Maria bereinkarnasi kembali setelah kematiannya yang tragis oleh tunangannya yang mengkhianati dirinya, dia dieksekusi di kamp konsentrasi milik Belanda.
Tragisnya tunangannya bekerjasama dengan sepupunya yang membuatnya mati sengsara.
Mampukah Maria membalaskan dendamnya ataukah dia sama tragisnya mati seperti sebelumnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 SATU LANGKAH MENUJU GEMENTE
Sekitar kurang lebih dari empat puluh lima menit, surat ijin masuk ke kawasan gemente berhasil didapatkan dengan mudah oleh Maria.
Terlihat sekali bahwa Maria sangat senang seusai dia mendapatkan surat ijin masuk ke gemente dari gubernur Viscount Van Bekker yang dia temui secara tak sengaja di gedung kantor pengacara ini.
Tidak butuh waktu lama buat Maria untuk memperoleh surat itu, dengan begitu mudahnya dia mendapatkan akses ke segala tempat serta tujuan ke kawasan gemente yang tergolong sulit, meski sekalipun adalah pejabat VOC, tidak mudah menembus penjagaan ketat disana.
Maria bernafas lega, senyumnya mengembang manis seusai surat ijin ke gemente diperolehnya atas ijin gubernur Viscount.
"Kita pergi kemana sekarang, kau bilang kalau kau akan ke kantormu karena ada pekerjaan disana", kata Maria.
"Ya, kita akan mampir ke kantorku dan mungkin kita pulang larut malam", sahut Rexton.
"Tapi aku sangat lapar sejak tadi belum sarapan, bagaimana kalau kita mampir sebentar membeli makanan", kata Maria.
Maria menggandeng lengan Rexton serta menggosok bagian perutnya yang terasa lapar.
"Boleh, kita mampir ke tempat makan didekat sini saja, ada rumah makan yang cukup laris disekitaran area gedung ini", kata Rexton.
"Mari kita coba rumah makan itu, aku sudah sangat lapar !" kata Maria lalu menarik tangan Rexton menjauh dari gedung kantor pengacara.
"Kita naik mobil saja, akan lebih cepat sampai kesana daripada jalan kaki, Maria", kata Rexton.
"Kukira rumah makannya dekat dari sini, ternyata jauh, ya", kata Maria.
"Lumayan jauh jaraknya dari sini, kita naik mobil saja agar cepat sampai", kata Rexton.
"Mmm, baiklah, kita pergi sekarang", sahut Maria seraya mengangguk cepat.
"Ya...", jawab Rexton singkat.
Keduanya menuju mobil daimler warna hitam yang terparkir di halaman gedung kantor pengacara, Paul sudah menunggu kedatangan mereka sembari duduk di dekat mobil.
"Mari kita pergi mencari rumah makan dekat sini, Paul !" ajak Rexton pada Paul ketika dia dan Maria sudah dekat dari mobil.
"Baik, tuan Rexton", sahut Paul bergegas membukakan pintu mobil.
Maria terlebih dulu masuk ke dalam mobil lalu disusul Rexton.
"Terimakasih, Paul", ucap Rexton seraya masuk ke dalam mobil.
Paul berjalan mengitari mobil daimler hitam yang dia kendarai kemudian masuk ke dalam mobil untuk bersiap-siap pergi.
Mobil daimler warna hitam mulai bergerak pelan meninggalkan halaman gedung menuju jalan utama diluar sana.
Dari kejauhan, tepatnya di gedung kantor pengacara tampak gubernur Viscount Van Bekker sedang mengamati kepergian Rexton dan Maria.
"Kenapa Letnan sangat menginginkan ke gemente, gubernur ?" tanya pengacara Luuk pada gubernur Viscount Van Bekker yang ada didekatnya.
"Van God in de hemel, ini sangat urgen, lebih baik kita selalu waspada pada orang Inggris itu karena dia merupakan pejabat tinggi kerajaan yang statusnya tidak bisa kita sepelekan", kata gubernur.
"Apa dia mulai mencurigai anda ?" tanya pengacara Luuk.
"Van God in de hemel... Tidak, bukan dia yang berkeinginan ke gemente namun anak dari Grand duke Herman lah yang meminta ijin kesana", sahut gubernur.
"Oh, iya, rupanya gadis itu adalah putri dari Grand duke Herman", kata pengacara Luuk.
"Van God in de hemel... Jangan kasih tahu soal surat ijin ini pada siapapun karena aku tidak ingin ada masalah dengan persoalan remeh ini", kata gubernur.
"Jika tidak ada hal yang perlu kita curigai maka bukan masalah berat bagi kita, kenapa kita tidak boleh memberitahukan hal ini pada siapapun", kata pengacara Luuk.
"Van God in de hemel, Jonker Luuk, ini bukan hanya mengenai kepercayaan melainkan tanggung jawab kita pada semua pejabat elit VOC, jika saja kita beritahukan hal ini kemungkinan kecil akan terjadi kecemburuan", ucap gubernur.
