Suara itu sangat tidak asing di telingaku ... Apakah dia Ghavi yang kukenal ? Ghavi yang pernah mengisi hatiku selama 5 tahun dengan penuh cinta dan mamanya yang telah menghancurkan nya dengan cara yang tidak bermoral. Sudah susah aku bersembunyi darinya sejak 3 tahun lalu tapi kenapa harus bertemu dengannya disini ? batinku ingin berteriak antara yakin dan tidak bahwa laki-laki yang disebutkan oleh Amara sebagai tunangannya adalah Ghavi yang pernah mengisi hatiku beberapa tahun yang lalu saat kami berdua bersekolah di Paris.
Apakah Catelyn akan goyah dengan kehadiran Ghavi ?
Apakah Catelyn bersedia membuatkan gaun pernikahan untuk Amara dan Ghavi ?
Dan bagaimana perasaan Catelyn dan Ghavi atas pertemuan yang tidak terduga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MELAMARMU
"Hai Gavin ... Panggil Datuk ya sayang" ucap Kakek Atmadja dengan nada lirih dan dikedua sudut matanya keluar titik air mata kebahagiaan karena melihat cicit pertama nya melalui layar telepon.
Catelyn tersenyum haru melihat Kakek Atmadja begitu bahagia. "Iya Kek, ini Gavin. Gavin sayang, ini Datuk" kata Catelyn sambil mengarahkan Gavin lebih dekat ke layar ponsel. Gavin dengan polosnya melambaikan tangan ke arah Kakek Atmadja dan mengucapkan "Atukkkk" dengan riang. Kakek Atmadja tertawa bahagia mendengar sapaan Gavin. "Ya Tuhan, pintar sekali cicit Datuk ini. Ghavi, kamu harus jaga baik-baik Catelyn dan Gavin. Mereka adalah harta yang paling berharga" pesan Kakek Atmadja dengan nada serius. "Pasti Kek. Itu sudah menjadi kewajiban Ghavi" jawab Ghavi dengan tegas. "Kakek mohon, Ghavi. Lindungi mereka dari Ibumu Renatta. Kakek tahu betul bagaimana liciknya Ibumu beserta suaminya itu. Jangan biarkan dia menyakiti Catelyn dan Gavin. Dan kalau memungkinkan atur dengan James atau Radian bagaimana caranya" pinta Kakek Atmadja dengan nada memohon. "Ghavi janji Kek akan melakukan apapun untuk melindungi Catelyn dan Gavin. Kakek jangan khawatir. Ghavi juga sudah membicarakan hal ini dengan James untuk memberikan somasi kepada Mama dan suaminya untuk tidak mengganggu Catelyn, Gavin maupun adik-adik Gavin nantinya" janji Ghavi dengan sungguh-sungguh. "Bagus. Kakek pegang janji kamu, Ghavi. Sekarang, Kakek mau bicara dengan Catelyn," kata Kakek Atmadja sambil menatap Catelyn dengan tatapan lembut.
"Catie sayang, Kakek titip Ghavi ya. Dia memang keras kepala dan kadang menyebalkan, tapi Kakek tahu dia sangat mencintai kamu dan Gavin. Tolong maafkan segala kesalahannya di masa lalu. Kakek tahu benar bagaimana hancurnya dia dulu saat berpisah dengan mu. Kakek juga sangat menyesal karena terlambat mengetahui permasalahan kalian. Kakek yakin Ghavi ingin berjuang untuk menjadi menjadi suami dan ayah yang baik. Pertanyaan kakek, apa saat ini kamu tidak memiliki kekasih atau paling tidak ada laki-laki lain yang mendekatimu ? Kalau sudah ada kekasih, maka tolak saja Ghavi sekarang. Jangan beri kesempatan dia untuk masuk diantara kamu dan kekasihmu. Mungkin ia memang tidak pantas mendapatkan wanita sebaik kamu" Kakek Atmadja berkata seolah-olah Ghavi tidak ada disana.
Catelyn terharu mendengar pesan Kakek Atmadja. Ia mengangguk dengan mantap dan menjawab, "Iya Kek. Catie akan berusaha sebaik mungkin. Dan sampai saat ini Catie masih sendiri kek ... memang ada beberapa orang yang telah mendekati bahkan meminang Catie, tapi Catie masih memikirkan Gavin Kek" ujar Catelyn dengan jujur. "Dengar itu Ghavi, kalau kamu lengah sedikit saja tidak sedikit laki-laki lain yang ingin memperistri wanita cantik dan mandiri seperti Catie. Jadi sekarang masalah hati adalah urusan kalian berdua. Kakek akan segera menjenguk cicit yang lagi sakit ini ke Bali" kembali lagi Kakek Atmadja terpesona dengan kepintaran Gavin. Yang walau dalam keadaan tidak sehat, masih mau diajak bicara dan terlihat sangat pandai. "Gavin ... mau ya di jenguk Datuk. Nanti kita jalan-jalan keliling dunia kalau Gavin sembuh. Mau ?" tanya Datuk Atmadja menanyakan kepada Gavin. Si bocah yang masih belum paham artinya jalan-jalan keliling dunia ini pun menjawab dengan polosnya "Mau Atuk" duh semakin bahagia Datuk Atmadja mendengar suara cicit pertama nya yang menjawab dengan wajah yang lucu.
