Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cokelat
"By...." teriak Alvin menuruni tangga.
"Apa sih Om...aku di sini." teriaknya kencang tak mau beranjak dari sofa nyaman di teras belakang.
"Mommy kamu telfon." sambil menyerahkan ponsel kepada Aya.
"Ya Mom."
....
"Iya Mom."
....
"Enggak tau. Semuanya yang urus Om. Daddy mana?"
.....
"Iya. Love you too."
"Masuk yuk di luar dingin." Ajak Alvin setelah Aya memberikan ponselnya kembali.
"Enggak ah. Enakan di sini."
"Ngebantah Mulu ya kamu. Masuk, nanti kamu sakit."
"Enggak."
Alvin dengan cepat menggendong Aya dan membawanya masuk ke dalam.
Ia mendudukkan peri kecilnya itu di sofa ruang tengah.
"Mau makan siang apa By?"
"spaghetti kayanya enak."
"No. yang lain."
"Burger atau Pizza boleh om sekalian sama kentang gorengnya."
"nggak boleh. Ga sehat. Makan salmon sama salad aja lebih sehat. Ayo makan, udah di siapain."
"ih bosen. Tau gitu kenapa tadi nawarin aku mau makan apa." jawabnya sambil cemberut.
"Ayo dong By. Atau mau Om gendong?"
"Gak ah."
Tanpa menerima penolakan Alvin tetap menggendong Aya menuju ruang makan.
"By..." tanyanya si sela sela makan.
"Ya Om ..."
"Sayurnya dimakan."
"Gak ah. Gantinya nanti aku makan buah deh. boleh ya....."
"Hm...Ya udah."
"Om..."
"Ya ada apa?"
"Nanti aku boleh keluar ga sama temen aku?"
"Nggak." jawabnya
"Ih...Om kok gitu. Aku ga pernah main sama temen temen. Sesekali boleh ya, sebelum pindah."
"Pokoknya Om bilang enggak ya enggak. Nanti kalo ada apa apa sama kamu gimana?"
"Om aku udah gede. Aku bisa jaga diri."
"Enggak boleh By. Kamu dengerin Om ga sih." menaikkan nada bicaranya.
"Om keterlaluan." kata Aya sambil berlalu pergi.
"By. Habiskan makanan kamu."
teriak Alvin tapi gadis itu tetap saja mempercepat langkahnya.
Alvin menyenderkan tubuhnya di kursi. Memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Biarkan Ia egois. Namun ini adalah satu satunya cara agar gadisnya tidak dilirik orang lain.
Alvin berjalan menuju kamar Aya. Membuka pintu pelan pelan. Dilihatnya Aya sedang duduk di sofa sambil bersedekap dada. Perlahan Ia mendekat dan duduk di sampingnya. "By..."panggilnya dengan lembut namun tidak mendapat respon.
"By. Om cuman mau jaga kamu. Om ga ingin kamu kenapa napa."
"Tapi Om aku juga pengen kaya yang lainnya. keluar jalan jalan sama temen temen."
"By. Nurut ya...." Kata Alvin sambil memeluk Aya dan mencium keningnya.
"Aku mau cokelat." Celetuknya tiba tiba.
"baik. Om suruh Albert beli sekarang."
"Enggak. Ayo beli sendiri."
"Biar Albert aja yang beli."
"Ih aku pengen pilih sendiri."
"Yasudah. Om ganti baju dulu."
"Aku tunggu di bawah."
"Iya."
Setelah berganti baju Alvin menghampiri Aya. Gadis itu nampak Cantik dengan celana jeans, kaos panjang dan sepatu kets nya.
"Ayo Om." Aya menggandeng tangan Alvin dan sedikit berlari.
"Hati hati By nanti jatuh."
Semua jenis Cokelat telah tertata rapi di meja kamar Alvin. Demi menyenangkan keponakannya Alvin rela mengeluarkan banyak uang hanya untuk membeli makanan manis itu. Sama sekali bukan beban toh uangnya juga banyak. Membeli pabriknya sekalian akan Ia lakukan. Apapun itu Agar By selalu ada di sisinya.
"Wah...." Kata Aya sambil terus makan Cokelat yang ada di depannya.
"Pelan pelan By. Kamu makannya berantakan." Alvin membersihkan mulut Aya yang penuh cokelat.
"Om mandi dulu ya."
Tanpa menjawab Aya hanya manggut manggut dan masih sibuk.
Pintu kamar mandi terbuka. Alvin geleng geleng kepala melihat keponakannya yang tidur dengan tangan masih memegang coklat. Ia membersihkan tangan itu perlahan dengan tissue basah. Menggendong dan membaringkannya di ranjang dengan hati hati agar tidak terbangun. Ia mengecupi wajah gadisnya dengan lembut dan berbaring di samping sambil memeluknya.