Subgenre: Wanita Kuat · Second Chance · Love Healing
Tagline pendek: Kisah tentang aktris yang hidup lagi — dan menemukan cinta manis dengan CEO muda, si sponsor utama dalam karirnya
Sinopsis:
Cassia, adalah artis cantik A-class. Semua project film, drama,iklan bahkan reality show nya selalu sukses dan terkenal. Namun, menjadi terkenal tidak selalu menyenangkan. Cinta yang disembunyikan, jadwal padat tanpa jeda, dan skandal yang merenggut segalanya. Maka dari itu ketika mendapatkan kesempatan terlahir kembali, Cassia mulai menjauhi orang-orang toxic di sekitarnya dan pensiun jadi artis. Ia ingin menikmati hidup yang dulu tak sempat ia lewatkan, dengan caranya sendiri. Bonusnya, menemukan cinta yang menyembuhkan dari CEO tampan, si sponsor utama dalam karirnya.
Ayo klik dan baca sekarang. Ikuti terus kisah Cassia, si aktris kuat ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌻Shin Himawari 🌻, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 - Insting Max
Hujan sudah berhenti.
Jejak air masih membentuk garis di kaca mobil SUV hitam yang melaju pelan menuju Mansion Dalton.
Ping.
Suara pesan baru memecah kesunyian di dalam mobil.
Theo, langsung mengecek ponselnya, ini pesan yang ditunggu.
Ia melirik ke kursi belakang, terlihat Boss-nya memejamkan mata—sepertinya bukan tertidur. Max bersandar ke kursi, satu tangan di pelipisnya.
Theo yang sudah mengabdi bertahun-tahun lamanya, tahu akan satu hal.
Kontrol emosi Max luar biasa.
Tapi anehnya, malam ini, bossnya itu terlihat sedikit kehilangan ketenangannya yang biasa.
Bossnya tidak dalam kondisi baik, mungkin ia sedang menahan marah, tebak Theo dalam hati.
"Pak, maaf membangunkan. Concierge lobby barusan bilang, manager Cassia juga meninggalkan gedung apartement tak lama setelah Felix keluar." lapor Theo dengan pelan, agak sungkan sebenarnya.
Dugaan Theo benar, Max tidak tertidur.
Max membuka mata perlahan, "Maura langsung pergi?" nada suaranya terdengar datar, namun terkontrol dan berbahaya.
Max mengingat lagi kejadian di depan lobby. Ia melihat Maura tiba di apartement, hanya beda beberapa menit setelah Felix datang.
Insting Max langsung bereaksi, merasa ada sesuatu yang tidak beres; keduanya jelas membawa niat buruk pada Cassia.
Tanpa ragu, Max memutuskan mengambil langkah lebih dulu. Ia akan melindungi Cassia dengan caranya selama ini—menjaganya dengan diam diam.
"Iya, Pak. Dan tentang permintaan tambahan anda tadi, sedang saya urus. Begitu rekaman CCTV apartement dari area lobby, guest lift, sampai koridor terkumpul saya langsung kirim ke ponsel anda." Theo melanjutkan laporannya.
Max tersenyum puas dengan kinerja sekertarisnya itu.
"Pastikan itu sudah termasuk dari Cassia masuk sampai dua orang itu keluar. Aku ingin semua rekaman CCTV yang seluruh menitnya bisa ku periksa, Theo. Tanpa ada yang terpotong." dengan nada tenang namun tegas.
Theo mengangguk hormat, "Baik, pak."
Sunyi sejenak, sampai Theo mendengar suara Max yang berkata pelan tapi tegas, nyaris seperti berbisik dengan nada baritonnya yang rendah.
"Aku memang akan bersabar menunggu untuk mendapatkan cintamu, butterfly. Tapi kalau soal keselamatanmu, aku akan memakai caraku selama 9 tahun ini. Tidak akan ku biarkan seorangpun melukaimu."
Nadanya lembut namun penuh keseriusan. Seperti sebuah janji yang tidak bertuan.
...🌻🌻🌻...
Pagi akhirnya datang.
Di sebuah kamar yang luas dan mewah bernuansa hitam maskulin, aura dingin dominannya terasa, seperti pemiliknya.
Max sudah bangun sejak dini hari. Ia tidak bisa tidur nyenyak sebelum memastikan semuanya aman.
Pikiran Max tidak bisa lepas dari Cassia.
Max mengambil ponselnya dari meja nakas samping ranjang, membuka pesan terakhir yang ia kirim kepada Cassia tadi malam.
To: Cassia
“Butterfly, maaf kirim malam-malam. Kamu sudah sampai rumah? Tolong hubungi aku kalau kamu butuh sesuatu..."
Pesan itu masih belum ada balasannya.
Bahkan masih checklist satu, tanda pesan belum terbaca.
Max menyentuh nama “Cassia” dengan tambahan icon kupu kupu di layar ponsel—gerakannya pelan, seolah bisa menghapus jarak.
“Cassia, kamu baik-baik saja, kan? Apa semalam kamu menangis?" bisiknya nyaris tak terdengar.
"Kamu bahkan tidak tahu betapa aku ingin berada di sisi kamu tadi malam." Lanjut Max dengan nada sendu.
Max mengembuskan napas pelan, menahan perasaannya kembali ke dalam. Saat ini ia harus fokus. Untuk melindungi Cassia dulu.
Ping.
