Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Hari Pertama
***
Sosok itu membuka mantel dan menyimpannya
di sofa. Untuk sejenak, dia tampak mengamati
kamar berukuran standar itu. Wajah nya tampak
berubah dingin dengan rahang sedikit mengeras.
Kemudian dia mengamati sosok Sherin yang
sedang berbaring miring dengan wajah yang
tenang. Wanita ini benar-benar kuat, tidak ada
trauma ataupun ketakutan yang membekas.
Dia membuka jas dan dasi yang di pakainya.
Kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Tidak
lama sudah terlihat menjalankan ibadah sholat
isya di sudut ruangan yang tidak terlalu besar itu.
Beberapa saat kemudian sosok itu beranjak,
naik ke atas tempat tidur berukuran sedang itu.
Tempat tidur yang kurang layak bagi dirinya. Dia
berbaring menghadap ke arah Sherin yang begitu
tenang dan lelap dalam tidurnya. Matanya yang
tajam dan penuh daya pikat, menatap lekat wajah teramat cantik itu dengan gejolak perasaan yang
tidak mampu terjabarkan.
"Aku hampir saja kehilangan mu Sherin.."
Desis sosok itu yang tiada lain adalah Devan.
Perlahan dan hati-hati dia menarik tubuh Sherin
ke dalam rengkuhannya dan memeluk nya erat.
Matanya kini terpejam rapat, mencoba mencari ketenangan atas desakan amarah yang sampai
saat ini masih menguasai dirinya. Dia sudah memastikan, esok hari, para tikus itu harus
mendapatkan karma atas apa yang telah di
perbuat nya dan harus berakhir tragis.
Devan melonggarkan pelukannya, di tatapnya
kembali wajah Sherin yang masih tidak sadar
akan kehadirannya itu. Matanya kini jatuh di
bibir ranum merah alami itu yang masih sangat
terasa bagaimana lembut dan manisnya. Darah
di tubuhnya berdesir hebat, ada dorongan hasrat
dan gairah yang menerjang dirinya saat ini. Satu
hari meninggalkan wanita ini, jiwanya sungguh
tidak tentram. Ini sesuatu yang baru kali ini di
rasakan nya. Sangat aneh dan di luar dugaan.
Dengan hati-hati dan sedikit gemetar, dia mulai
melabuhkan bibirnya di bibir ranum itu, kemudian ********** lembut dan tenang. Berusaha untuk
menikmati setiap inchi dari kelembutannya yang mampu menyebarkan rasa manis dan aroma
wangi lembut khas yang telah membuatnya ketagihan. Senikmat inikah sentuhan intim itu.?
Seumur hidup, baru wanita inilah yang mampu
membawanya pada pengalaman luar biasa ini.
Semakin lama ciuman Devan semakin kuat dan
memanas hingga membuat Sherin terbangun.
Dengan reflek dia menggigit kuat bibir pria itu
hingga Dev terpaksa melepaskan ciumannya.
"Hei..kenapa kau menggigitku..!"
Devan menggeram sambil mengusap bibirnya
yang mengeluarkan darah segar. Mata Sherin
kini membulat terkejut, raut wajahnya langsung
terlihat getir dengan pendaran rasa bersalah.
"Dev.. maaf.. aku kira siapa tadi..!"
"Kau pikir ada pria lain yang masuk ke kamar
ini.? Apa kau pikir aku akan membiarkan hal
itu terjadi.?"
Devan menajamkan matanya. Sherin tersenyum
kecut, lalu mendekat, dan perlahan meraih bibir
Devan kemudian mengusapnya lembut serta
menekan lukanya. Keduanya saling pandang
lekat dengan sorot mata yang sama-sama tidak terbaca. Namun ada sesuatu yang membuat
hati mereka merasa nyaman saat ini, tiada lain
karena kehadiran satu sama lain di sisinya.
"Ya maaf..itu tadi reflek saja karena terkejut."
"Kau harus membayar ganti rugi sekarang.!"
"Hahh.. ganti rugi apaan.? Memangnya aku
sudah melakukan apa.?"
