Riana yang berumur 17 tahun kelas 3 sma terpaksa harus menerima permintaan sang bunda untuk menikah muda. dengan erlangga laki-laki mengebalkan sekaligus rivalnya.
Erlangga yang terlihat cuek dan tidak peduli pada riana, justru menyimpan rasa cinta sangat besar hingga menjadi obsesi yang sangat gila.
mampukah riana menghadapi sikap Erlangga yang posesif dan manja itu?
dibalik pernikahan mereka ada sebuah masalah besar sedang menanti riana. mampu kah erlangga melindungi riana? atau justru sebaliknya.
kalo suka mampir yah gays😉
maaf kalo jelek soalnya karya pertama_<
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon istri'minyonggi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20.cinta pertama
"hai." sapa seorang pria menyapa riana.
Keduanya sedang berjalan-jalan. Agar lebih fres, menjernihkan pikiran.
Tapi siapa sangka malah bertemu seseorang yang dulu pernah mengisi hatinya.
Anissa langsung mengeratkan tangannya memeluk riana.
"hai will lama tidak bertemu." jawab riana tersenyum.
"kebetulan banget. Tumben kamu kesini padahal dari villa ke desa lumayan jauh." william tak kalah senyum.
"iya sengaja ini mau jalan-jalan."
Mereka bertiga pun berjalan beriringan walaupun anissa hanya diam menggenggam tangan riana erat.
Riana yang tau anissa ketakutan pun memegang tangannya agar memberikan rasa aman.
sesekali mereka berbicara tentang masa lalu, hingga tidak terasa tawa bahagia keluar dari mulut riana bahkan anissa pun ikut tersenyum.
Kini tidak terasa mereka berjalan sampai di depan villa riana. Sedangkan anissa langsung berlari masuk kedalam setelah berpamitan.
"aku menunggu kamu loh ri dari dulu saat kamu pergi." senyum william membuat riana terdiam.
"gimana keadaan kamu will selama ini? Apa sekarang kamu banyak teman?" tanya riana mengalihkan topik pembicaraan.
william menatap riana penuh rindu, mereka berteman saat pertama kali sekolah di luar negeri, dulu william anak cengeng bahkan penakut membuatnya sering banyak yang meledek bahkan membully nya . Tapi setelah datang riana keadaannya membaik.
Riana adalah teman pertama william sekaligus cinta pertamanya.
"aku udah nikah will." riana menunjukan cincin dijari manisnya.
DEG
mematung william mendengar ucapan yang dilontarkan riana padanya.
"se...selamat senang aku mendengarnya" senyum gemetar william, mengepalkan tangannya erat.
"semoga kamu cepat nyusul dan lagi maaf janji kita dulu gak bisa aku tepati." sesal riana.
Walau pun sakit mengatakannya tapi riana tidak ingin william larut dalam janji yang mereka buat dulu.
"aku masuk dulu will." pamit riana pada william yang sedang termenung.
"a...apa kita gak bisa bersama seperti dulu?" tanya wiliam pada riana yang hendak masuk kedalam.
Riana hanya bisa menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya.
"a..apa kita bisa terus terteman seperti dulu?" tanya lagi william.
"sampai kapan pun kamu teman aku will tapi kita tidak bisa seperti dulu karna aku sudah mempunyai suami." jelas riana. Diangguki william.
"besok aku kesini lagi, kita jalan-jalan bareng sekalian aku ajak yang lain ketempat bagus." ucap william melambaikan tangan.
_ _ _ _ _
PRANGGG
"kenapa kamu lang?" tanya teman yang lain.
Bukannya menjawab kini erlangga hanya menatap tajam dengan mengepalkan tangan erat menahan emosi.
"perasaan gue berkata kalo ada seseorang yang mencoba merebut sesuatu milik gue." tajam erlangga langsung pergi.
Guru yang sedang mengajar hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan erlangga yang seperti itu.
"lang kenapa sih sampai marah gitu." susul digo pada erlangga.
"gue ada urusan penting." ucap erlangga.
"mau kemana padahal guru masih menerangkan pelajaran didalam. Apa mau keperusahaan?" ujar haris yang baru datang.
"hhmmm."
Erlangga langsung berjalan pergi menaiki motornya dengan kecepatan tinggi, meninggalkan digo dan haris.
digo dan haris hanya bisa saling menatap melihat kepergiaan erlangga.
entah kenapa emosi erlangga semakin membeludak setelah kepergian riana.
Disisi lain keadaan cakra sudah mulai membaik bahkan sudah diperbolehkan pulang.