"Apa tidak salah anda berkata demikian, bagaimana para pejabat elit akan menaruh rasa cemburu pada seorang gadis yang tidak memiliki kekuasaan sama sekali disini ?" tanya Jonker Luuk yang berprofesi sebagai pengacara.
Gubernur Viscount Van Bekker menghela nafas panjang lalu berseru pelan.
"Van God in de hemel !" serunya. "Katakan saja bahwa anak dari Grand duke Herman yang merupakan para keturunan bangsawan Belanda dan patut diperhitungkan kekuasaannya, lepas dari tanah air tetap posisi mereka diatas para pejabat elit VOC", sambungnya.
"Artinya seluruh pejabat elit takut pada keluarga Grand duke Herman", tegas Jonker Luuk.
"Van God in de hemel... ! Kita tidak bodoh, Jonker Luuk !" sahut gubernur.
"Maksud anda gubernur, saya tidak mengerti ?" tanya pengacara Luuk.
"Van God in de hemel, kau benar, Jonker Luuk bahwa keluarga Grand duke Herman paling disegani oleh pemerintahan VOC selain dia dipercaya oleh kerajaan Belanda, dia juga sangat bersih", kata gubernur.
"Apa karena dia sangat "Eerlijk" maka kita patut hati-hati pada mereka ?" tanya pengacara Luuk.
"Van God in de hemel, tidak hanya saja dia patut diwaspadai namun mereka bisa saja menjadi pengawas tersembunyi bagi siapa saja yang membangkang atau berbuat curang pada pemerintahan Ratu Belanda, dan malangnya, kita sendiri tidak tahu kapan mereka akan bertindak", sahut gubernur.
"Orang yang sangat berbahaya rupanya...", kata Jonker Luuk.
Gubernur Viscount Van Bekker mengangguk cepat lalu berkata.
"Van God in de hemel, ya, benar sekali bahwa mereka adalah orang-orang paling berbahaya", ucapnya.
Gubernur menatap heran pada pengacara Luuk yang bekerja padanya.
"Van God in de hemel, ngomong-ngomong, bukannya Jonker adalah salah satu keturunan bangsawan, kenapa kau justru tidak mengerti akan keturunanmu, Jonker Luuk", kata gubernur.
Jonker Luuk hanya tertawa sambil meringis lalu mengangguk pelan.
"Soal turun-temurun di keluarga saya, terus terang saja kalau saya sama sekali tidak tahu apa-apa", ucapnya yang disertai gelak tawa.
"Van God in de hemel, pantas saja kau tidak mengenal kerabatmu sendiri, tapi bagaimana kau mendapatkan gelar Jonker jika kau bukan seorang bangsawan", ucap gubernur sembari mengerutkan keningnya.
Jonker Luuk hanya tertawa terkekeh meski dia masih muda usianya untuk bersikap tua daripada umurnya namun dia selalu terkekeh mirip orang tua.
"Mungkin hal tersebut merupakan suatu misteri rumit yang hanya diketahui oleh kedua orang tua saya saja, gubernur", ucapnya.
"Van God in de hemel, oh, begitu, ya, bisa di mengerti dan aku dapat memakluminya, Jonker Luuk...", sahut gubernur sembari tersenyum tipis lalu menatap jauh ke arah halaman gedung pengacara yang mulai ramai oleh kendaraan terparkir.
...***...
Mobil daimler hitam yang membawa Maria bersama Rexton terus melaju cepat di jalanan kota yang lenggang, mobil berbelok ke arah sisi jalan diseberang kanan jalan.
Tepat diseberang jalan, terdapat sebuah rumah makan berada disana, segera mobil daimler hitam bergerak lamban memasuki area parkiran kendaraan.
"Kita ke rumah makan ini saja, Maria", ucap Rexton.
"Ya, tidak masalah, selagi makanannya bisa dimakan, apa salahnya mencobanya", kata Maria setuju.
"Rupanya kau sudah sangat kelaparan, sampai-sampai tidak lagi memperhatikan menu makanmu", kata Rexton.
"Apa yang membuat kita bisa kenyang maka kita makan saja, buat apa dipersoalkan", kata Maria.
"Sepertinya kau tidak pernah memilah-milah makanan apa saja yang masuk ke dalam perutmu, Maria", kata Rexton.
"Jika itu enak dan layak dimakan bukan masalah berarti buat aku", sahut Maria.
"Baiklah, bisa dimengerti tapi saranku serta nasehatku padamu, sebaiknya kamu lebih berhati-hati memilih makanan, apakah makanan itu sehat atau tidak bagi kesehatanmu", kata Rexton bijak.
"Baiklah, aku akan mempertimbangkan nasehatmu padaku, Rexton", sahut Maria.
Maria dan Rexton masih berada duduk di dalam mobil daimler hitam yang terparkir di area parkiran, agak jauh dari lokasi rumah makan walaupun mobil telah sampai di tempat tujuan, mereka masih sibuk bicara berdua-duaan sampai detik ini.