JUARA 2 KONTES BERTEMA BERBAGI CINTA
NOTE : Ide kisah ini berdasar pengalaman author sendiri yang dikembangkan sebagus mungkin.
Season 1 :
Perjuangan seorang wanita cantik bernama Sena yang berusaha menggapai cinta sang suami, Regan Anggara. Regan merupakan mantan dosen killernya yang harus menikah dengannya akibat perjodohan. Sudah 2 tahun hubungan pernikahan mereka namun Sena tak membuahkan hasil untuk mengambil hati dari sang suami, namun alangkah terkejutnya saat Sena memergoki sang suami yang tengah mesum dengan rekan kerjanya. Hati Sena mendadak sakit, pantas saja selama ini tak mau menyentuhnya, rupanya Regan sudah mempunyai wanita lain dan mengaku sudah menikah sirih dengan Maya dan kini tengah mengandung anak dari Regan. Parahnya, orang tua Regan yang selama ini baik dengan Sena ikut menyembunyikan rahasia itu.
Dan jangan lupakan Devan! Pria duda yang selalu ada untuk Sena bahkan siap menjadi suami baru untuk Sena.
Season 2 :
Ketika semuanya tak bisa ia gapai. Dia hanya bisa berusaha untuk tegar. Lika-liku kehidupan ini membuatnya menjadi sangat kuat.
Sena dan Devan berjuang keras untuk mendapatkan momongan.
Namun...... semuanya tak semudah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : Regan, pria jahat
Sinar mentari menembus sela-sela kaca kamar milik Sena, ia menguap dan mengusap matanya yang tersorot silau dari cahaya itu. Samar-samar terdengar suara obrolan hati yang begitu hangat. Rupa-rupanya jika
itu adalah Regan dan Maya.
Sial!
Kenapa pagi-pagi sudah membuat hatiku panas? Apa mereka memang sengaja?
Sena beranjak ke kamar mandi dan mandi secepat kilat, dia mengucir rambut keritingnya setinggi mungkin supaya tidak basah terkena air. Dia lalu berkaca pada cermin, ia sadar jika sering meremehkan penampilan. Sena jarang merawat kulitnya dan rambut keritingnya juga jarang di
sisir. Bukannya Sena tak pandai merawat diri, dia sudah merasa jika
penampilannya dibenahipun tetap sama saja.
Huh...
Otak... Aku sadar jika jelek makanya Kak Re tidak melirikku sama sekali.
Please ... jangan berpikiran jika aku jelek lagi! Aku sadar jika aku JELEK.
Setelah bertengkar dengan pikirannya, Sena segera bersiap untuk berangkat bekerja. Kali ini dia sedikit berdandan dan mengenakan lipstick yang merah merona. Rambutnya yang panjang nan keriting, ia ikat separuhnya saja. Setelah selesai, Sena segera keluar dari kamar. Matanya lalu melihat jika Maya sedang membenarkan kerah baju Regan.
“Sena, aku sudah masak. Sarapan dulu gih!” ucap Maya yang melirik Sena sekilas.
Sena tak menggubris, dia menuju ke garasi dan mengeluarkan motornya. Regan mendekatinya, sorot matanya seolah memandang dandanan Sena yang berbeda dari biasanya.
“Ada apa? Aku cantik? Baru nyadar? Hah?” tanya Sena merasa berbangga diri. Sepertinya Regan mulai meliriknya saat dia sudah memulai
berdandan.
Regan hanya diam, ekspresi wajah Regan memang tak mampu terbaca oleh Sena. Pria itu sangat misterius dan tidak mudah ditebak.
“Minggir! Aku mau mengeluarkan motor. Jika terpesona bilang saja! Tidak usah sok cool begitu.”
Sena mendorong motornya menuju ke luar, namun sayangnya tangan Regan tiba-tiba mengambl sesuatu dari wajahnya. Bulu mata palsu, bulu
mata palsu tertempel di pipinya. Betapa malunya Sena di depan Regan. Sena merebutnya dan segera menaiki motor untuk menutupi rasa malunya.
Arghhh... apa sih? Setiap hari pasti terjadi hal yang memalukan di depannya.
Regan menatap datar pada istri pertamanya itu sambil tangannya masuk ke saku celananya. Setelah itu dia masuk untuk menemui istri
keduanya, istri yang benar-benar dia cintai.
**
Pukul 5 sore, Sena sudah keluar dari perusahaan tempat dirinya bekerja. Dia mengendarai motor dengan santai lalu menikmati kemacetan ini. Matanya melihat kaca spion, ia bisa melihat wajahnya begitu
kusam karena bekerja sedari pagi. Sambil memainkan gas dan matanya terus melihat sisi jalan, ia melihat salon kecantikan yang direkomendasikan oleh
teman-teman kantornya.
Ah... ke salon pun tetap burik.
3 menit kemudian.
Sena sudah memarkirkan motor di depan salon itu. Dia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan.
“Niatku di sini hanya meluruskan rambut saja supaya mudah di sisir dan tentunya membuat Kak Regan menyesali karena sudah
menyia-nyiakanku.”