Kini dirinya sudah ada di apartemen, mata menatap kanan dan kiri bahkan mengingat waktu itu memperkosa anissa dengan tega merusak masa depannya yang masih panjang.
hanya tinggal penyesalan yang bersarang dihati cakra, memutar balik kan waktu tidak akan mungkin bisa.
"ANISSA." teriak cakra memanggil nama sang pujaan hati.
"AAAKKKKHHHHHHH." emosi cakra yang sudah membeludak.
Atas kebodohan dirinya kini kekasih yang amat dicintainya pergi dengan membawa kesedihan.
_ _ _ _ _
Seperti yang di janjikan william hari ini dia akan mengajak riana dan anissa untuk pergi bermain bersama teman-temannya yang lain.
Anissa yang tadinya menolak ingin ikut terpaksa harus mengikuti riana main karna tidak mungkin dia membiarkan riana dengan laki-laki bahaya juga walau pun sudah kenal dari dulu.
"mau kemana emang kita?" tanya riana penasaran.
"gimana kalo kalian berdua ikut kita kepuncak gunung menaiki motor disana pemandangannya sangat bagus, sekalian bawa makanan, cemilan sama minuman buat kita disana." jelas erlangga.
"pemadangan disana bagus loh kalian gak akan menyesal." ucap salah satu teman wiliam.
"mau dibonceng atau bawa motor sendiri?" tanya salah satunya.
"sendiri aja bisa kok, anissa juga dibonceng aku aja gampang udah profesional." bangga riana.
"gak mau dibonceng abang aja neng." goda salah satunya.
seketika william langsung menggeplak temannya yang bernama fandi.
"jangan genit bangsat, mereka berdua udah punya suami." kesal william pada temannya.
"gak apa. Aku tunggu jandamu." kekeuh fandi.
Semua yang ada disana pun langsung menyorakinya, berani sekali fandi menggoda riana yang sudah punya pawang. Mana ini pawangnya posesif lagi salah sedikit nyawa bisa melayang.
Sedangkan anissa pun sama riana mengatakan pada william bahwa mereka sedang berlibur karna kedua suaminya sedang dinas keluar makanya mereka bisa ada waktu main kesini.
"udah ah biarin aja si fandi tinggalin aja disini kalo masih ganjen." sinis yang lain.
"ayo kita berangkat sekarang." teriak william mengajak semuanya.
kelima motor pun perlahan melaju dengan kecepatan lumayan. Disana mereka melewati hutan bahkan pemandangan yang bagus disepanjang jalan.
Anissa yang dibonceng riana merasa takjub dengan keadaan sekitar yang masih sangat bagus dan alami.
"dulu aku denger katanya orang tua brengsek kamu mau kesini kok gak pernah muncul yah ri." penasaran anissa.
Riana yang sedang membawa motor pun termenung. Kemana sudah selama ini tapi jalang dan pria brengsek itu gak pernah menemuinya.
"iya juga yah, apalagi mereka pasti datang gak mungkin melewatkan kesempatan buat meras uang erlangga." gumam riana bingung.
"apa ri kamu ngomong apa gak kedengeran."
"gak kok, dari tadi aku diem gak ngomong." riana sedikit teriak agar anissa mendengar ucapannya.
Tidak terasa kini mereka semua telah sampai di puncak gunung walau pun memang kendala juga karna jalanan licik dan lumayan ekstrim juga.
"wooooo aku suka disini pemandangannya bagus." anissa berteriak senang
riana menatap kagum sekitar apalagi menatap sekeliling sungguh memanjakan matanya.
"gimana suka gak tempatnya?" william langsung menghampiri keduanya.
"suka makasih udah nunjuki tempat kayak gini apalagi mendangan nya aku suka." kagum riana.
Mereka langsung menaruh karpet dirumput. Supaya nanti duduk tidak kotor.
"makasih loh kalian udah ngajak aku sama riana ketempat gini, aku suka banget disini adem bahkan pemandangannya lebih top pokoknya." seru anissa girang.
"gimana kalo nanti kita main ke tempat yang lebih deru." fandi mengajak kembali.
"masih lama kan disini nya maka dari itu lebih baik main sepuasnya disini." timpal william.
"wah parah nih william modus." sorak semuanya.
"jangan jadi pembinor will." ucap yang lain membuat semuanya tertawa.
"apa pembinor.?" tanya aldo polos membuat william menggeram kesal.
tidak terasa mereka kini duduk dibawa sambil menikmati sarapan yang dibawa.
perlahan senyum diwajah anissa mulai terlihat apalagi mengingat dia murung akhir-akhri saat riana perhatikan.