Max membuka pesan baru dari Theo dengan cepat. Pesan yang sudah ia nantikan dari tadi malam.
From: Theo
"Pak Max, saya kirim rekaman CCTV sesuai perintah anda. Silakan instrusikan jika ada yang perlu di check lagi."
Max duduk, menyandarkan tubuhnya di headboard ranjangnya.
Ia menunggu sampai video terdownload semua.
Total ada tiga video.
Tanpa suara, hanya visual yang bergerak. Dengan catatan tanggal jam dan menit di sudut videonya.
Max membuka video pertama.
Footage ke-1.
Kamera CCTV yang ada di lobby sampai masuk guest lift, merekam mulai dari kedatangan Cassia hingga Felix dan Maura yang akhirnya pergi meninggalkan bangunan apartement.
Sama seperti yang sudah Max lihat secara langsung, Felix masuk dengan tergesa-gesa. Disusul oleh Maura yang mengekorinya beberapa menit kemudian.
Max tidak hanya menonton, sebagai CEO ia terbiasa memperhatikan semua detail, tanpa terlewat.
Kontras dengan Felix, Maura datang dengan tenang—terlalu tenang malah.
Sebagai manager Cassia, tentu Maura sering ke sana dan pasti mengenal para staff. Hanya saja kali ini, sesekali Maura terlihat menoleh kanan-kiri. Seperti mengawasi sekitar.
Max menilai tindakan Maura, sangat mencurigakan.
“Cassia...siapa pun yang mencoba mencelakaimu akan berurusan denganku.” ucap Max serius sebelum beralih ke video selanjutnya.
Footage ke-2.
Kamera CCTV yang ada di guest lift. Tidak ada yang aneh. Max langsung membuka video terakhir.
Footage ke-3.
Kamera CCTV yang ada di koridor lift sampai depan pintu apartement Cassia.
Jemari Max otomatis mengetuk layar ponselnya, ia menemukan sesuatu yang janggal.
Max menekan tombol rewind.
Zoom.
Lalu, slow playback.
Gerakan Maura terlihat jelas, mengeluarkan ponselnya mengarahkan ke arah Felix dan Cassia yang ada di depan pintu.
Sepertinya Maura memotret mereka.
"Hah. Jadi ini rencana kotormu, Maura. Kamu pasti berniat menjadikan ini skandal untuk menjatuhkan image Cassia, artismu sendiri." nadanya menjadi semakin berat, ada kemarahan disana.
Pria itu marah karena membayangkan bagaimana rasanya jadi Cassia kalau aktris cantik itu tahu managernya menghianati dia.
Rahangnya mengeras, Max tidak bisa diam saja. Max langsung merencanakan sesuatu.
Ia menghubungi Theo, dan sekertarisnya itu langsung menjawab panggilan di dering ke tiga.
"Theo..." ucap Max dengan nada mengerikan, yang tidak pernah sekertarisnya dengar.
“Track device Maura, semua aktivitas pesan, email, dan cloud dalam 24 jam terakhir. Cari foto yang dia ambil tadi malam dan cari tahu ke mana foto itu dikirim." instruksinya jelas dan tegas.
“Baik, Pak.” Theo terdengar ragu. “Kalau foto itu sampai ke media—”
“Jangan biarkan sampai sana.” potong Max singkat.
Lalu Max mengatakan instruksi berikutnya, pelan namun tak bisa ditawar.
“Hubungi chief editor portal lifestyle, hiburan, gosip—siapa pun yang biasa angkat isu selebriti. Jika ada rencana rilis tentang Cassia. Katakan pada mereka, bicarakan dulu dengan Lumiere Beauty. Aku akan membayar berapapun harga yang mereka minta."
Theo langsung mengerti. Ini perintah elegan dari seseorang CEO yang punya kuasa.
“Baik, Pak Max. Saya urus segera.”
Sebelum Theo sempat menutup telepon, Max menambahkan pelan—lebih personal, dan jauh lebih dingin.
“Satu lagi, kalau ada yang mencoba memanfaatkan Cassia… kita pastikan mereka menyesal sebelum sempat menekan tombol upload.”
Lalu panggilan telepon dengan Theo pun berakhir.
Max masih dalam mode menguasai kemarahannya, karena masih ada satu hal lagi yang harus ia lakukan untuk melindungi Cassia.
Max membuka ponselnya lagi, membuka kontak lain. Satu nama yang terpikirkan olehnya saat ini.
Panggilan itu tersambung setelah beberapa nada.
Max menenangkan napasnya dulu sebelum bicara—suaranya kembali ke mode CEO. Nadanya sopan, terukur, dengan nada bariton khasnya.
“Saya butuh bantuan anda. Untuk Cassia.”
Bersambung
...🌻🌻🌻...
Hai hai, hari ini aku upload 1 bab ngebut karena senang kalian antusias liat cerita Cassia dengan minta update :)
Doain aku makin semangat biar bisa upload 1 bab buat nemenin kalian tiap hari yaaa (masih belum bisa janjiin 🙏)
Aku tau kalian bosen liat Felix terus, jadi saatnya refresh dengan CEO bucin kaya raya lagi yaaa. Btw, siapa yang Max telepon ya? 🤔
Mau momen sweet ama Max dulu atau lihat Felix ngejar Cassia lagi kaya waktu awal pacaran?
Thanks for like comment, and vote nya gais!