Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.
Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.
Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.
Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?
Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?
Atau mereka mengakhiri pernikahannya?
Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Pertemuan
“Mmm!!!” Anin memberontak dengan mencoba melepaskan tangan laki-laki itu.
“Saya mohon diamlah, atau mereka akan menemukan kita berdua. Saya akan jelaskan semuanya pada anda, tapi tidak disini,” bisiknya yang berusaha menahan rasa sakitnya.
Anin mengangguk pelan, ia tidak ada pilihan lain selain menuruti keinginannya.
Meskipun suasananya hanya remang-remang, Anin bisa melihat jika orang-orang yang memakai baju serba hitam telah pergi.
Anin menarik paksa tangan laki-laki yang membungkam mulutnya. “Mereka sudah pergi.”
“Ssttt,” ringisnya yang memegang dadanya.
Anin berdiri, melihat sekitar untuk memastikan apakah situasinya sudah aman atau belum. “Sepertinya sudah aman.”
“Bawa saya pergi dari sini, saya mohon.”
“Baiklah, saya juga tidak setega itu meninggalkan tuan dalam keadaan seperti ini.” Anin membantu pria itu untuk berdiri, lalu memapahnya untuk berjalan.
“Semetara saya akan bawa tuan pulang ke rumah. Rumah sakit cukup jauh dari sini, ini juga sudah malam.”
Dengan bersusah payah Anin memapah orang itu sampai ke rumahnya. Nasib baik masih berpihak pada Anin, karena rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat ia menemukan orang itu.
Anin celingukan melihat sekitar, memastikan tidak ada orang yang melihatnya pulang membawa seorang laki-laki asing, apalagi ia tinggal seorang diri.
Jika tetangga komplek ada yang melihat, sudah pasti akan terjadi masalah yang cukup serius.
Melihat situasi aman, tidak ada seorangpun yang melihatnya. Anin dengan terburu-buru membawa orang itu masuk ke dalam rumahnya.
Anin membaringkan orang itu di sofa, lalu pergi mengambil kotak obat. Tidak lupa dengan segelas air minum.
“Minumlah dulu, dan juga obat ini. Saya akan obati luka tuan.” Anin mulai membersihkan luka-lukanya.
Dan yang terakhir, Anin tidak lupa mengoleskan obat pada lukanya. “Sudah selesai, jangan lupa minumlah obatnya. Itu akan mengurangi rasa sakitnya. Istirahatlah, saya akan buatkan makanan untuk tuan.”
Sebelum Anin pergi ke dapur, ia mengunci pintu rumahnya. Menutup rapat tirai rumahnya, dan tidak lupa mematikan lampu ruang tamu.
Hanya sisa lampu ruang tengah yang bersebelahan dengan dapur. Anin tidak memiliki pilihan lain selain melakukan semua ini.
“Ke-kenapa dimatikan?”
“Nggak ada cara lain, jika ada orang yang tau saya membawa pria asing ke rumah, akan menjadi masalah besar. Masyarakat disini masih menjunjung adat istiadat, tidak memperbolehkan seorang perempuan satu atap dengan laki-laki yang bukan suami ataupun saudara. Apalagi saya hanya tinggal sendiri.”
“Saya minta maaf. Nama saya Raksa, bisa panggil saya dengan nama.”
“Baiklah, tuan Raksa. Saya ke dapur, mohon kerjasamanya agar tidak mengeluarkan suara keras.”
“Saya mengerti.” Anin pergi meninggalkan Raksa yang duduk bersandar di sofa. Memegangi dadanya yang terasa sakit.
Sepertinya Anin tidak tau jika Raksa terluka di bagian dadanya. Karena Anin hanya mengobati luka yang terlihat di matanya.
Raksa menyentuh bagian dadanya, lalu melihat jarinya yang terdapat noda merah segar.
“Akhh!” ringisnya. Raksa membuka kancing kemeja bagian atas, terlihat ada goresan yang cukup panjang.
“Sial! Mereka berani sekali merampokku! Tempat ini jauh dari kota, apa perampokan sering terjadi disini?” gumamnya.
Tidak lama Anin datang dengan membawa sebuah mangkuk yang berisi bubur. “Makanlah.” Anin meletakkan mangkuk itu di atas meja.
Matanya membulat sempurna melihat dada Raksa yang terekspos memiliki luka goresan yang cukup panjang.
“I-ini? Kenapa kamu tidak memberitahuku jika ada luka di sana?” Anin kembali mengambil kotak obat yang sebelumnya sudah ia simpan.
Anin khawatir sekaligus merasa takut karena luka yang ada di dada Raksa cukup dalam.
Sebelumnya luka yang ia obati hanya luka lebam, dan goresan kecil. Tapi yang ada di dada Raksa sangat berbeda, karena lukanya cukup dalam. Sedangkan alat yang dia punya tidak begitu lengkap.
