NovelToon NovelToon
Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Harem / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Chizella

HIATUS AWOKAOWKA

"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."

Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.

​Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.

​Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Gerbang Harta

​Setelah beberapa hari berlalu. Hari itu semua murid sekte dikumpulkan di Aula Istana Langit. Aula besar itu dipenuhi oleh kerumunan kultivator muda. Bisikan-bisikan berantai mengalir di antara mereka, menciptakan dengungan yang tebal dan penuh spekulasi.

​"Kudengar... Gerbang Harta akan terbuka beberapa hari lagi," bisik salah satu murid.

​"Benarkah?! Itu mengejutkan."

​Semua murid tidak berhenti berbicara satu sama lain. Rasa penasaran dan ambisi membuat suasana di aula menjadi penuh keributan, seperti lautan yang berombak.

​Chen Huang, yang baru tiba di tempat itu, melangkah dengan tenang. Ia tetap menyerap suasana, bertanya-tanya apa yang akan terjadi. Ia melihat sekeliling, mencari sosok yang bisa ia tanyai di tengah lautan wajah yang asing.

​Setelah beberapa saat, matanya yang tajam menemukan Yun Yuan dari kejauhan. Yun Yuan berdiri tegak, memancarkan aura dingin di tengah keramaian. Dengan cepat, Chen Huang mendekat, langkahnya luwes dan terukur, dan langsung menyapa.

​"Yun Yuan!"

​Mendengar panggilan itu, Yun Yuan langsung menoleh. Wajahnya seketika berubah menjadi kesal—sebuah refleks yang tercipta dari apa yang mereka lakukan sebelumnya. Ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Chen Huang di depan umum sekarang.

​"Ada apa?" tanyanya, ia mengalihkan pandangannya, tidak ingin melihat ke arah Chen Huang, pinggulnya sedikit berputar ke samping, menunjukkan ketidaksenangan.

​"Sebenarnya apa yang terjadi disini? Kenapa semua murid dikumpulkan?"

​Seperti biasa, Yun Yuan menghela napas sebelum menjelaskan, sebuah gestur kelelahan yang elegan. "Gerbang Harta akan terbuka, kita dikumpulkan untuk memilih perwakilan yang akan mewakili sekte kita."

​"Gerbang Harta... sebenernya itu apa?"

​Yun Yuan menoleh, alisnya berkerut, tatapannya menyiratkan pertanyaan. "Apa kau benar-benar tidak pernah membaca buku?" Ia segera melanjutkan. "Itu tempat yang dipenuhi oleh peluang. Kita bisa mendapatkan banyak hal jika memasukinya, namun juga harus mempertaruhkan nyawa."

​"Menarik..." gumam Chen Huang, matanya berbinar.

​"Meski begitu, kelihatannya yang akan dipilih hanya dua orang. Untuk menghindari kerugian, juga mempermudah pergerakan."

​Chen Huang memegang dagunya, berpikir dengan tenang. "Terlalu banyak orang akan mempersulit pergerakan, karena mudah ketahuan. Rencana terbaik adalah bergerak dalam kelompok kecil, walau beresiko tapi juga akan sangat menguntungkan di sisi lain, aku mengerti... begitu rupanya."

​"Hoo... kau mengerti juga. Jadi tidak ada kemungkinan bagi yang lemah untuk memasukinya. Kurasa hanya murid dalam diakui kuat, yang akan dipilih."

​"Bukankah kau juga termasuk seharusnya?" Chen Huang bertanya, memandang Yun Yuan.

​Yun Yuan menggelengkan kepala. "Tidak juga, aku masih terlalu lemah. Juga baru saja menerobos Dou Zhe, kekuatan masih belum stabil."

​Tiba-tiba, udara di atas mereka menegang. Seorang pria tua muncul dari langit, itu adalah Tetua Ma. Dia menggunakan teleportasi singkat—sebuah seni yang hanya bisa dilakukan oleh kultivator Ranah tinggi—untuk muncul di atas para murid. Kemudian, ia mengibaskan tangannya.

​Sebuah tekanan spiritual yang luar biasa, sebuah gelombang Dou Qi tak terlihat, menyapu seluruh Aula Istana Langit. Seketika, banyak murid yang terjatuh ke tanah karena tidak kuasa menahan tekanan dari seorang Tetua.

​"Aghh!"

"Ahhh!"

