sibuk menatap bajunya yang tergeletak di lantai,dia hanya menunjuk tshirt nya yang teronggok di sana.Mau mengambil tapi tidak bisa,berdiri saja kepalanya terasa pusing apalagi jika harus menunduk meraih kaosnya itu. Arka terus melangkah mendekati Elna,sebagai gerakan perlindungan,Elnara merangkul bagian atas tubuhnya yang hanya mengenakan bra berwarna hitam.
" A.. anda siapa tuan? "Elna tergagap, menatap pria berjas itu dengan kesadaran yang hampir hilang.
Arka kini berjarak kurang lebih satu meter di depan nya,dan dia bisa mencium bau alkohol dari mulut Elna.
" Ini kamarku,, apa yang kau lakukan di sini!! "Arka marah, tapi dia tidak bisa menutupi gemuruh dalam dadanya,mata hazel itu tidak bisa berpaling dari silaunya berlian yang entah datang dari mana.
Dengan susah payah,Arka menelan ludahnya,tujuh belas tahun, perkiraan umur gadis itu dalam otaknya,masih sangat muda dan ranum.Bibir tipis, hidung mancung,alis tebal,kulit putih dan tubuh yang tinggi,sungguh rezeki yang tak terduga bukan?di saat dirinya menginginkan seseorang untuk membantu melepaskan hasrat yang saat ini hampir meledak, tiba tiba hadiah itu sudah berada di depan mata.
" Oh... maaf tuan,aku akan segera keluar."Elna perlahan menunduk,berusaha meraih pakaiannya namun tiba tiba dia terhuyung, untung saja Arka sigap menangkap tubuhnya yang hampir saja terjatuh mencium lantai.
Beberapa saat Elnara terdiam, namun itu tidak berlangsung lama.dengan kasar dia melepas cengkeraman tangan Arka di lengannya.
"Le.. lepas tuan,,, "
Elna berhasil melepaskan genggaman Arka,dia mencoba memakai bajunya namun itu sulit sekali dia lakukan.
"Ini kenapa sih,, lubang nya mana lagi.. " Dia membolak balik kaos berusaha untuk memakainya, namun tidak berhasil, Arka yang memperhatikan gerak gerik Elnara tersenyum,lucu juga melihat gadis belia yang sedang di bawah pengaruh alkohol itu.
"Tuan..." panggil Elnara sambil menyerahkan bajunya pada Arka."Tolong pakaikan.. "
Arka menatap Elna,cukup lama, sampai Elna kembali berkicau dan menyuruh Arka lagi, tapi kali ini dengan gaya yang sangat menggemaskan.
"Berani sekali kau menyuruhku!!"ujar Arka,namun perkataan nya itu hanya di anggap angin lalu oleh Elna.
Elna mendekati Arka,masih dengan tshirt putih di tangan kanannya.
"Apa kau tidak mendengarku!?cepatlah!! "Desak Elna.
Gairah Arka meningkat sempurna melihat wajah Elna yang sangat dekat dengannya."Oh Tuhan dia sangat cantik."Batin Arka.
Elna tidak berhenti di situ, kini dia lebih berani menarik jas Arka agar mau mendengarkan permintaan nya.
Mata hazel itu tidak berkedip menatap bibir Elna yang terus saja berceloteh,memohon agar Arka mau membantunya.
Kesabaran Arka habis,dia mencengkeram kuat lengan Elna, menatap nya dengan penuh gairah dan...
"Cuuppp." Arka mengecup bibir indah Elna.Karena terkejut refleks Elna mundur satu langkah,di sisa kesadaran nya yang semakin menipis, dia masih sempat memegang bibirnya.
"Apa ini??Apa yang kau lakukan padaku tuan?? " Elna bingung,itu terlihat dari mimik wajahnya yang justru membuat Arka semakin bersemangat.
Arka memegang tengkuk Elna agar gadis cantik itu tidak bisa bergerak, kemudian membenamkan bibir nya kembali, kali ini dia lakukan sedikit lebih agresif membuat Elna kewalahan.
