NovelToon NovelToon
Demi Apapun Aku Lakukan, Om

Demi Apapun Aku Lakukan, Om

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Duda
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Naim Nurbanah

Kakak dan adik yang sudah yatim piatu, terpaksa harus menjual dirinya demi bertahan hidup di kota besar. Mereka rela menjadi wanita simpanan dari pria kaya demi tuntutan gaya hidup di kota besar. Ikuti cerita lengkapnya dalam novel berjudul

Demi Apapun Aku Lakukan, Om

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Lina berdiri di depan meja Kino, menatap tajam wajah pria itu yang tampak dingin dan tak bergeming.

 "Nona Lina, keputusan sudah final. Tuan Marcos menetapkan Wanda sebagai sekretaris kedua, sedangkan nona menjadi sekretaris pribadinya," ucap Kino santai, sesekali menatap layar laptop di hadapannya.

“Hari ini tuan Marcos libur kantor, jadi kamu belum sempat bertemu dengannya,” tambahnya, seolah menepis keberatan Lina.

Lina menghela napas panjang, bibirnya mengeras. "Kalau aku saja yang jadi sekretarisnya, bukankah itu sudah cukup? Aku takut... Marcos malah tergoda sama Wanda," suaranya bergetar, menahan rasa cemas yang menggelayuti hatinya.

Kino terkekeh kecil, membuang muka. "Wanda cuma butuh uang untuk hidup. Dia nggak bakal berani macam-macam sama bos. Kamu tahu kan, dia bahkan sering menemani Marcos keluar saat akhir pekan."

Perkataan itu menghunjam Lina seperti pisau. Matanya langsung menunduk, jari-jarinya lincah menekan layar ponsel. Ada pesan yang tiba-tiba membuat wajah Kino berubah pucat. Lina mengangkat pandangannya dengan senyum tipis, penuh rahasia.

"Kino, kamu harus di pihakku," bisiknya serak. "Aku nggak mau kehilangan Marcos begitu saja."

Kino terkejut melihat video dirinya bersama anak magang yang muncul di handphone Lina. Lina tersenyum lebar sambil berkata,

"Lain kali kalau mau melakukan hal seperti itu, pastikan pintu terkunci rapat dari dalam. Kalau sudah begini, kamu tak bisa berbuat apa-apa, kan?" Wajah Kino berubah cemas melihat sikap Lina yang begitu yakin.

 "Nona Lina, tolong hapus video dan foto itu," pinta Kino dengan suara penuh harap.

"Tidak, Kino. Ini akan menjadi alat untuk membuatmu tetap berada di sisiku. Aku tidak ingin kamu membiarkan wanita lain mendekati Marcos, apalagi sampai menikahinya. Marcos hanya milikku, dan itu akan selalu begitu," jawab Lina dengan tegas. Kino merasa terpojok dan tak berdaya, menyadari bahwa satu-satunya pilihan adalah mengikuti keinginan Lina.

Lina menatap Kino dengan mata yang tajam, bibirnya tersungging tipis penuh ancaman.

"Kalau video dan foto mesum kamu sampai tersebar, apalagi aku sampai menyerahkannya ke Marcos, siap-siap kamu dipecat. Kamu berani berbuat mesum di tempat kerja, dan memperalat anak magang yang masih polos itu buat melayani kamu," suaranya bergetar tapi tegas. Kino menunduk, wajahnya penuh beban.

 "Jangan, Nona... Baik, aku ikut perintahmu. Aku janji tidak akan biarkan wanita lain mengincar perhatian tuan Marcos," jawabnya terpaksa, nadanya berat seperti menelan pil pahit.

 Lina tersenyum puas, matanya berbinar licik. "Bagus! Daripada kamu menentang aku, lebih baik begitu. Sekarang cari cara agar Wanda gak betah lama-lama di perusahaan ini. Aku mau aku sendiri yang jadi sekretaris pribadi Marcos."

Kino tetap diam, menelan ludah keras. Di dalam hatinya, ia tahu ia harus merancang sesuatu, cara untuk memastikan Wanda hilang dari perusahaan itu, sekaligus melindungi dirinya sendiri dari amukan Lina.

Kino menatap Lina dengan mata penuh tantangan. "Kino, aku bisa simpan rahasia kamu yang berani melecehkan anak magang itu," suara Lina dingin tapi penuh ancaman,

"Tapi kalau kamu sampai mengecewakan aku, jangan harap aku akan diam."

Raut kesal langsung melekat di wajah Kino. Tanpa berkata lebih, dia bergegas meninggalkan ruangan, langkahnya cepat dan tegas. Ia mencari anak magang itu, memastikan gadis itu tak berani melapor ke atasan.

Dari balik pintu, Lina menatap punggung Kino yang menjauh, senyum tipis terukir di bibirnya. Kartu AS sudah ada di tangannya, dan dia yakin Kino tak akan melepaskan kesempatan itu begitu saja.

Kino memanggil dengan nada tegas,

"Gina, ikut aku!"

