Menikahi Suami Tidak Normal

Menikahi Suami Tidak Normal

BAB 1: Tamu Mama

Seorang gadis yang usianya 32 tahun tetapi masih melajang atau bahasa gaulnya yaitu jomblo kerap di juluki sebagai perawan tua. Hal ini pun terjadi pada gadis cantik bernama Alena yang sedang di omeli Ibunya.

"Apa sih, Ma. Masih 32 tahun gini. Santai." tutur Alena sambil melipat kedua tangan di dadanya.

"Santai kata kamu, Len? Astagfirullah, anakku!"

Nisa selaku Ibunya mengucap istigfar sambil membuang napas kasar.

"Mama kenapa sih ngebet banget aku nikah? Ma, Mamanya orang lain itu berharap anaknya kaya, bukan nikah cepet."

"Ya itu kan Mamanya orang lain, Mama kan Mama kamu. Umur Mama sudah 50 tahun lebih, Len."

"Gini deh, Mama mau beli apa biar Mama tenang? Perhiasan? Atau mau ganti kitchen set? Yang 5 juta per meter aku Acc, Ma. Aku kabulkan."

"Mama bukannya tidak senang apalagi tidak bersyukur melihat kamu sukses dan cita-citamu tercapai. Mama khawatir sama masa depanmu di sisi yang lain." nada bicara Ibu Alena mulai merendah.

"Mama tenang aja ya. Ekonomi Alena udah bagus, Ma. Alena berdiri di kaki Alena sendiri, Alena nggak kesepian tanpa cowo yang namanya suami. Aman."

Ibunya membuka mulut namun Alena langsung berdiri dan memegang kedua bahu Ibunya.

"Mama tenang aja, ya. Oke?"

Tanpa mendengar jawaban sang Ibu, Alena langsung melangkah pergi dari ruangan tersebut. Ibu Alena menatap anak tunggalnya itu dengan mata yang berkaca-kaca.

****************

Alena Mahira, gadis berusia 32 tahun, bekerja sebagai guru di SMA swasta dengan pendapatan yang lumayan besar di daerahnya, selain itu ia juga membuka program les privat sejak usia 22 tahun dengan banyak peserta dan dengan upah besar sesuai dengan kemampuannya yang memberikan hasil memuaskan hingga pendapatannya lebih besar daripada gajinya sebagai guru. Ia juga mendapat warisan tanah dari mendiang Ayahnya yang hasil panennya di gunakan untuk membeli tanah lainnya.

Hingga saat ini ia memilih melajang dan terakhir kali menjalin hubungan di usia 23 tahun. Dan di usianya kini Ibunya terus mendesak agar Alena cepat menikah, sedangkan Alena enggan memenuhi permintaan Ibunya itu dengan alasan ingin berkarir saja.

****************

Pukul 22:00

Alena membuka pintu dan mengucap salam.

"Assalamu'alaikum, Ma. Alena pulang."

Tidak terdengar sahutan. Alena menutup pintu dan mematikan lampu, ia menuju kamar Ibunya dan membuka pintu dengan pelan.

"Udah tidur ya?" gumam Alena yang melihat Ibunya sudah terlelap.

Alena masuk ke kamar Ibunya dan mematikan lampu.

Setelah masuk ke kamarnya, Alena langsung menggerai rambutnya yang tadinya di kuncir, ia duduk di pinggir tempat tidur sambil kembali mengingat kejadian kemarin sore saat Ibunya kembali mendesaknya untuk menikah.

"Untuk apa juga aku buru-buru menikah, toh kalau menikah sekarang Papa tidak bisa menjadi wali nikahku." ucapnya.

Keesokan harinya...

"Hari minggu yang cerah. Oke Len, sekarang jadwal cek calon uang."

Setelah siap, Alena menuju dapur untuk sarapan dan melihat Ibunya baru selesai masak.

"Wih, masak apa nih?" tanya Alena dengan Antusias.

"Udang kesukaanmu. Tapi jangan banyak-banyak, Mama masak pedes banget."

Air liur serasa membanjiri mulut Alena.

"Mau kemana?" tanya Ibu Alena sambil meletakkan piring di meja.

"Mau ke kebun, mau lihat Kelapa dan lainnya, barangkali sudah siap panen."

"Pulangnya jam berapa?"

"Agak siang paling, Ma. Mama mau ikut? Atau mau aku belikan sesuatu?"

Ibu Alena menggeleng.

"Nanti jangan terlalu lama ya pulangnya, bantu Mama juga soalnya mau ada tamu."

