Nia terpaksa menikah dengan Abizar untuk balas Budi. Karena suatu alasan Nia harus merahasiakan pernikahannya termasuk keluarganya. Orang tua Nia ingin menjodohkan Nia dengan Marcelino. Anak dari teman papanya.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Abizar dan Nia ? Siapakah yang akan di pilih oleh Nia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Cukup Dengan Terimakasih
Selain ponsel, Abizar juga menemukan sebuah sling bag wanita. Abizar yakin ini milik wanita yang ditolongnya kemarin malam. Abizar akan mengembalikan tas itu kepada pemiliknya.
Malam menjelang. Abizar sudah bersiap untuk keluar pergi makan malam. Abizar tidak pernah memasak makanan sendiri karena memang dia tidak bisa memasak. Jika sedang malas untuk keluar, Abizar akan memesan makanan dengan ponselnya.
Abizar mulai menjalankan mobilnya, ia akan mampir sebentar ke rumah Nia untuk mengembalikan tas wanita itu yang ditemukannya tadi.
Kini Abizar sedang berdiri di depan rumah Nia. Abizar mengetuk pintu beberapa kali untuk memastikan apakah ada orang di dalam rumah.
Clek
Pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita yang sepertinya baru selesai mandi, terlihat di kepalanya masih terlilit handuk.
"Maaf, lama." ucap Nia sambil tersenyum melihat pria di depannya.
Abizar terdiam sejenak menatap tak berkedip wanita yang baru saja keluar.
Cantik !
Benarkah wanita ini yang ditolongnya kemarin ?Semalam Abizar tidak benar-benar melihat wajahnya, karena keadaan wanita itu sangat tidak pantas untuk dilihat oleh mata lelakinya.
"Oh, ya. Aku akan mengambilkan baju mu sebentar. Sudah dicuci." Nia memutar badannya untuk masuk kembali kedalam rumah.
"Tunggu ! Tidak perlu. Aku hanya ingin mengantarkan ini." Abizar memberikan tas di tangannya kepada Nia. Abizar sangat yakin tas itu milik Nia, karena tak ada satu orang perempuan pun yang pernah menaiki mobil Abizar selain Nia.
"Ah, syukurlah." Wajah Nia tampak berbinar menerima tas dari tangan Abizar.
"Aku pikir sudah hilang." Nia membuka tas itu untuk memastikan isi didalamnya. Dompet, ponsel, uang semuanya masih utuh. Abizar hanya memperhatikan apa yang dilakukan oleh Nia.
"Terimakasih sekali lagi. Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Kau begitu banyak membantuku." Nia berterimakasih dengan tulus, terlihat dari sinar matanya ketika menatap Abizar.
"Tidak cukup hanya dengan Terimakasih." ucap Abizar tiba-tiba yang membuat Nia terkejut. Tapi sesaat kemudian Nia kembali tersenyum.
"Baiklah, aku akan mentraktirmu makan. Apa kau sudah makan malam ?" tanya Nia.
"Kebetulan sekali, aku baru saja ingin pergi makan malam." kata Abizar menutupi canggung karena sepertinya dia sudah salah bicara. Entah mengapa mulutnya tiba-tiba berkata seperti itu. Padahal Abizar melakukan semuanya dengan ikhlas tanpa meminta imbalan apapun. Sekalipun itu bukan Nia atau bahkan seorang laki-laki pun Abizar pasti akan melakukan hal yang sama, menolong atas dasar kemanusiaan.
"Apa kau setiap hari makan di luar ?" tanya Nia memecah keheningan diantara mereka. Saat ini Abizar dan Nia sedang berada di dalam mobil.
Abizar mengalihkan pandangannya dari jalan dan melihat wajah Nia yang saat ini juga sedang melihat kearahnya.
"Hmm, ya. Aku tinggal sendiri dan tidak bisa masak." Jawab Abizar sambil kembali fokus menatap jalanan.
"Pantas saja di rumahmu tidak ada bahan makanan, selain susu dan roti." ucap Nia teringat tadi pagi saat dia ingin membuatkan sarapan untuk pria yang sudah menolongnya.
"Oh, ya, dari tadi kita belum berkenalan. Namaku Kurnia panggil saja Nia." ujarnya sambil mengulurkan tangan kepada Abizar.
"Abizar" balas Abizar sambil bersalaman dengan Nia. Obrolan mereka pun berlanjut sampai mobil yang dikendarai oleh Abizar berhenti di sebuah restoran.
Saat Abizar baru saja mematikan mesin mobil, tiba-tiba ponselnya berdering. Dilihatnya ternyata nomor ibunya.
"Ibuku menelpon." kata Abizar sambil melihat Nia dan Abizar pun langsung menjawab panggilan itu.
"Halo, Bu." jawab Abizar.