Suaranya membuyarkan kesunyian di ruangan khusus anak magang yang sedang santai makan siang. Gina, seorang remaja yang wajahnya pucat dan matanya berkelip cemas, langsung berdiri dan melangkah cepat mengikuti Kino. Tangannya bergetar samar, masih teringat saat Kino memegang lengannya di ruangan tadi pagi saat ia mengantarkan secangkir kopi. Rasa takut membuat langkahnya berat, seolah bayangan pelecehan itu membayangi setiap gerakannya.

Kino menatap gadis magang yang duduk di depannya dengan wajah masih polos, kulit sawo matang yang memberi kesan manis. Namun, sorot matanya menunduk dalam-dalam, seolah berusaha menyembunyikan sesuatu. Tubuhnya sedikit menggigil, tangan gemetar di pangkuan.

Kino merasakan gelisah di dadanya, meraba ketakutan yang tersembunyi di balik diamnya. Mungkinkah ia takut pada Kino? Pikiran Kino berputar cepat. Apakah gadis itu membayangkan pria dewasa seperti dirinya akan memanfaatkan posisi dan kekuasaan? Ataukah khawatir suara kecilnya bisa mematahkan peluang yang sudah susah payah diraih? Kino menghela napas pelan, dadanya terasa sesak. Ia menundukkan kepala sejenak, berusaha menenangkan diri dan membuang bayang-bayang prasangka yang muncul.

 "Aku bukan ancaman," bisiknya dalam hati, mencoba merangkai kata agar tak membuatnya semakin cemas. Namun, keraguan masih menghantui benaknya, membuat udara di ruangan itu terasa berat dan sunyi.

Kino menatap Gina dengan tatapan penuh harap. "Apakah kau akan percaya padaku?" batinnya, suara hatinya bergejolak antara takut dan berharap. Tangannya gemetar saat ingin menjelaskan semuanya dengan jujur. Ia menghela napas dalam, mencoba menahan rasa bersalah yang menggerogoti hati. Gina menatapnya, bibirnya gemetar.

 "Ti... tidak, Pak!" suaranya bergetar penuh ketakutan. Kino perlahan mengangkat dagu gadis itu, menatap mata bulatnya yang mulai basah oleh air mata.

 "Jangan takut, Gina. Aku tak akan menyakitimu lagi," katanya dengan lembut, suaranya bergetar menahan penyesalan.

"Maafkan aku, aku benar-benar khilaf tadi. Tapi percaya padaku, jika benar kau hamil, aku akan bertanggung jawab atas semua ini."

Matanya yang semula takut perlahan melunak, seakan meredup hatinya mulai terbuka dan luluh. Gina menunduk, napasnya tersengal, sementara harapan perlahan mengisi relung hatinya.

Kino duduk bersimpuh di depan Gina, matanya menatap kosong seolah menyesali segala kesalahan yang pernah dibuatnya. Namun, Gina tak bisa menyingkirkan rasa curiganya; apakah ini benar penyesalan tulus, atau cuma trik agar dirinya luluh dan memilih diam saja? Dia menghela napas panjang sambil menunggu, tetap terdiam tanpa respon.

Malam itu, tanpa sadar Kino menampar pelan pipinya sendiri, seolah ingin memberi hukuman atas apa yang telah terjadi. Tapi diam Gina yang tak berubah membuat suasana semakin tegang. Tiba-tiba, suara Gina yang tegas memecah keheningan.

"Cukup, pak! Aku memaafkan, tapi dengan syarat," katanya sambil tetap berdiri, matanya menatap tajam ke arah Kino yang masih duduk bersimpuh itu. Kino mendongakkan wajahnya, sedikit terkejut tapi segera menjawab,

"Syarat? Katakan saja, aku akan berusaha memenuhi." Gina menarik napas dalam, suaranya tegas penuh tekad. "Jangan ulangi perbuatan tercela itu lagi. Baik pada aku, maupun pada orang lain."

Kino menarik napas panjang, matanya menatap Gina dengan ekspresi penuh penyesalan.

 "Tentu saja, Gina. Maafkan aku, ya. Aku janji nggak akan mengulangi lagi," ucapnya pelan, suaranya bergetar. Sesaat wajahnya tampak lebih ringan, karena Gina ternyata mau kompromi, meski dengan cara yang licik.

"Kamu... boleh nggak, aku peluk kamu sekali saja?" tanyanya ragu.

Gina menunduk sejenak, bibirnya bergetar, tapi akhirnya dia mengangguk pelan, seperti menyerah pada permintaan itu. Kino memeluk Gina dengan erat, bahunya bergetar menahan perasaan yang selama ini dipendam.

 "Kamu tahu, Gina... kenapa aku bisa khilaf, kenapa aku tiba-tiba jadi melecehkan kamu? Karena wajahmu... mirip banget sama kekasihku yang sudah meninggal karena kecelakaan," suaranya hampir patah saat menjelaskan.

 "Aku... aku cuma pengen bahagia lagi, kalau kamu mau jadi penggantinya."

1
Ika Syarif
Luar biasa
꧁≛⃝❤️𝐌αgιѕηα❀࿐
Momyyy ..
kau ini punya kekuatan super, yaaakk?!
keren, buku baru teroooss!!🤣💪
Xiao Li: beliau ini punya kuasa lima, sekali seeeetttt... langsung melesat. kagak kek kita yang lelet kek keong🤣
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!