Anin meringis saat ingin membersihkan lukanya. “Ssstt.” Raksa menahan tangan Anin.
“Maaf, aku akan perlahan.” Anin kembali membersihkan lukanya seraya meniup lukanya untuk memberikan sensasi dingin.
“Akh!” Raksa meremas kuat ujung sofanya, saat Anin mengoleskan obatnya. Dengan alat seadanya, Anin mulai menjahit lukanya. Beruntung Anin memiliki alat itu, atau lukanya akan terinfeksi karena tidak ditutup.
“Sudah selesai, aku akan tutup lukanya agar tidak terkena infeksi.”
Anin mengambil perban, menutup luka Raksa dengan membalut bagian dada Raksa hingga memutar.
“Jangan terlalu banyak bergerak,” nasehat Anin.
Raksa hanya diam menatap Anin, yang sibuk menata kembali kotak obatnya.
“Boleh saya tau siapa namamu?” tanya Raksa yang membuat tangan Anin berhenti.
“Anindya.”
“Hanya itu? Nama lengkap? Usia?”
“Anindya Selira, dua puluh lima tahun.”
“Anindya Selira? Nama yang indah. Jika dilihat dari usiamu, seharusnya kamu sudah lulus kuliah, dan tentunya sudah bekerja. Benar bukan? Dari cara menjahitnya yang begitu rapi, apa kamu seorang dokter?”
“Itu bukan urusan anda, tidak perlu mencampuri urusan pribadi saya! Cepat hubungi keluarga anda, jika memungkinkan anda harus pergi pagi-pagi sekali, agar tidak ada orang yang melihat.”
Saat Raksa ingin bersuara, terdengar suara bising dari depan rumah Anin.
“Kenapa ramai sekali?” lirih Anin yang langsung berlari ke ruang tamu. Anin sedikit membuka tirai jendelanya untuk melihat apa yang terjadi.
Kaki Anin melemas seketika, jatuh terduduk di lantai, karena melihat begitu banyak orang yang berdiri di depan rumanya.
Brak!!!
Brak!!!
Brak!!!
“Hahh?!” Anin terkejut karena pintu rumahnya digedor dengan begitu keras.
Raksa juga terkejut, menatap tajam ke arah pintu.
“Anin!! Buka pintunya!!”
“Anin keluar!!!”
“Kita semua tau jika kamu membawa laki-laki asing masuk ke dalam rumahmu!”
Semua orang bersorak meminta Anin membuka pintu rumahnya. Ia mulai panik, menghampiri Raksa dengan raut wajah yang pucat.
“Cepat pergi dari sini! Atau kita tidak tau apa yang akan terjadi nantinya.”
“Bagaimana mungkin aku pergi dalam kondisi seperti ini? Kamu juga lihat kakiku juga terluka.”
“Kamu harus pergi sekarang! Setidaknya keluar dari rumahku, sampai keadaan kembali kondusif.”
Tidak ingin mengambil resiko, Anin membantu Raksa untuk berdiri. Ia akan membawa Raksa untuk keluar melalui pintu belakang rumahnya. Namun—
“Akkhh!!!” Raksa spontan berteriak karena Anin jatuh dan menimpanya.
Bersamaan dengan itu pintu rumah Anin sudah di dobrak.
Brakk
Anin dan Raksa terjingat, dan melihat ke arah ruang tamu yang dimana semua orang sudah masuk ke dalam rumahnya.
“Apa ini?!!”
Semua orang menutup matanya, karena melihat posisinya da Raksa begitu intim, ditambah kemeja Raksa yang terbuka.
“Ti-tidak-tidak! Ini tidak seperti yang kalian lihat!” Anin beranjak dari atas tubuh Raksa.
“Akh!!” Lenguh Raksa saat tanpa sengaja Anin menekan dadanya.
“Kami tidak menerima alasan apapun! Kami semua sudah sangat jelas melihatnya!”
“Benar! Tidak perlu memberi alasan! Karena kami menyaksikannya!!”
Semua bersorak agar Anin mengakui kesalahannya karena sudah berbuat mesum.
“Tidak! Tolong kasih saya kesempatan untuk menjelaskannya. Yang kalian lihat tidak itu bukanlah kebenarannya. Saya hanya membantu dia yang sedang terluka.”
“Kami tidak menerima alasan lain! Cepat bawa mereka berdua!!”
“Tidak! Tidak! Lepaskan!” Anin memberontak minta dilepaskan. Sedangkan Raksa hanya pasrah karena tidak mempunyai tenaga untuk melawan. Bahkan untuk berjalan saja, tubuhnya terasa sangat sakit.
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,