Dapat melihat mahluk tak kasat mata, bukannlah impian dari semua orang. Begitu juga dengan seorang pemuda. Akibat menolong seseorang, pemuda itu harus mengalami musibah yang menyebabkan cerita hidupnya berubah seketika. Mendadak bisa melihat hantu, pemuda tersebut mengalami perjalanan hidup yang tidak biasa. Perjalanan hidup seperti apakah yang dialaminya?
**** ******. Bijak dalam memilih bacaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Kerja
“Zil, bangun! Zil!” salah satu teman yang menjaga pemuda yang sedang terluka di bagian keningnya, mencoba membangunkan pemuda itu. Tidak butuh waktu lama, pemuda yang kerap dipanggil dengan nama Ozil langsung terbangun dengan raut wajah terlihat kaget. Saat mata pemuda itu terbuka, dia sedikit memekik dengan mata yang melebar serta langsung memperhatikan ke area sekitar.
“Kamu nyari apa, Zil? Kok kayak ketakutan gitu?” teman tadi membangunkan Ozil dari tidurnya merasa heran dengan sikap pemuda yang sedang terluka dibagian kepalanya itu.
“Mana cewek itu?” ucap Ozil dan seketika membuat kening dua sahabatnya berkerut.
"Cewe?" Ozil langsung mengangguk cepat. “Kamu mimpi? Mana ada cewek disini, Zil?” temannya yang akrab dipanggil Surya melontarkan pertanyaan dengan wajah yang terlihat sangat heran.
“Jangan jangan luka kepala Ozil makin parah, Sur?” tanya Cipto agak berbisik tapi masih bisa didengarkan oleh pemuda yang sedang terluka itu.
“Kalian tidak percaya?” tanya Ozil dengan wajah terlihat kesal. “Semalam pas aku sadar, aku tuh lihat cewek berdiri di situ,” terang Ozil sambil menunjuk ke arah jendela. “Lalu tiba tiba dia pindah duduk di kursi ini saat kalian pamit tidur. Setelah itu aku tidak ingat apa apa lagi.”
Surya dan Cipto kembali saling pandang. “Dah lah, jangan bikin merinding. Anggap aja rejeki kamu semalam,” ucap Surya yang tidak mau memperpanjang perkara. “Kita mau pulang dulu, kamu nggak apa apa ditinggal sendirian? Soalnya kita harus kerja.”
“Ya nggak apa apa. Nanti kalau dokter bilang lukaku nggak ada masalah, ya aku mau minta balik aja,” balas Ozil. Di saat itu juga ketiga pemuda itu dikejutkan dengan suara ketukan pintu lalu salah satu dari mereka mempersilakan untuk masuk.
“Apa saya mengganggu?” seorang pria melongok dari pintu kamar ruangan yang digunakan untuk merawat Ozil.
“Masuk aja, Mas. Nggak ganggu kok,” balas Cipto dengan ramah. “Dia suaminya wanita yang semalam kamu tolong,” lanjut Cipto memberi tahu kepada Ozil.
“Oh gitu?” Ozil nampak terkejut lalu tak lama setelahnya dia langsung tersenyum sambil manggut manggut.
Pria itu lantas tersenyum dan beranjak masuk, mendekat ke arah brangkar Ozil. “Gimana keadaannya, Mas? Apa luka di kepalanya sangat parah?”
“Kata Suster sih semalam nggak terlalu parah, tapi kita nunggu kata dokter aja nanti hasilnya gimana, biar lebih pasti,” Surya yang menjawabnya.
“Oh gitu? Ya semoga tidak parah ya, Mas?” ucap pria itu menatap pemuda yang menolong istrinya.
Ozil lantas langsung mengangguk. “Gimana keadaan istrinya, Mas? Apakah dia baik baik saja?”
“Ya, dia baik baik saja. Beruntung semalam ada kamu, Mas. Kalau nggak, entah bagaimana nasib saya dan anak anak nantinya. Mana anak aku ada yang masih bayi lagi,” jawab pria itu terlihat sangat lega dan bersyukur.
“Lah terus tiga orang itu gimana? Ketangkap apa nggak?”
“Ya kabur, Zil,” jawab Surya. “Tapi dengar dengar, mereka memang sindikat begal gitu.”
“Ya ampun, kok ngeri banget!”
Obrolan diantara empat pria itupun terus berlangsung, hingga beberapa menit kemudian dengan sangat terpaksa, dua teman Ozil memilih pulang karena harus berangkat kerja. Beruntung pria yang istrinya ditolong Ozil mau menjaga Ozil juga, sekaligus menjaga istrinya yang dirawat di ruang sebelah.
“Di kota ini, kamu kerja dimana, Zil?” tanya pria itu setelah mereka saling berkenalan. Karena pria beristri itu usianya lebih tua, jadi dia cukup memanggil Ozil dengan nama aja. Nama pria itu sendiri adalah Ari.
“Masih nganggur, Mas, baru aja aku satu minggu di kota ini,” jawab Ozil dengan jujur dan agak malu.
“Loh, masih nganggur?” Ari nampak terkejut. Dengan rasa malu, Ozil mengangguk. “Emang kamu sekolah lulusan apa?”
“Cuma lulusan sekolah menengah pertama, Mas, maklum, anak kampung, terkendala biaya, hehehe … “
Ari nampak manggut manggut. “Kerja di kantorku mau?”
“Hah! Kerja apa, Mas?”
“Ya untuk saat ini sih yang ada hanya lowongan Ob. Kantorku cuma kantor kecil kok. Kebetulan Ob di kantorku baru saja keluar tiga hari yang lalu, gimana?”
Tanpa pikir panjang tentu saja Ozil menerima tawaran dari pria itu. Tidak masalah walau hanya seorang ob, yang penting bagi Ozil, dia bisa mendapatkan pekerjaan dan tidak terlunta lunta lagi.
...@@@@@@...