"Kau sudah membuatku terluka, ini tidak bisa
di maafkan."
"Lalu, aku harus ngapain.? Melakukan jahitan
pada lukamu ini begitu.?"
"Kau harus membayar nya dengan bibirmu.!"
"Devaann.. apaan sih kamu ini, gak mau.!"
Sherin menarik dirinya dari hadapan Devan
yang langsung melingkari pinggangnya kuat.
Kemudian memeluk tubuh nya dengan erat
hingga membuat Sherin meringis.
"Jangan membantah ku Sherin, ingat.. aku
punya hak penuh atas dirimu. Dan kau tidak
di perbolehkan menolaknya.!"
Sherin memalingkan wajahnya yang kini sudah
di penuhi semburat merah hingga membuat
Devan bertambah gemas dan tidak sabaran.
"Ayo..bayar ganti ruginya sekarang.!"
Tantang Devan dengan senyum miring penuh
kelicikan. Sherin menatap Devan dengan raut
wajah kesal sekaligus bingung dan tegang.
"Tunggu apalagi.? Aku menunggumu sekarang."
"Tapi Dev.. kenapa harus dengan cara seperti
ini, aku akan mengoleskan salep saja ya.."
"Sherindaa.. jangan membuatku kesal.!"
"Baiklah.. aku bisa apa lagi.."
Decak Sherin sambil kemudian memejamkan
mata dengan wajah yang benar-benar memerah.
Devan ikut deg-degan, mata mereka kembali
saling pandang kuat.
"Terimakasih..karena kau telah menyelamatkan
nyawaku tadi. Aku tidak tahu apa yang akan
terjadi seandainya kamu tidak datang tadi.."
"Jangan bicara lagi, aku tidak akan membiarkan
hal buruk apapun terjadi padamu."
Desis Devan sambil mempererat pelukannya
membuat tubuh mereka semakin merapat. Dan
kehangatan itu berubah mulai membara. Wajah
mereka hanya berjarak sejengkal saja. Sherin
tampak sangat tegang, dia mulai mendekatkan
wajahnya. Devan juga tidak kalah tegangnya.
Dengan gemetar, Sherin mendaratkan bibirnya
di bibir Devan yang langsung memejamkan mata.
Ini benar-benar gila, sentuhan lembut bibir Sherin
mampu memberi efek dahsyat yang membuat
aliran darah nya terbakar seketika. Jiwa Devan
seolah kosong dan hanya berisi satu bayangan
saja, bayangan wanita yang kini ada di depannya.
Tidak lama keduanya sudah terhanyut dalam
panasnya percumbuan. Sherin sudah mulai bisa
mengimbangi keliaran permainan bibir Devan.
Keduanya seakan tidak ingin melepaskan diri
dari segala kenikmatan ini sedetikpun. Ini hal
yang terlalu sayang untuk di lewatkan.
Keduanya semakin lama semakin panas dan liar. Suara decakan erotis seiring desahan lembut
kini terdengar dari mulut Sherin di saat tangan
Devan mulai bergerilya, masuk ke balik gaun
tidurnya dengan mengelus lembut punggung
nya yang memilki kulit sehalus sutera itu.
"Dev.. sudah cukup.. jangan di teruskan.!"
Setelah cukup lama akhirnya pagutan itu lepas.
Mereka berusaha meraih udara untuk mengisi
kekosongan di dalam paru-paru nya. Namun
tidak lama bibir Devan sudah berselancar lagi
dengan gerakan yang lebih lembut dan memuja
hingga menerbangkan seluruh jiwa Sherin. Dan
ciuman Devan kini mulai turun ke leher jenjang
Sherin yang sangat menggoda itu. Tangannya
juga mulai bergerilya ke bagian depan tubuh
Sherin hingga mencapai dua bukit kembarnya
yang sangat indah, padat berisi dengan ukuran
yang sangat proporsional bagi seorang model.
Tubuh Sherin bergetar hebat seakan tersengat
arus listrik. Dan Devan pun tidak kalah gemetar.
Tubuh bagian bawah nya kini sudah menegang
sempurna, meminta bagian untuk di puaskan.