"Mmmmm... mmmm... "Elna meronta,bagaimana tidak, dia tidak bisa bernapas gara gara ciuman Arka yang sangat brutal sampai tangannya harus memukul dada bidang pria itu.
Arka tau, kalau lawannya masih amatir dan mau tidak mau Arka melepas ciuman memabukkan itu.
Hening.. hanya suara nafas Elna yang memburu karena hampir kehabisan nafas.
"Inikah yang di namakan berciuman?" Elna bermonolog kemudian melanjutkan lagi."Menurut temanku berciuman itu enak, tapi kenapa rasanya aku mau mati?"Dia mendengus dan tanpa dia sadari,Arka memperhatikan semua tingkah Elna.
"Ahhh.. sudahlah, aku sebaiknya pulang." Elna berjalan gontai menjauh dari tempat Arka berdiri sambil memegang bibirnya yang terasa kebas, namun belum sempat dia memegang gagang pintu,Arka sudah lebih dulu berdiri di depannya.
"Aku heran,di usiamu yang sekarang, kamu sudah berani menyentuh alkohol,apa itu kebiasaanmu?dan apa kau mencoba bercanda denganku?Setelah menggodaku,kau ingin melarikan diri?Dan satu lagi,kau ingin keluar tanpa mengenakan pakaian?"
Elna tidak menjawab pertanyaan Arka,kepalanya kini terasa sakit sekali.
"Bisa aku meminjam tempat tidurmu? aku sangat mengantuk."ujarnya sambil melangkah ke arah tempat tidur besar di depannya.Pertanyaan pertanyaan Arka tak satupun yang dia jawab.
" Tunggu.....!! "Teriak Arka.
"Apa lagi??aku sangat mengantuk tuan.." ujar Elna.
Arka menarik tubuh Elna."Apa benar kau tidak pernah berciuman sama sekali?"tanya Arka semakin penasaran.
"Kenapa dari tadi pertanyaan mu itu itu terus?Ya..... aku memang belum pernah berciuman...PUAS.....hiks.. hiks.. hiks.. jangankan berciuman, merasakan bagaimana itu jatuh cinta dan punya pacar saja tidak pernah,,,dan kau..jangan mengejekku...!! " Berang Elna sambil menunjuk wajah Arka.
"Berani sekali kau menunjuk wajahku...sekedar kau tau, orang pertama yang menunjukku dengan kasar seperti ini adalah dirimu... " Tutur Arka, dia tidak marah sama sekali, entah kenapa melihat wajah ayu Elna membuatnya merasa tenang.
"Lagian kenapa kau menangis?Apa karena harapan mu tentang ciuman itu di luar ekspektasi?Mau aku ajarkan cara yang tepat?"Tanpa mendengar jawaban Elna, Arka ******* bibir indah itu.
Kali ini dengan lembut, tidak semaniak tadi,dan dari perlakuan Arka itu, Elna bisa menikmatinya.
Ciuman yang awalnya cuma coba coba akhirnya membangkitkan gairah Arka, dirinya yang memang sudah di beri obat oleh Adelia kini tidak mampu menahan diri.
Bagi Elna jelas tidak bisa menghindari apa yang akan terjadi selanjutnya, pengaruh minuman dengan kadar alkohol yang cukup tinggi di tambah obat perangsang tentu saja membuatnya tidak bisa menyadari lingkungan sekitar.
Dia melakukan semua di luar kesadarannya, berbeda dengan Arka, sebenarnya dia bisa menghindari semua itu, namun nalurinya sebagai pria dewasa yang butuh penyaluran hasrat seksual seakan menutupi akal sehatnya, dia tau apa yang akan dia lakukan saat ini adalah dosa besar tapi magnet yang di miliki Elna sungguh membuatnya tidak bisa berbuat apa apa.
"Aku membuat kesalahan besar, maafkan aku Anne... "
...****************...
kek gak ada yg lain aja
kek g ada orang lain aja gitu.
kek dah habis aja stok cewek cowok