Sena masuk ke salon tersebut, dia mendapat sambutan hangat dari pegawai. Sena duduk dan melihat kaca di depannya.
“Yakin hanya ingin diluruskan saja, Kak? Tidak sekalian di warnai biar lebih fresh?” tanya si pegawai.
“Warnai?”
Di perusahaan juga memperbolehkan untuk menyemir rambut. Mungkin tak masalah jika ku cat rambut.
“Dengan semir rambut sekalian, Kak. Tapi jangan yang terlalu cerah, aku ingin coklat semu saja, jadi jika di dalam ruangan masih terlihat hitam.”
Pegawai itu mengiyakan, mereka segera meluruskan rambut milik Sena yang begitu ikal. Sena sedari tadi memandangi wajahnya yang tanpa semangat. Memori kemesraan Regan dan Maya terus saja tergambar jelas diingatannya. Apa yang dilakukan oleh Regan memang membuatnya sakit hati. Baru pertama kali ini dia datang ke salon, ia yang memang sudah lelah langsung tertidur.
Pukul setengah sembilan malam. Sena dibangunkan oleh pegawai salon. Dia menatap cermin membuatnya sangat syok, pasalnya dia tak mengenali dirinya sendiri.
“Itu aku?” tanya Sena.
“Benar, jadi cantik dan fresh.”
“Tunggu dulu! Kenapa rambutku jadi sangat panjang?” tanya Sena sambil memegangi rambutnya.
“Rambut kakak keriting nan sudah panjang dan jika diluruskan maka akan menjadi bertambah panjang.”
Sena berdiri, tubuhnya memutar untuk melihat rambut indahnya. Memang benar jika rambut akan mempengaruhi penampilan seseorang.
Setelah puas akan hasilnya, Sena lekas membayar dengan kartu debit pemberian Regan. Baru kali ini dia menggunakan kartu itu untuk keperluan pribadinya.
Sena melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 9 kurang 15 menit, rasanya enggan sekali untuk pulang ke rumah. Dia pasti disuguhkan pemandangan suami beserta istri keduanya. Setelah dari salon, Sena
memutuskan untuk mampir ke rumah orang tua Regan. Walau hubungannya dengan Regan begitu renggang namun tak membuat Sena dan mertuanya juga renggang.
Mertuanya sangat baik namun Sena sedikit kecewa dengan mereka yang tidak jujur dengan pernikahan Regan dan Maya.
Sesampainya di rumah mertuanya.
Intan dan Bram yaitu orang tua Regan menyambut baik kedatangan menantunya. Intan juga memuji dengan penampilan baru Sena.
“Nana, kok sendiri? Regan mana?” tanya Intan menyuruh menantunya untuk duduk.
“Mama, Papa, kenapa kalian ikut menyembunyikan pernikahan Kak Regan dengan Kak Maya?” Sena berusaha untuk tegar dan menahan
badannya yang sudah bergetar.
Intan dan Bram saling berpandangan. Pada akhirnya rahasia itu akan terbongkar juga setelah sekian lama tertutupi.
“Kenapa kalian sangat jahat?” Isakan Sena sudah terdengar.
Intan menggenggam tangannya dan meminta maaf pada Sena. Sebagai seorang perempuan memang dirinya sangat bersalah.
“Kalian yang memaksaku untuk menikah dengan Kak Regan tapi...”
“Bisakah kamu jangan menyalahkan orang tuaku?” Suara pria yang tak asing terdengar ditelinga mereka.
Regan sudah berdiri di depan pintu rumah orang tuanya. Sekilas Regan menatap rambut baru Sena. Lagi-lagi ekspresi tak terbaca yang ada di wajahnya. Sena meneteskan air mata tatkala melihat Regan menggenggam tangan Maya begitu erat. Hati Sena sangat nyeri, dia menepuk-nepuk
dadanya.
“Sakit...” lirihnya.
Sorot dingin Regan seolah menusuknya begitu tajam, tak ada kata kasian di mata pria dingin itu.
“Nana, maafkan, Regan! Kami memang yang salah telah memaksa kalian untuk menikah dan kali ini kami sebagai orang tua tidak ingin ikut campur dengan rumah tangga kalian. Biarkan Regan yang menentukan sendiri,” ucap Bram.
Sena mencoba untuk kuat walau kenyataannya sangat pahit. Tidak ada yang membelanya sama sekali atas perbuatan Regan.
“Maya sedang mengandung anakku, itulah sebabnya kami harus menikah dan bahkan aku tidak perlu izin menikah lagi padamu,” ucap Regan.
DEG!!!
Mengandung anak Regan? Semua ini membuat Sena semakin sedih, ia sudah tak bisa berkata-kata lagi bahkan suaranya semakin
serak. “L—lebih b-bbaik kita bercerai saja.” Sena mengucapkan dengan sangat berat.
“Tidak semudah itu, aku tidak akan menceraikanmu sebelum aku sendiri yang menginginkannya.”
untung sena udah cerai....
jadi ga ketularan virus edan
obral janji sana.sini...
q baca aja ikutan emosi😡😡
kok bapaknya sena dibawa2