Akhirnya Devan meyakini satu hal yang selama
ini berusaha di buktikan nya. Ternyata..wanita
inilah yang mampu membuat fisiknya bereaksi,
hingga bisa membangkitkan hasrat nya yang
selama ini tidak pernah di rasakan pada wanita
lain, selain wanita yang notabenenya adalah
adik sepupunya sendiri.
Selama ini, sampai usianya mencapai 30 tahun,
baru wanita inilah yang mampu membuat inti
tubuh nya berdiri tegak. Dan..wanita inilah
yang dia cari dan dia butuhkan selama ini.
"Emmhh..Dev..hentikan..besok aku ada jadwal
pemotretan dengan pakaian sedikit terbuka.."
Sherin berucap lemah dan gemetar seiring rasa
nikmat yang kini datang menyerbu dan menjalari seluruh tubuhnya karena permainan bibir Devan
di lehernya serta remasan kuat tangan pria itu
di dadanya. Semua rasa nikmat asing ini mampu merontokkan sendi-sendi kekuatan di tubuhnya.
Devan terhenyak, dia menghentikan aksinya mencumbu leher Sherin, untung saja dirinya
belum memberikan stempel kepemilikan di
leher indah istrinya itu.
Keduanya saling pandang dengan hasrat dan
gairah yang sama-sama sudah memuncak.
Mata mereka sudah terlihat mulai berkabut.
"Sebenarnya aku menginginkan mu sekarang.
Tapi aku tahu, kalau aku memaksa memiliki
dirimu, akan jadi masalah nantinya.."
Bisik Devan dengan suara yang sangat berat
menahan gejolak hasrat yang sudah semakin
naik dan membakar aliran darah nya. Tangan
nya bergerak mengelus lembut wajah Sherin
yang terlihat memerah itu.
"Maaf.. karena profesi ku.. kau harus berdamai
dengan semua jadwalku. Ini memang tidak adil
untuk mu Dev."
Lirih Sherin dengan nada yang sedikit menyesal.
Entah kenapa, dia pun hampir saja ikut terhanyut
dalam suasana panas yang tadi tercipta. Ini hal
aneh memang, mereka begitu berhasrat dan sama-sama ingin memilki, padahal hubungan
ini terjalin tanpa adanya perasaan apapun
diantara mereka.
"Tidak apa, aku memahami kondisi mu. Kalau
aku memaksa memiliki mu sekarang, maka
aku yakin..besok pagi kau tidak akan bisa
bangun dan beraktifitas.!"
Desis Devan sambil kembali ******* lembut
bibir Sherin yang sudah membengkak itu. Lagi,
Devan terpaksa harus menahan segala hasrat
dan keinginannya, karena dia tahu pasti apa
yang di butuhkan oleh seorang model seperti
Sherin. Dia tidak bisa menjamahnya sesuka hati,
ada hal yang harus selalu di perhitungkan dalam setiap tindakan yang nanti diambilnya terhadap
tubuh yang sangat berharga milik istrinya ini.
Beberapa saat kemudian mereka sudah saling
memeluk dan saling memberi kehangatan.
Masih dalam keadaan menahan segala hasrat, keduanya mencoba memejamkan mata. Devan mengurung tubuh Sherin dalam pelukan posesif
nya. Dia harus memastikan, wanita ini berada
dalam perlindungannya, sehingga nyamuk pun
tidak akan mampu mengganggunya.
***
Sherin membuka mata perlahan saat adzan
subuh terdengar sayup-sayup berkumandang.
Dia meregangkan otot-otot nya sambil berdoa
dan bersyukur atas segala anugerah Tuhan
yang masih memberinya usia sampai detik ini.
"Dev.. kemana dia.? Apa dia sudah keluar.?"
Sherin tertegun saat melihat tempat tidur di
sebelahnya sudah dalam keadaan kosong. Dia
segera turun dari tempat tidur. Hari ini banyak
jadwal yang harus di jalaninya. Di mulai dari
olahraga bersama, sarapan pagi bersama,
sampai dengan pemotretan yang rencananya
akan di lakukan di tepi hutan di dekat air terjun.