​Jeritan banyak murid terdengar, mereka tertekan ke tanah, wajah mereka pucat, bahkan ada yang pingsan. Ini adalah uji coba yang kejam, sebuah pemisahan antara yang kuat dan yang lemah.

​Namun, di sisi lain, Chen Huang, Yun Yuan, dan satu orang pria lain, tetap berdiri tegak. Mereka bertiga sama sekali tidak bergerak, seakan tidak merasakan apapun, Dou Qi mereka secara otomatis membentuk pertahanan.

​Melihat itu, Tetua Ma langsung tersenyum tipis, matanya tertuju pada trio yang bertahan. "Aku sudah memutuskannya. Yang kupilih adalah... kau dan kau!" Ia menunjuk Chen Huang dan Yun Yuan.

​"Haaahhhh!" Teriakan terkejut datang dari pria yang tidak dipilih itu. Ia adalah Zeng Hua, murid dalam yang kuat. "Tetua Ma, kenapa malah murid yang disana? Aku sama sekali tidak pernah melihatnya, seharusnya dia bukan bagian murid dalam, kan!" Ia menunjuk Chen Huang dengan marah, tatapannya penuh penghinaan.

​Pria itu menyatukan kedua tangannya, memberikan penghormatan pada Tetua Ma. "Saya Zeng Hua! Bersedia memasuki Gerbang Harta, seharusnya kekuatan saya melebihi murid itu!"

​Chen Huang melangkah mendekat pada Zeng Hua. Matanya tenang, namun penuh tantangan. Ia langsung menyatakannya. "Kalau begitu, ayo bertarung. Kita buktikan siapa yang lebih kuat!" Ia menentang Zeng Hua.

​Zeng Hua langsung membalas, matanya memancarkan api amarah. "Hao! Akan kutunjukkan kemampuanku!" Suasana di Aula Istana Langit, yang tadinya penuh ketegangan, kini berubah.

...---...

​Beberapa saat setelah pertukaran kata-kata itu, udara di Aula Istana Langit berubah menjadi cairan kental yang mencekik. Ketegangan memadat, menciptakan zona tekanan yang hanya bisa ditembus oleh kekuatan murni.

Chen Huang dan Zeng Hua berdiri saling berhadapan, pusat dari pusaran energi yang berbahaya. Para murid menahan napas; detak jantung mereka sendiri terasa cepat karena tekanan Dou Qi yang melonjak dari kedua pemuda itu.

​Zeng Hua tidak membuang waktu. Ia menggeser telapak kakinya sedikit ke depan, sebuah gerakan persiapan yang sederhana, tetapi energi yang dilepaskan segera menghasilkan retakan halus yang menjalar di lantai batu, menyebar seperti sarang laba-laba yang menahan beban yang tak tertahankan. Otot-otot di lengannya menegang, Dou Qi kuning pekatnya mulai naik, mengalir liar dan agresif, siap meledak.

​Chen Huang tetap berdiri tegak, bahunya rileks sempurna—sebuah topeng kontrol mutlak di atas fondasi baja. Pupil matanya tampak menyusut sedikit, menampung bayangan Zeng Hua di dalamnya—tanda fokus penuh. Dou Qi perak tipis melingkari tubuhnya, seperti kabut yang menari, tetapi terasa menekan, dingin, dan murni dari kejauhan.

​Tanpa aba-aba, tubuh Zeng Hua meledak maju. Udara di belakangnya pecah, menciptakan ledakan sonik kecil yang menandai betapa cepat ia bergerak. Ia melesat lurus ke depan, tinjunya terangkat tinggi sebelum meluncur menembus udara, sebuah proyektil maut.

​"Highhaaa!"

​Pukulan itu menyerang seperti tombak yang dilempar oleh raksasa. Angin tercabik di jalurnya, bahkan rambut para murid terdekat berkibar hebat akibat hembusan kuat yang mengerikan itu.

​Chen Huang merespons dengan gerakan minimalis yang menantang logika. Ia memiringkan tubuhnya hanya beberapa derajat dari porosnya. Gerakannya sekecil desahan, namun akurat.

Pukulan Zeng Hua meleset tipis di samping pipinya, hanya menyisakan rasa dingin dari udara yang diusirnya. Ia membalik telapak tangannya, memukul bagian pergelangan Zeng Hua dengan kecepatan kilat untuk mengalihkan momentum serangan itu.

