NovelToon NovelToon
Bilik Penyesalan

Bilik Penyesalan

Status: tamat
Genre:Romantis / Patahhati / Tamat
Popularitas:22.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Lemari Kertas

Akankah cinta memudar seperti kehormatan yang telah hilang?

Seruni, nama yang singkat, sesingkat pemikirannya tentang cinta ketika usianya baru saja menginjak tujuh belas tahun saat itu. Atas kekagumannya pada sosok gagah, pemuda yang digandrungi semua gadis desa pada masa itu, Seruni rela melepas keperawanannya kepada lelaki itu di sebuah bilik bambu tak berpenghuni.

Ajun Komisaris Polisi Seno Ari Bimantara, lelaki dengan segudang prestasi di ranah kepolisian, tercengang ketika pada hari dia kembali bekerja setelah lamaran dengan kekasihnya, menemukan laporan dua orang wanita malam yang berkelahi dengan satu korban bocor di kepala. Ia tercekat pada satu nama dan satu wajah dalam laporan itu: Seruni.

Gadis polos yang ia ambil kesuciannya bertahun-tahun lalu di balik bilik bambu kini kembali secara tak sengaja ke dalam hidupnya dengan realita kehidupan mereka yang kontras. Namun, pada pertemuan kedua setelah bertahun-tahun yang lalu itu, hanya ada kebencian dalam nyalang mata seruni ketika memandangnya.

Bima, Seruni dan Atikah, terlibat sebuah hubungan rumit yang akhirnya mengantarka mereka pada romansa berantakan berujung dendam! Mampukah Bima meredam kebencian Seruni pada sepenggal kisah mereka yang tertinggal di balik bilik penyesalan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Mau Pulang

Sudah satu minggu semenjak kejadian Seruni menghantam kepala Tobi dengan vas bunga hingga kepala lelaki itu jadi bocor. Ia kini menjadi pelayan, mengantar minuman ke pelanggan di warung remang-remang. Di sana, dia tinggal di tempat yang sudah disediakan mak Ute, sebutan mucikari yang sudah memiliki tempat itu selama lima tahun belakangan.

"Tak sekolah kau, Run?" tanya mak Ute sambil melepas roll rambutnya hingga rambutnya yang tadi lurus bak sapu lidi sekarang sudah kriwil-kriwil.

"Libur, Mak."

"Libur apa meliburkan diri?" tanya mak Ute tajam.

"Sumpah, Mak, libur. Besok baru masuk, hari ini guru ada rapat untuk membicarakan tentang ujian sekolah."

Mak Ute menarik nafas lega. Dia sayang Runi seperti puteri sendiri, mengingatkannya pada puterinya yang mati tenggelam di laut tiga tahun yang lalu. Saat Runi datang dengan pakaian lusuh, meminta pekerjaan kepadanya, mak Ute langsung berkenan menjadikannya pelayan yang mengantar minum ke para tamu.

"Ibumu mencari sampai ke sini kemarin, tapi kau sekolah jadi tak bisalah kalian bertemu."

"Aku tak butuh lagi mereka, Mak. Aku bisa membiayai sisa sekolahku selama bekerja pada Mak."

"Ya kau katakanlah kepadanya kelak kalau datang lagi. Aku malas meladeni ibumu yang cerewet itu."

Seruni mengangguk seraya terus membersihkan meja dari puntung rokok. Malam ini pasti ramai, malam minggu malam senin selalu jadi ladang uang bagi mak Ute. Para pekerja malam mak Ute tinggal di setiap bilik di belakang warung remang-remang itu. Mereka cantik-cantik, terpaksa menjajakan tubuh karena alasan klasik: Kesulitan ekonomi.

"Mak, kalau mau ke Jakarta, apa Mak punya kenalan?" tanya Runi membuat mak Ute mendekat kepadanya.

"Mau ngapain kau ke Jakarta, Run? Jakarta itu keras, perempuan yang tak punya skill selain bergoyang di atas kasur hanya akan menjadi pel*cur. Sama saja dengan di sini."

"Siapa tahu nanti selepas lulus, aku bisa mencari pekerjaan di sana, Mak. Apa salahnya mencoba."

"Nantilah, aku coba kontek-kontek temanku di sana. Kalau ada, nanti bisalah kau meluncur ke Jakarta."

Seruni menyunggingkan senyum perlahan, ia sekarang sudah menata meja dengan taplak meja baru yang kemarin dicucinya.

"Rajin kali kau, bah! Seumur-umur hanya kau yang mau mencuci taplak-taplak meja ini."

"Selagi masih bisa dipakai, ya dipakai, Mak. Mubazir membuang sesuatu yang masih berguna."