"Siapa?" tanya Alena.

"Jangan bilang yang katanya saudaranya Mama itu. Males banget." imbuhnya.

"Hus! Jangan gitu."

Alena hanya menghela napas. Selesai sarapan ia langsung berangkat menggunakan motornya. Sesampainya di Kebun ia langsung berkeliling dan memperhatikan isi kebunnya terutama tanaman-tanaman di dalamnya.

"Oke, Kelapa bisa lah ya minggu depan panen. Sayang banget kali ini lebih sedikit dari kemarin. Talas juga bolehlah ya di panen juga."

"Wah parah sih, kopinya merah menggoda. Sip minggu depan siap panen. Semoga saja cuaca terus panas sampai selesai jemur kopi."

Setelah hampir 1 jam berlalu, Alena duduk di gubuk yang ia bangun di tengah kebun, ia menyalakan api dan mengambil singkong yang ia bawa lalu ia membakarnya. Sambil menunggu singkongnya matang, Alena sesekali berdiri dan memperhatikan sekitar.

"Kok aku deg-degan, ya?" gumamnya.

Pukul 12:00, puas menyantap singkong bakarnya, Alena bersiap-siap pulang. Sesampainya di rumah, ia mendapati Ibunya sedang masak lagi.

"Masak lagi, Ma?" tanya Alena heran.

"Iya."

Alena melihat kali ini masakan Ibunya tidak hanya 1 menu, tapi ada beberapa menu layaknya akan kedatangan tamu penting.

"Kalau cuma saudara jauh Mama yang dateng, kenapa mesti masak banyak?" tanya Alena dengan nada tidak suka.

Ibu Alena hanya diam tidak menjawab.

"Ini tolong terusin masaknya, ya. Mama mau mandi. Kamu juga habis ini mandi lagi."

Alena mengernyitkan dahi.

"Ngapain mandi lagi?" tanya Alena.

"Loh, kan mau ada tamu. Kamu juga kecut habis dari kebun."

Alena mengerucutkan bibirnya.

"Menyambut saudara tidak tahu diri sudah seperti menyambut tamu penting. Huh." keluhnya sambil mengaduk masakannya.

Pukul 14:30. Setelah selesai melaksanakan shalat, Alena mendengar namanya di panggil.

"Alena."

'Tok tok tok'

Ibunya memanggil sembari mengetuk pintu.

"Iya, Ma."

"Pakaiannya yang sopan ya." pesan Mamanya yang kemudian meninggalkan kamar Alena.

"Hmmm, kalau aku pakai baju bagus dan perhiasan, pasti mata mereka nanti berkilau dan mau pinjem. Males. Tapi seru juga kayaknya."

Setelah beberapa menit kemudian Alena datang ke ruang tamu, ia mematung melihat tamu Ibunya yang seorang laki-laki beserta orang tuanya. Ibu Alena meremas ujung bajunya saat melihat Alena yang memakai rok sedikit di atas lutut, baju tanpa lengan, beberapa kalung yang menggantung di lehernya, cincin yang melingkar di semua jari tangannya serta 10 gelang di masing-masing lengan.

Tamunya pun heran melihat penampilan Alena.

"Maaf ya, Mir. Anakku ini memang agak lain." ucap Ibu Alena.

Alena hanya tersenyum kikuk.

"Sebentar ya," Ibu Alena berdiri dan menarik Alena pergi dari ruang tamu.

"Duh, kamu ini."

"Kok Mama nggak bilang tamunya itu." protes Alena.

"Itu teman Mama. Udah Mama bilang pakai baju yang sopan."

Ibu Alena membuka lemari Alena dan memilihkan pakaian.

"Lepas itu semua emasnya."

Alena mengangguk sambil melepas perhiasannya yang berlebihan.

"Siapa sih itu, Ma?" tanya Alena.

"Teman Mama."

"Kok Alena nggak pernah lihat?"

"Iya itu baru pulang dari luar kota. Anak dan suaminya kerja di luar kota dan baru ini pulang kampung."

"Oh."

Ibu Alena menyerahkan pakaian yang ia pilih.

"Pakai ini, jangan lama-lama." ujar Ibunya sambil pergi dari kamar Alena.

"Waduh, ada apa ini?" gumam Alena sambil menyentuh dada kirinya dan merasakan jantungnya berdegup kencang.

Terpopuler

Comments

ewin🐌

ewin🐌

Memang betul ,seorang ibu akan selalu berpikir kalau anak gadisnya yang sudah cukup umur belum menikah juga,banyak hal yang di pikir kan, omongan orang lah ,gunjingan dan lain².
Tapi kadang yang di pikirin malah cuek aja karena merasa dah mapan jadi bisa hidup sendiri,bisa mandiri tanpa harus punya pendamping hidup.