​Namun Zeng Hua bukan murid lemah. "Aku belum selesai!" Tubuhnya memutar cepat, kakinya menjejak lantai hingga mengeluarkan suara berat. Dari putaran itu ia mengirimkan tendangan horizontal berbentuk sabit yang menyapu setinggi pinggang, didorong oleh Dou Qi padat.

​Serangan itu datang begitu cepat, hampir tak terlihat, ditujukan untuk mematahkan tulang pinggul Chen Huang.

​Chen Huang menunduk, lututnya sedikit menekuk, sambil melangkah setengah lingkaran ke kanan. Tendangan itu melewati udara, hanya beberapa inci dari tempat perutnya berada satu detik sebelumnya.

​Zeng Hua tidak memberinya waktu bernapas. Tangan kirinya langsung menghantam ke bawah seperti palu raksasa. Dou Qi yang terkumpul di telapak tangannya berkilat, menciptakan tekanan yang membuat lantai menggema sebelum pukulan itu mengenai sasaran.

​Chen Huang menangkisnya dengan lengan kanan. Benturan itu menghasilkan gelombang kejut kuat, membuat rambut para murid—yang menonton—berkibar hebat akibat hembusannya.

​BUGH—!

​Langkah Chen Huang mundur hanya setengah inci. Ini baru pertama kalinya ia benar-benar menerima kekuatan penuh Zeng Hua.

​Zeng Hua menyeringai, matanya penuh penghinaan. "Dengan kekuatan begini, ingin menentangku, bahkan berani mendekati Yun Yuan!"

​Ia maju lagi, kali ini lebih cepat, memadukan pukulan dan tendangan dalam kombinasi yang mematikan. Setiap ayunan lengannya membawa tekanan yang mampu mengguncang dada siapa pun yang berdiri terlalu dekat. "Kau! Jangan dekati Yun Yuan lagi!" Serangannya bagaikan rentetan badai tanpa jeda.

​Chen Huang bergerak luwes, seperti dedaunan yang menari mengikuti angin. Ia memiringkan tubuhnya, melompat kecil, memutar pinggangnya untuk menghindari serangan menyamping, menggeser telapak kaki, dan menangkis dengan tepat pada titik yang melemahkan momentum serangan lawan.

​Namun Zeng Hua semakin beringas. Dou Qi-nya mengeras seperti baja. Pukulan terakhirnya mengarah ke dagu, serangan naik yang cepat dan nyaris tak bisa dibaca.

​Kali ini Chen Huang tidak menghindar.

​Ia mengangkat tangannya dengan sudut tajam dan… menangkap pukulan itu. Jemarinya yang telah ditempa Pil Ilahi mencengkeram kepalan tangan Zeng Hua.

​"Mustahil!" Zeng Hua terkejut.

​Chen Huang memutar pergelangan lawan, lalu menyeret kekuatannya ke samping, membiarkan tenaga Zeng Hua menghancurkan keseimbangannya sendiri. Bahu Zeng Hua terlempar ke depan, dan di saat itulah Chen Huang bergerak.

​Satu pukulan ke ulu hati.

​Tepat, cepat, dalam.

​DUGHH!

​Zeng Hua terangkat beberapa sentimeter dari lantai. Mata murid-murid terbuka lebar melihatnya tersedak udara, wajahnya memucat drastis.

​Chen Huang tidak mengejar. Ia hanya menurunkan tangannya perlahan, membiarkan Zeng Hua terhuyung mundur, napasnya tersengal.

​"Kau membicarakan tentang Yun Yuan tadi?" ucap Chen Huang tenang, napasnya tetap stabil. "Kalau begitu, aku punya pertanyaan..."

​"Apa itu?" Zeng Hua merangkak di lantai, Dou Qi-nya bergetar tak terkendali.

​"Apakah kau sudah pernah merasakan bibirnya, bibir pinknya yang begitu lembut..."

​"Kau! Beraninya!" Zeng Hua berteriak, amarah mengalahkan rasa sakitnya.

​"Rasanya seperti, strawberry... begitu manis." Chen Huang mengejek, ia memegang bibirnya sendiri seolah sedang mengenang Yun Yuan.

​Zeng Hua meraih tanah dengan satu tangan. Dou Qi-nya masih liar.

​"KUBUNUH KAU!" teriaknya serak, suaranya dipenuhi niat membunuh.