"Ya, suka-suka kaulah. Tuh, berhentilah dulu, ada ibumu menuju kemari."

Mak Ute menunjuk ibu Seruni yang sudah mendekat. Seruni melirik malas tapi ia tetap melangkah keluar. Mak Ute mengawasi sambil menyulut rokok.

"Ada apa, Bu?" tanya Seruni mencoba untuk tetap sopan.

"Pulang kau, Run. Tak ada yang bantu ibu bekerja di rumah kalau kau tak pulang."

"Maaf, Bu, lupakan saja. Aku sudah sangat nyaman di sini. Lagipula, di rumah Ibu hanya akan membuat aku menjadi bulan-bulanan suami ibu, juga Tobi, kakak tiri keparat itu. Sekarang aku bisa biayai kehidupanku sendiri. Makan tak perlu takut-takut lagi karena selalu kau pelototi, tidur pun nyenyak tak takut bakal diperkosa anak tirimu."

Ibu Seruni memandangnya dengan pandangan tak percaya. Seruni juga bingung mengapa kini mulutnya mudah sekali mengucapkan kata-kata kasar. Semenjak ia kecewa pada Bima, semenjak itu pula, Seruni dendam pada semua yang telah menyakitinya.

"Kau benar-benar anak durhaka!" desis ibu lalu balik badan. Seruni memandang punggung ibunya sambil memejamkan mata dan menarik nafas panjang lalu kembali lagi ke dalam warung remang-remang.

"Benar kau tak mau pulang lagi, Run?" tanya mak Ute.

"Tidak, Mak. Di sini lebih baik, bersama Mak dan mbak-mbak yang lain."

"Ya, suka-suka kau lah, Run." Mak Ute berlalu dan terdengar bunyi panci yang dipentung dari arah belakang. Mak Ute pasti sedang membangunkan para pekerjanya yang kelelahan melayani pelanggan semalam.

"Ya ampun, Mak, baru pun aku tidur! Belum ada tiga jam!" Terdengar suara perempuan merutuk. Seruni tertawa mendengarnya. Ia kini mulai akrab dengan kehidupan orang-orang penghuni warung remang-remang milik mak Ute. Meski tempat ini tempat haram kata orang kebanyakan, tapi Seruni justru merasa aman. Dia sendiri tidak tahu akan sampai kapan terus berada di sana.

Ketika malam tiba, pemandangan para perempuan seksi yang berlenggak lenggok melayani para pelanggan jadi hal yang biasa. Mak Ute sendiri menjaga Seruni untuk tetap tak jauh darinya sebab ia paham, banyak lelaki nakal yang kadang meminta Seruni untuk menemani.

"Dia cuma pelayan di sini, bukan pela*ur!" Begitu perlindungan yang diberikan mak Ute setiap ada yang menanyakan tentang Seruni kepadanya.

Dan malam ini, mak Ute melihat Seruni termenung sambil menatap sebuah jam tangan yang tergenggam di tangannya lalu tak sengaja ia melihat Seruni menekan dadanya, seolah sesaknya sampai ke hati mak Ute sendiri. Mak Ute paham, ada rahasia besar dalam hidup Seruni yang sekarang rapi tersimpan dalam memorinya.

1
munawarni ate77
kok aku mewek ya
Yuli Ani
Kok gak dapat ka, judull nya
Din Raga
Luar biasa
Litel Girl
ini dimana kak ?
aq cari disini gak nemu 🤭
Catur Rini
seruni goblok, sdh diragukan kok mah memaafkan
Rosidahnamaku
hebat thor
epi juliana
setuju seruni
imoe nawar
👍👍
Murni Aneka
Luar biasa
Rosdiana Azwar
sumpah habis bawang merah d dapur 😭😭😭 thorrr emang kren
Rosdiana Azwar
Luar biasa
Sustika Ekawati
cusss meluncur🏃🏃💃💃
Falach Abdillah: ini dimna kak
total 1 replies
Asa Asa
nah begitu laki" harus gentle
Asa Asa
keren thorr yg nama nya hewan rayap gk ada ya,, masih utuh bilik bambu ny😁
ayu cantik
suka
Asa Asa
lanjut lagi baca nya
Dek Raraaa
kakkk . hadirr ✌️✌️
Trisna
waduh anak perempuan di biarkan pergi begitu saja tanpa tahu keberadaanya
padahal holang kaya
Trisna
kapan seruni memberitahukan kepada bima bahwa Bayu kekasih Laras itu adalah laki-laki hidung belang
Trisna
itu pasti kamera pengintai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!