NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita / Era Kolonial
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyerahkan Bukti

"Yang Terhormat Anggota Parlemen, saya datang ke sini untuk melaporkan kondisi pekerja di perkebunan yang sangat memprihatinkan. Mereka diperlakukan tidak manusiawi, dipaksa bekerja keras tanpa upah yang layak, dan tidak memiliki hak-hak dasar sebagai pekerja. Saya mohon agar Parlemen Belanda dapat mengambil tindakan untuk melindungi hak-hak pekerja dan memperbaiki kondisi mereka." terang Nyai Galuh.

"Sebagai seorang yang telah menyaksikan langsung kondisi pekerja di perkebunan, saya tidak bisa diam melihat ketidakadilan ini. Saya mohon agar Parlemen Belanda dapat mengirimkan komisi investigasi untuk menyelidiki kondisi pekerja di perkebunan dan mengambil tindakan yang tepat untuk memperbaiki keadaan." imbuhnya kemudian.

"Siapa nama mandor yang Nyai Galuh tuduhkan ini ?" tanya Diederik Samson.

"Van Der Meer, Tuan."

Diederik Samson terlihat mencatat dengan detail.

"Nyai Galuh, dapatkah Anda menjelaskan lebih detail tentang tindakan Van Der Meer yang Anda maksud? Apa bukti yang Anda miliki untuk mendukung klaim Anda?"

Nyai Galuh menjawab dengan tenang dan terstruktur, "Tentu, Tuan Samson. Van Der Meer adalah mandor yang tidak manusiawi saat menjadi mandor di perkebunan. Ia sering kali berlaku kasar dan tidak adil terhadap para pekerja, bahkan tidak segan-segan menggunakan kekerasan fisik."

Nyai Galuh berhenti sejenak untuk menenangkan diri sebelum melanjutkan. "Banyak pekerja yang menjadi korban kekerasan dan intimidasi darinya, sehingga menciptakan suasana kerja yang tidak kondusif dan menakutkan. Saya memiliki dokumen yang berisi catatan tentang tindakan kekerasan dan perlakuan tidak adil yang dilakukan oleh Van Der Meer terhadap para pekerja di perkebunan. Dokumen ini juga dilengkapi dengan tanggal dan waktu kejadian, serta keterangan dari saksi-saksi yang melihat langsung."

Diederik Samson mengangguk dan meminta Nyai Galuh untuk menyerahkan dokumen tersebut. Setelah menerima dokumen, ia mulai membacanya dengan serius. "Hmm, ini sangat memprihatinkan. Kami akan segera melakukan investigasi dan mengambil tindakan yang sesuai jika terbukti Van Der Meer bersalah."

Nyai Galuh menatap para pejabat Belanda dengan serius dan penuh harapan. "Saya percaya bahwa tuan-tuan memiliki kebijakan yang mendukung perlakuan yang adil dan manusiawi terhadap semua pekerja. Saya berharap bahwa masalah ini dapat segera ditangani dengan serius dan Van Der Meer dapat diberikan sanksi yang sesuai jika terbukti bersalah."

Anggota Parlemen setuju untuk mengirimkan komisi investigasi untuk menyelidiki kondisi pekerja di perkebunan. Mereka berjanji untuk mengambil tindakan yang tepat jika ditemukan pelanggaran hak-hak pekerja.

"Terima kasih, Nyai Galuh, atas kesaksian Anda. Kami akan segera mengirimkan komisi investigasi untuk menyelidiki kondisi pekerja di perkebunan. Kami akan memastikan bahwa hak-hak pekerja dihormati dan keadilan ditegakkan."

Dengan keputusan ini, Nyai Galuh merasa lega dan berharap bahwa keadilan akan segera ditegakkan bagi pekerja di perkebunan. "Seharusnya saya yang mengucapkan terima kasih, Tuan Diederik Samson. Karena sudah mendengar laporan saya."

"Ini sudah menjadi tangung jawab kami untuk menerima aduan, tapi saya harus katakan, Nyai Galuh, bahwa keputusan ini juga berkat kegigihan dan keberanianmu dalam memperjuangkan hak-hak pekerja. Kami sangat menghargai kerja kerasmu," kata Tuan Diederik Samson dengan nada yang tulus.

Diderik Samson begitu terpukau dengan kepribadian nyai Galuh sebagai pribumi yang cerdas, berani, dan berjuang untuk keadilan. Ia kagum dengan kemampuan Nyai Galuh dalam berdiplomasi untuk memperjuangkan hak-hak pekerja perkebunan. Diderik Samson tidak bisa tidak merasa tertarik dengan semangat dan tekad Nyai Galuh.