​Ia memaksa Dou Qi-nya melonjak ke batas puncak, seluruh tubuhnya memercik cahaya kekuningan. Suara retakan terdengar dari lantai, dari tulang-tulangnya, bahkan dari udara itu sendiri, saat ia menguras sisa energinya.

​Ia melompat tinggi, membentuk teknik pamungkasnya, kedua tangan terangkat seperti sedang mengangkat palu raksasa, Dou Qi terkumpul menjadi massa energi yang berputar liar di atas kepalanya.

​​Para murid yang menyaksikan adegan itu serentak mundur ketakutan, menundukkan kepala mereka, menghindari kehancuran yang akan datang. Aula yang agung itu kini menjadi medan pembantaian energi.

​Tetua Ma, yang berdiri di atas, bahkan mengangkat alis sedikit, terkesan dengan ketahanan spiritual Zeng Hua yang memaksakan teknik terakhirnya.

​"Itu… Gelombang Gunung Penghancur," gumamnya pelan, mengakui kekuatan destruktif teknik itu.

​Serangan itu turun seperti meteorit yang jatuh dari langit, massa Dou Qi yang berputar liar itu siap menghancurkan Chen Huang dan segala sesuatu di bawahnya.

​Tapi tepat sebelum energi itu menghancurkan Chen Huang—

​Tubuh Chen Huang menghilang.

​Satu langkah.

​Itu saja. Itu adalah Langkah Dewa Void yang sempurna, sebuah teknik kecepatan yang membelokkan ruang dan waktu di sekitarnya. Gerakannya bukan menghindar, tetapi melenyapkan dirinya dari lokasi bahaya.

​Ia muncul di samping Zeng Hua, menjejak lantai seolah tidak ada tekanan Dou Qi yang mengerikan apa pun di sekitarnya. Chen Huang, dalam posisi sempurna, mengambil kesempatan yang diberikan oleh kehancuran momentum lawannya.

​Siku Chen Huang menghantam rusuk Zeng Hua. Pukulan itu tidak hanya fisik, itu adalah Dou Qi perak murni yang ditempa baja Pil Ilahi, terkonsentrasi di satu titik kecil. Membuat darah menyembur dari mulut Zeng Hua.

​BRAAK—!

​Gelombang energi meledak, jauh lebih keras dari dentuman sebelumnya. Itu adalah titik akhir dari pertarungan. Tubuh Zeng Hua terpelanting jauh, memantul di lantai batu tiga kali sebelum akhirnya berhenti, terdiam, tak mampu bangun. Ia telah dikalahkan, sepenuhnya.

​Aula benar-benar sunyi. Keheningan yang tercipta oleh kejutan dan kemenangan yang mutlak.

​Chen Huang berdiri tegak, napasnya tidak tersengal, tatapannya tenang, Dou Qi-nya mereda perlahan seperti api yang padam dengan sendirinya, meninggalkan udara yang bersih.

​Tetua Ma tersenyum tipis, kepalanya mengangguk, sebuah restu tanpa kata. "Hmph, sudah kuduga," gumamnya, suaranya kini dipenuhi kesenangan. "Bocah ini benar-benar..."

​Aula Istana Langit langsung bergemuruh oleh sorakan yang memuja Chen Huang. Mereka telah menyaksikan bukan hanya kemenangan, tetapi kelahiran seorang jenius yang melampaui logika sekte.

​Lalu Yun Yuan, yang menyaksikan semuanya dari samping, menatap Chen Huang dengan sorot mata yang menunjukkan kekesalan. Tubuhnya, meskipun tanpa bergerak, memancarkan ketegangan di area pinggulnya dan bahunya menegang, setiap lekuk tubuhnya terasa kaku oleh emosi.

1
Mizuki Berry
gak ada cover lain kah?
Cecilia-chan: banyak ai nya yg ini, kek bahan gabut selagi aku masi nulis isekai slime, jdi kalau pening dan gada ide ya, kutulis random kesini, gada tujuannya ini novel
total 4 replies
Story
berapa kata di chapter ini?
Cecilia-chan: 1200an
total 1 replies
Story
Lebih baik lewat dialog aja nggak sih tingkatan Kultivasinya🗿
Cecilia-chan: entah kenapa aku pengen simpel aja kek sesepuh fantim yg laen🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!