Sekitar jam 7 pagi, semua peserta sudah ada
di halaman belakang. Olahraga ini sengaja di
lakukan di lingkungan outdoor untuk memindai
fisik para peserta sekaligus menempanya. Ada
banyak model yang mengeluh dengan kondisi
suhu udara yang sangat ekstrim itu. Mereka
harus berusaha keras untuk beradaptasi.
Pemandangan yang indah di pagi hari yang
cukup cerah dengan cuaca dingin menggigit.
Dimana di taman belakang hotel, barisan para
wanita dengan tubuh indah dan wajah yang
memikat berbalut pakaian olahraga serba ketat
tengah melakukan olahraga bersama. Gerakan
mereka begitu gemulai, menarik dan menggoda.
Hingga membuat mata para pengunjung hotel
lainnya serta warga sekitar di paksa untuk
menikmati pemandangan ekslusif ini.
Selain mata orang-orang yang tidak penting,
mata para juri pun tidak pernah lepas menilai
seluruh gerak gerik para peserta kompetisi itu.
Akhirnya sekitar pukul itu 10 pagi, para peserta
berkumpul di parkiran dengan mengenakkan
celana jeans biru di padu kaos putih, plus jaket
denim warna biru. Mereka terlihat segar dan
mempesona dengan segala keindahan polesan
wajah profesional di sesuaikan dengan situasi,
kebutuhan dan kondisi yang akan di hadapi.
Mata orang-orang terlihat terpana saat melihat
kemunculan Sherin. Dia mengenakan topi cantik
dan kacamata hitam yang melengkapi segala
tampilannya yang sudah sangat memukau itu.
Mata Steve dan beberapa staf direksi terlihat
terpaku melihat penampilan peserta yang satu
ini, sangat istimewa dan berbeda. Walau para
peserta kompetisi ini memiliki kecantikan di
atas rata-rata, namun aura kemilau terang yang terpancar dari sosok peserta yang satu ini
mampu membuatnya begitu berbeda dan unik
sehingga menarik mata semua orang untuk
terus fokus dan menatap kearahnya.
"Okay.. gaiiss..kita akan melakukan pengambilan
gambar pertama di alam terbuka untuk sesi ini.!
Semua siap kan.? Tidak ada kendala..?"
Miss Manola memberi arahan dan memastikan
kesiapan semua peserta yang kini berbaris rapi
di halaman depan.
"Siap Miss.. kita ready semua..!!"
Sambut para peserta dengan kompak dan penuh
semangat. Pamela dan Stella yang kebetulan
berbaris di sebelah Sherin tampak melirik gerah
ke arah gadis itu.
"Jangan karena sudah berhasil menangani
masalah kemarin, lantas kau jadi besar kepala
Miss 2 milyar. Kita akan lihat, apakah kau masih
bisa mengangkat wajahmu itu malam ini.!"
Desis Pamela di telinga Sherin yang hanya bisa
mengernyitkan alisnya. Tapi dia berusaha untuk
tetap tenang dan tidak bereaksi berlebihan.
"Aku tidak pernah merasa lebih baik dari orang
lain, tapi aku akan terus berusaha untuk lebih
baik dari sebelumnya.!"
Sahut Sherin dengan kepala tegak dan sikap
yang sangat santai. Pamela berdecak sebal
dengan ekspresi wajah yang terlihat gerah.
"Ternyata.. dalam keadaan seperti ini pun, kau
tidak bisa menghentikan aktivitas panasmu
itu ya Miss Sherin..! Sungguh mengejutkan.!"
Kembali Pamela berdecak sambil kemudian
melenggang pergi masuk ke dalam kendaraan
yang sudah di siapkan. Sherin menautkan alis
nya bingung, tapi dia tidak ingin ambil pusing.
Rombongan kini berangkat ke tempat tujuan
dengan menggunakan kendaraan mini bus
yang sengaja di kirim oleh pihak perusahaan.
Management memastikan tidak akan terjadi
masalah lagi yang dapat mengganggu jalannya
kompetisi bergengsi ini.