Diederik menawarkan untuk minum kopi. "Maukah Nyai Galuh bergabung dengan saya untuk minum kopi di ruang tamu? Saya ingin mendengar lebih banyak tentang rencana Anda untuk memperjuangkan hak-hak pekerja perkebunan," kata Diederik dengan senyum yang ramah.

Nyai Galuh tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, terima kasih Tuan Diederik. Saya tidak keberatan jika kita berbicara sambil minum kopi." Mereka kemudian berjalan menuju ruang tamu, sambil Diederik Samson memesan kopi untuk mereka berdua.

Seseorang dengan seragam pelayan datang dengan dua cangkir kopi. Pelayan itu meletakkan cangkir kopi di depan Nyai Galuh dan Diederik Samson, "Tersedia gula dan susu, Tuan dan Nyonya," katanya dengan sopan sebelum membungkuk dan mundur. Diederik Samson tersenyum, "Silakan, Nyai Galuh, tambahkan gula atau susu secukupnya."

Nyai Galuh tidak terlalu suka manis, ia ingat dengan programnya untuk diet.

Diederik Samson langsung menyeruput kopi panas itu dengan mata tertutup, menikmati aroma dan rasa kopi yang kuat. Setelah beberapa saat, dia membuka matanya dan tersenyum puas. "Ah, kopi yang sangat enak," katanya. Nyai Galuh tersenyum dan mengikuti contoh Diederik, menyeruput kopi dengan nikmat.

"Ah, kopi di sini memang terkenal enak, ya? Aroma kopi Arabica yang kuat dan khas benar-benar menggugah selera," kata Nyai Galuh sambil tersenyum.

"Saya senang Nyai Galuh menikmati kopi ini." Diederik Samson mengangguk setuju, menikmati aroma kopi yang hangat di tangannya.

Nyai Galuh meletakan cangkir lalu tersenyum, "Saya pikir saya akan mencoba meracik kopi seperti ini di rumah untuk Tuan Edwin, pasti dia akan senang."

Diederik Samson merasa patah hati, rupanya nyai Galuh sudah ada yang punya, "Ah, saya yakin suami Anda akan sangat menyukai kopi buatan Nyai Galuh."

Mendengar ucapan itu, Nyai Galuh tidak merespon lalu mengganti topik pembicaraan. "Saya akan menginap beberapa hari di Batavia. Adakah tempat tinggal dekat dari sini ?"

"Bagaimana kalau saya menawarkan losmen yang cukup baik di dekat sini? Anda bisa menginap beberapa hari di sana," kata Diederik Samson dengan senyum.

Nyai Galuh memandanginya dengan sedikit terkejut, tapi juga merasa lega karena tidak perlu mencari penginapan lain. "Terima kasih, Tuan Diederik. Saya sangat terbantu disini," jawabnya dengan sopan.

"Mari minum," Diederik menyeruput lagi kopinya dan diikuti nyai Galuh.

"Apa rencana Anda selanjutnya mengenai kebijakan pekerja ?" Diederik Samson memandang Nyai Galuh dengan serius.

"Saya berencana untuk memperbaiki kondisi kerja dan meningkatkan kesejahteraan pekerja di perkebunan. Saya ingin memastikan bahwa pekerja mendapatkan perlakuan yang adil dan layak." Nyai Galuh memandanginya dengan minat.

"Bagaimana Anda berencana untuk melakukannya?" tanya Diederik.

Nyai Galuh tersenyum, "Saya memiliki beberapa ide, termasuk meningkatkan gaji, memperbaiki fasilitas kerja, dan memberikan kesempatan pendidikan bagi pekerja." Nyai Galuh berhenti sejenak, ia lupa sedang berada bukan di zamannya.

Tentu saja hal itu membuat Diederik menatap cengo, "Luar biasa !" spontan ia mengucapkan itu agar nyai Galuh tidak tersinggung meski ia tidak menjamin akan berhasil dengan ide nyai Galuh.

Nyai Galuh menghabiskan kopinya, "Saya ada teman yang sedang menunggu diluar, saya permisi dulu." ujar Nyai Galuh mengakhiri jamuan.

"Ah, baiklah. Saya akan bersiap dulu. Nyai bisa menunggu diluar. Nati akan saya akan ke losmen."

Setelah selesai memberikan laporan di parlemen, Nyai Galuh keluar dari ruangan dengan perasaan lega namun juga khawatir tentang bagaimana kelanjutan kasus Van Der Meer. Ia berjalan menuju Kasminah.

"Kasminah, aku sudah melapor ke parlemen tentang perlakuan Van Der Meer," kata Nyai Galuh dengan suara yang ditekan.

Kasminah menatap Nyai Galuh dengan penuh harapan. "Apa yang mereka katakan, Nyai? Apakah mereka akan melakukan sesuatu?"

1
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!