2025-06-07

1

Hanum Anindya

Hanum Anindya

yupz! wanita kalau sudah mandiri nggak butuh cowok kak😂😂, tapi cowok kalau punya uang satu cewek juga nggak cukup. 💃💃

2025-05-25

1

Vio⁶

Vio⁶

Suatu hal yang wajar bagi seorang ibu apabila mengharapkan anaknya segera mendapatkan jodoh, karena anaknya memiliki pasangan apalagi mapan dan bertanggung jawab menjadi suatu ketenangan sendiri bagi orang tua.

2025-06-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Tamu Mama
2 BAB 2
3 Bab 3: Sah
4 Bab 4: Pindah
5 Bab 5: Foto Rahasia
6 Bab 6
7 Bab 7: Meminta pisah
8 Bab 8: Egois
9 Bab 9: Makan Bersama
10 Bab 10
11 Bab 11: Rumah Sakit
12 Bab 12: Menginap Di Rumah Mertua
13 Bab 13:
14 Bab 14:
15 Bab 15:
16 Bab 16:
17 bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31: Patah Hati Terbesar
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48: Kembali Bahagia
49 Bab 49: Kamu Suka Perempuan?
50 Bab 50
51 Bab 51: Mulai Terasa Jauh
52 Bab 52:
53 Bab 53
54 Bab 54: Pilihan
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58: Rencana Pernikahan
59 Bab 59: Pernikahan Kedua
60 Bab 60: Menghindar
61 Bab 61: Mertuaku Kayaaa!
62 Bab 62: Kiss
63 Bab 63: Acara Perpisahan
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66: Silvi Hamil
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71: Kunjungan Mertua
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74: Belanja.
75 Bab 75: Panti Asuhan
76 Bab 76: Mantan Silvi
77 Bab 77: Memilih Selesai.
78 Bab 78: Hari Apes Tidak Ada di Kalender
79 Bab 79
80 Bab 80: Rahasia Bocor??
81 Bab 81
82 Bab 82: Surat Misterius
83 Bab 83. Ada Kuis!
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93. Rebutan
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101: Menyatakan Perasaan
102 Bab 102: Menghabiskan Malam
103 Bab 103: Bongkar Identitas
104 Bab 104:
105 Bab 105: Perpisahan
106 Bab 106: Tamparan Manis Untuk Silvi
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109: Hadiah Untuk Alena
110 Bab 110: Serangan Silvi
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
Episodes

Updated 117 Episodes

1
BAB 1: Tamu Mama
2
BAB 2
3
Bab 3: Sah
4
Bab 4: Pindah
5
Bab 5: Foto Rahasia
6
Bab 6
7
Bab 7: Meminta pisah
8
Bab 8: Egois
9
Bab 9: Makan Bersama
10
Bab 10
11
Bab 11: Rumah Sakit
12
Bab 12: Menginap Di Rumah Mertua
13
Bab 13:
14
Bab 14:
15
Bab 15:
16
Bab 16:
17
bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31: Patah Hati Terbesar
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48: Kembali Bahagia
49
Bab 49: Kamu Suka Perempuan?
50
Bab 50
51
Bab 51: Mulai Terasa Jauh
52
Bab 52:
53
Bab 53
54
Bab 54: Pilihan
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58: Rencana Pernikahan
59
Bab 59: Pernikahan Kedua
60
Bab 60: Menghindar
61
Bab 61: Mertuaku Kayaaa!
62
Bab 62: Kiss
63
Bab 63: Acara Perpisahan
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66: Silvi Hamil
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71: Kunjungan Mertua
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74: Belanja.
75
Bab 75: Panti Asuhan
76
Bab 76: Mantan Silvi
77
Bab 77: Memilih Selesai.
78
Bab 78: Hari Apes Tidak Ada di Kalender
79
Bab 79
80
Bab 80: Rahasia Bocor??
81
Bab 81
82
Bab 82: Surat Misterius
83
Bab 83. Ada Kuis!
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93. Rebutan
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101: Menyatakan Perasaan
102
Bab 102: Menghabiskan Malam
103
Bab 103: Bongkar Identitas
104
Bab 104:
105
Bab 105: Perpisahan
106
Bab 106: Tamparan Manis Untuk Silvi
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109: Hadiah Untuk Alena
110
Bab 110: Serangan Silvi
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!