Tiba di tempat tujuan, semua peserta tampak
berdecak kagum melihat segala keindahan alam
yang tersaji di depan mata. Air terjun warna biru
nan eksotis di padu dengan kemurnian nuansa
hutan perawan di lengkapi gegapnya pepohonan
yang masih alami dan lestari. Tidak tersentuh
oleh tangan-tangan jahil manusia.
Tapi suhu udara di tempat ini sangatlah ekstrim,
berada di bawah normal. Dan inilah yang akan
menjadi tantangan utama untuk semua peserta.
Apakah mereka sanggup melawan suhu ekstrim
ini dan mampu memunculkan serta mengeskplor
segala keindahan alam di tempat ini.?
Kru produksi dan team lapangan ternyata sudah
ada di tempat itu bersama beberapa juri pria.
"Okay.. sekarang.. bersiap semuanya.. kita akan
melakukan sesi fhoto bersama. Setelah itu baru
giliran fhoto perorangan dengan kostum yang
sudah di siapkan oleh panitia..Come on gaiiss..
Bersiap semuanya.. cepat-cepat..!!"
Miss Manola memberi instruksi pada para model
agar segera mengambil posisi untuk sesi fhoto bersama. Mereka semua berdiri di belakang air
terjun eksotis itu lalu berpose seindah dan se
natural mungkin agar menyatu dengan alam.
Setelah itu para model masuk ke dalam tenda
yang sudah tersedia untuk mengganti kostum
sesuai dengan ketentuan. Kostum warna-warni
yang bisa di kolaborasikan dengan kondisi alam
dan pemandangan sekitarnya.
Tidak berselang lama, terdengar kegaduhan dari
arah parkiran ketika ada suara mobil yang baru
saja datang ke tempat itu. Semua model dan kru produksi serta para staf direksi tampak terkesima
saat melihat kemunculan sosok tinggi gagah
yang baru saja keluar dari mobil paling depan.
Sosok gagah perkasa itu mengenakkan setelah mewah yang melekat pas di tubuh tinggi tegap
nya. Di lengkapi kacamata hitam mahal yang bertengger manis di hidung mancungnya. Dia
terlihat sangat bersinar dan menyilaukan.!
Bahkan mampu membuat tubuh para model
wanita memanas dalam sekejap dengan segala fantasi liar yang membawa mereka terbang ke
alam khayalan. Dan yang lebih parahnya lagi,
bagi Stella dan Pamela, sosok paripurna itu
mampu membuat tubuh inti mereka bereaksi
keras dan berdenyut hebat serta langsung
basah seketika. Mereka benar-benar meleleh.
"Presiden El.. selamat datang.."
Para staf dan juri serta semua jajaran yang
bertanggungjawab dalam ajang ini langsung
berbaris menyambut kehadiran sosok istimewa
itu seraya membungkukkan badan penuh hormat.
Bersamaan dengan kemunculan Sherin dari
dalam tenda karena sesaat lagi giliran dia
melakukan pengambilan gambar...
Sosok gagah itu yang tiada lain adalah Devan
tampak mengabaikan sambutan para bawahan
nya. Karena matanya saat ini sedang fokus pada
satu titik, pada wanita super cantik bak bidadari
yang saat ini mengenakkan gaun panjang motif
floral warna kuning koral yang terbuka sedikit
bagian atasnya, hingga keindahan leher dan
dadanya otomatis terekspos dan terpampang
nyata di depan mata.
Mata mereka bertemu, terjerat dan terkesima..
Keduanya sama-sama saling memandangi satu
sama lain dengan sorot mata penuh kekaguman
dan memuja satu sama lain. Ada binar berbeda
yang terlukis dari keindahan mata mereka..
binar yang mewakili perasaan yang saat ini
sama-sama sedang berbunga dan bermekaran..
***
Bersambung...
.
.
.
Note:
Sabtu-Minggu jadwal rehat ya zeyeeng...
jadi gak usah di tunggu.. karena aku gak
bakalan muncul..mau semedi dulu..😂🤭
Salam hangat penuh cinta untuk kalian
semuaahh readers kuuhh..🥰🥰🤗🤗**
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