Setelah beberapa saat berbincang dengan Kakek Atmadja, Ghavi menutup panggilan video call tersebut. Ia menatap Catelyn dengan tatapan penuh cinta dan rasa bersalah. "Catie, maafkan aku karena Mama sering berbuat ulah dan membuat kita berpisah. Saat ini aku pastikan mama tidak akan mengganggu kita lagi. Dia sudah tidak memiliki harta apapun lagi bahkan oleh Kakek Atmadja, mama telah dibuang dari pewaris perusahaan secara resmi dan legal sejak beliau menikah untuk keempat kalinya. Dan beri aku waktu 2-3 hari kedepan, untuk bisa membereskan semua permasalahan yang pernah beliau perbuat" ujar Ghavi sambil memeluk dan mengecup kening Catelyn.
Ghavi meraih tangan Catelyn dan menggenggamnya erat. "Catie, aku tahu ini mungkin terlalu cepat, tapi aku tidak bisa memendamnya lebih lama lagi. Aku mencintaimu dan Gavin, Catie. Maukah kamu menikah denganku ? Dan kembali melahirkan adik-adik Gavin" tanya Ghavi dengan nada yang tulus dan penuh harap sambil ditangannya membuka sebuah kotak bludru yang berisi sebuah cincin berlian yang sangat indah. Catelyn terkejut mendengar lamaran Ghavi. Air mata bahagia mulai membasahi pipinya. Ia tidak menyangka Ghavi akan melamarnya secepat ini. "Ghavi ... kapan sempat beli cincinnya sih ?" Catelyn tidak bisa berkata apa-apa. Ia terlalu bahagia dan terharu. "Aku sudah mempersiapkan cincin ini dari Jakarta sejak hari pertama kita bertemu kembali. Aku tahu, kamu mungkin butuh waktu untuk berpikir. Tapi aku mohon, jangan tolak aku. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu dan Gavin. Aku ingin menjadi suami dan ayah yang baik" kata Ghavi dengan nada memohon. Catelyn tersenyum dan mengangguk dengan mantap. "Iya, Ghavi. Aku mau. Aku mau menikah denganmu" jawab Catelyn dengan suara yang bergetar karena bahagia. Ghavi langsung memeluk Catelyn dengan erat. Ia mencium kening dan bibir Catelyn dengan penuh cinta dan syukur. "Terima kasih, Catie. Terima kasih sudah menerima aku dan terima kasih sudah memberikan maaf untukku" ucap Ghavi dengan nada yang terharu. "Aku juga mencintaimu, Ghavi. Sangat mencintaimu" balas Catelyn sambil membalas pelukan Ghavi. Cincin berlian yang indah disematkan di jari manis Catelyn dengan ukuran yang pas.
Gavin yang melihat kedua orangtuanya berpelukan dan berciuman langsung protes "Daddy ... Mommy" teriaknya. Ghavi dan Catelyn tertawa melihat wajah putranya yang lagi cemberut karena tidak diajak berpelukan. Akhirnya Ghavi dan Catelyn saling mencium kedua pipi putranya dengan penuh cinta. Setelah beberapa saat berpelukan, Ghavi melepaskan pelukannya dan menatap Catelyn dengan tatapan yang berbinar-binar. "Kalau begitu, kita menikah 4 hari lagi ya ?" tanya Ghavi dengan nada bersemangat. Catelyn terkejut mendengar permintaan Ghavi. "4 hari lagi ? Bukankah itu terlalu cepat ?" tanya Catelyn dengan nada ragu. "Iya biar dokumen yang sedang diurus James bisa selesai dan Kakek bisa datang ke akad nikah kita. Dan malam ini aku mau menemui papa dan mama untuk melamar kamu sayang" ujar Ghavi kembali. Catelyn mengerutkan keningnya. "Memangnya bisa secepat itu? Aku tidak mau merepotkan Kakek kalau harus datang jauh-jauh ke Bali," ucap Catelyn dengan nada khawatir. "Jangan khawatir, sayang. James sudah mengurus semuanya. Semua dokumen pernikahan kita sudah lengkap, termasuk akta kelahiran Gavin dengan nama aku sebagai ayahnya. Kakek juga sudah setuju untuk datang. Beliau sangat ingin menyaksikan pernikahan kita," jelas Ghavi dengan senyum meyakinkan. "Tapi bagaimana dengan Mama Renatta ? Apa dia tidak akan membuat masalah lagi ?" tanya Catelyn dengan nada cemas. Ghavi menggenggam tangan Catelyn dengan erat. "James sudah mengirimkan somasi keras kepada Mama. Dia tidak akan berani macam-macam lagi. Dia sudah tidak punya uang untuk melawan kita. Dan saat ini kehidupan Mama hanya berasal dari uang yang nilainya sudah aku dan kakek tentukan. Aku janji, aku akan melindungi kalian berdua dari Mama" ucap Ghavi dengan nada tegas. "Baiklah, kalau begitu kamu harus menemui papa dan mama dulu. Aku tidak ingin menikah tanpa restu beliau berdua. Kalau mama papa sudah setuju, aku minta semua urusan dengan keluarga Amara harus selesai dan tuntas baru aku mau menikah denganmu" pinta Catelyn dengan tulus.
***